Terlarang #6

21 1 0
                                    

" Kak ngamen yuk.. "Yogi mengajak Brigita dan Carlie.

" Ngamen? Nggak mau ahh. Malu banget. Nanti kalo teman teman aku lewat, kita akan di ejek" Renguk Brigita

"Ide Yogi bagus juga. Yaudah gini aja, besok pagi kita ngamen pakai topeng. Sekarang kita cari alat untuk kita ngamen besok"

Brigita mengangguk mengiyakan perkataan Carlie. Tidak ada pilihan lain selain mengamen.

Malam itu, mereka tidur di teras belakang mesjid. Beralaskan karton yang disusun rapih di lantai. Yogi langsung tidur, sepertinya dia sudah biasa dengan situasi seperti ini.

"Brigita, dari tadi ngelamun saja. Nanti kesurupan loh"

"Gapapa"

"Kamu nangis, kenapa... "

"Aku minta maaf, aku terlalu bodoh" Sambil menghapus air matanya

"Kalau aku tidak mengajak mu ke kalimantan, kamu tidak akan ngerasain kayak gini"

"Udahh... Gapapa"

Brigita mendapat pelukan, pelukan hangat saat angin menghembus rambutnya yang halus. Pelukan dari sahabat yang selalu setia menemaninya, setia mendengarkan keluh kesahnya.

Carlie menjauhkan rambut Brigita yang menutupi wajahnya. Carlie menyentuh pipi lembut Brigita, dan mencium keningnya.
Brigita menjauh, seakan dia di cium oleh orang asing. Keningnya berkerut. Bibirnya menganga. Matanya benar benar menatap Carlie. Sangat dalam dan begitu dalam.

"Aku mencintai mu" Ucapan itu terlontar dari bibir Carlie.

Mendengar 3 kata itu, Brigita menunduk. Kenapa? Kenapa dengan Carlie? Apa ini sebuah lelucon malam?

Persinggahan cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang