Jungkook terbangun dengan tangannya yang sedikit kebas. Tentu saja, tetangganya yang masih balita itu ngotot untuk tidur bersamanya semalam. Posisinya tentu saja tangan Jungkooklah yang menjadi bantal bocah itu, sedangkan sang bocah melingkar memeluk perut besarnya. Sangat manis.
Hungkook mengelus rambut tipis gadis yang masih tidur itu dengan lembut. Seulas senyum terukir di wajah pucatnya, membayangkan bagaimana rupa manusia yang bersarang di tubuhnya itu. Apakah akan semanis bocah di pelukannya ini kalau jenis kelaminnya perempuan? Atau setampan dirinya kalau laki-laki?
Untuk jenis kelamin memang Jungkook belum tahu, padahal sudah sebesar itu, pasti sudah kelihatan kalau di USG. Namun, untuk periksa saja Jungkook masih ragu. Ya, tentu saja mengenai biayanya. Untuk makan saja dia masih menumpang pada tetangganya. Walaupun Jungkook sudah menolaknya, tetangganya itu tetap saja mengiriminya makanan. Dan Jungkook sangat berterimakasih akan hal itu. Kalau tidak, mungkin dirinya akan makan di siang hari saja sehari. Kenapa siang? Karena siang hari berada di tengah-tengah waktunya. Antara sarapan dan makan malam, jadi dia tak perlu sarapan dan makan malam lagi. Simpel pemikiran Jungkook ini. Tapi itu sudah dilakukannya sebelum bertemu dengan tetangga baiknya ini.
Bocah yang tengah tidur itu nampak terusik karena usapan lembut di kepalanya. Perlahan, kedua mata bulatnya terbuka.
"Lepasin Oppa" rengeknya sambil menepis gangguan di kepalanya.
Jungkook terkekeh pelan, malah ia semakin mengacak-acak rambut bocah itu. Ia suka sekali mengganggu bocah ini.
"Oppa!!" bocah itu merengek, tapi masih bergelung memeluk Jungkook, lucu sekali.
Cklek
"Jangan diganggu, Kook" Bibi Lee muncul dari balik pintu kamarnya.
Bibi Lee berjalan mendekat, hendak mengangkat Hyunnie yang masih pada posisi nyamannya itu. Namun sang balita menepis tangan ibunya itu, tak mau dipindah.
"Sudah pagi, Sayang" bujuk Bibi Lee.
"Mau tidur bental, Ma!" tolaknya semakin mengeratkan pelukannya.
"Pindah ke kamar Hyunnie sendiri kalau masih mau tidur" bujuk Bibi Lee lagi.
Hyunnie menggeleng kuat dan masih menempel pada Jungkook, tak mau melepaskan pria cantik itu.
"Hei, Oppa capek tahu kalau menjadi bantal Hyunnie terus" ujar Bibi Lee.
Hyunnie mendongak ke arah Jungkook, bertanya kebenaran yang diucapkan ibunya itu.
"Iya lah capek, kan Hyunnie berat" ujar Jungkook melebih-lebihkan.
Hyunnie langsung saja duduk di kasur, dengan wajahnya yang sudah bete berat, ditambah dia yang masih mengantuk itu membuat wajahnya berlipat-lipat kesalnya.
Jungkook sendiri lega, akhirnya beban di tangannya terangkat juga. Saat akan duduk, Bibi Lee dengan sigap membantu.
"Sudah Bibi masakkan sarapan, kau mandi dulu sana" ujar Bibi Lee sambil menggendong Hyunnie, berniat membawanya pulang.
"Hyunnie juga mandi, Ma" entah kenapa bocah itu berubah pikiran, tidak ingin tidur lagi seperti ucapannya tadi.
"Ya sudah kita mandi di rumah saja. Masa mau mandi disini" ujar Bibi Lee yang dihadiahi anggukkan.
Bukannya tidak boleh mandi di rumah Jungkook, tapi kalau menunggu Jungkook mandi pasti terlalu lama, keburu bocah itu tidur lagi. Kalau mandi bersama, Jungkook yang tidak mau tentu saja. Walaupun berbadan dua begitu, jenis kelaminnya masihlah laki-laki, tentu saja dia malu walau pada anak kecil sekalipun. Hei, anak kecil yang dimaksud ini sudah bisa membedakan mana yang laki-laki dan mana perempuan. Mandi dengan ayahnya saja mungkin sudah tidak pernah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fault [TaeKook/VKook]
FanfictionJungkook menatap nanar ke arah perut besarnya. Kesalahannya di masa lalu kini menuai karma baginya sendiri. "Cinta? Apa aku berhak memiliki perasaan itu? Apalagi pada orang yang sudah kuhancurkan?" (Jungkook) "Aku tak pernah marah padanya, tak per...