Sebelas - Takdir

1.4K 116 30
                                    

Takdir mungkin sering bercanda, tetapi tak pernah berdusta.

🌸🎶🌸

"Aksa?" Melodi memanggil lembut karena tak mendengar lagi suara Aksara. Tadinya mereka sedang merangkai lagu cadangan yang mungkin besok akan dibawakan Melodi pada audisi pencipta lagu itu, tetapi tiba-tiba suara Aksara hilang. Melodi tahu, pria itu masih di sana. Aromanya masih memenuhi penciuman gadis itu, tak memudar sedikit pun.

"Aksa? Kamu kenapa diem aja?"

Beberapa detik setelahnya, Melodi mendengar dengkuran halus. Gadis itu tersenyum kecil, berpikir Aksara pasti tertidur saking lelahnya. Aktivitas padat pria di dekatnya itu pasti menyita tenaga.

Tangan Melodi menguatkan pegangan pada tongkat yang diberikan Aksara padanya beberapa saat lalu. Gadis itu menghela napas, berbisik, "Aksa, kenapa kamu kasih aku tongkat? Kenapa bukan kamu yang menuntunku? Kamu tahu, 'kan, besok pertama kalinya aku ketemu banyak orang. Aku takut, Aksa. Aku takut hilang di tengah cacian mereka."

"Orang mungkin mencaci, tapi kamu nggak boleh berhenti, apalagi hilang."

Melodi pikir Aksara tidur, nyatanya pria itu menjawabnya.

"Mel ... kamu mau janji sama aku? Apa pun yang terjadi besok, kamu harus tetap ikut audisi itu."

Melodi tersenyum, mengangguk. "Asal kamu juga janji, akan menemaniku di sana."

Sayang, Melodi tak bisa melihat senyum manis yang tercetak di wajah Aksara. Jika bisa, mungkin ia akan merasa sangat bahagia.

"Aku akan nemenin kamu, di mana pun kamu berada, Mel. Jangan takut. Aku selalu jaga kamu," ucap Aksara parau.

Di atas tikar daun, Aksara merebah lelah. Pandangannya beralih ke jingga di atas sana, melangitkan doa yang tertuju untuk satu nama. Lalu ia kembali menoleh, melihat Melodi sedang mengetuk-ngetukkan jemari di setiap sisi tongkat, seperti mencoba bunyi yang keluar dari sana. Wajah polosnya seakan mengingatkan Aksara bahwa gadis itu selalu butuh penjaga di mana pun ia berada. Namun, secuil keyakinan di hati Aksara memaksanya untuk percaya bahwa Melodi bisa menghadapi terpa dunia.

"Mel ... aku tidur sebentar lagi, ya. Aku ngantuk." Aksara mendekat pada Melodi yang duduk bersila. Tak menyentuh, hanya sampai aroma lembut yang menguar dari pakaian gadis itu tercium olehnya. Melodi tersenyum, mengangguk kecil. Tak lama, dengkur halus Aksara kembali terdengar. Menelusupkan damai di hati gadis itu.

🌸🎶🌸

Melodi agak terkejut karena kedatangan Aksara malam harinya. Pria itu memberi beberapa roti bulat padanya, berpesan agar besok dia sarapan dengan roti itu.

"Aksa? Kamu nggak jualan?" tanya Melodi sebelum menyuap roti pemberian Aksara.

"Hari ini nggak, Mel, aku libur dulu." Ada perih yang diam-diam hinggap di hati Aksara melihat gadis di depannya. Dia terlihat begitu polos dan rapuh, dan tak pantas menerima perlakuan buruk. Namun, mulai besok sepertinya Aksara harus merelakan takdir menunjukkan kekejaman dunia pada gadis lugu itu.

"Kamu sakit? Daritadi kayaknya kamu capek banget, Aksa." Melodi meletakkan roti yang tadi dipegangnya ke piring dengan hati-hati, lalu mengibaskan tangan di gamis panjangnya. Merasa cukup bersih, dia menggerakkan tangan di udara, mencoba meraih Aksara yang segera mendekat. Tangan mungilnya mendarat di wajah Aksara, memeriksa suhunya.

"Apa kamu demam? Kenapa kulitmu agak hangat?" tanya Melodi, mulai cemas.

"Aku baik-baik aja, Mel," jawab Aksara lembut. "Cuaca hari ini memang agak panas, 'kan?"

Nada, Melodi, dan AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang