Hanya Dia Yang Ada Dimatamu (II)

943 159 10
                                    

Sasuke memandang sebuah surat yang terletak diatas meja kerjanya, sebuah surat yang ditulisnya untuk Naruto. Ia berjalan menuju meja kerjanya, mengambil surat yang sedari tadi dipandangnya. Digenggamnya surat tersebut, kemudian berjalan kearah tas dan koper miliknya. Dua hari telah berlalu sejak pengakuannya pada Naruto, namun hasilnya tak seperti yang dibayangkannya.

Wanita itu mendorong tubuhnya saat ia mencium paksa dirinya, ia telah berfikir sebuah tamparan akan mendarat di pipinya, tapi Naruto sama sekali tidak melakukannya. Wanita itu hanya menundukkan wajahnya, sembari menangis dan meminta maaf pada Sasuke.

Untuk apa Naruto meminta maaf pada dirinya? Seharusnya ia lah yang meminta maaf pada wanita itu karena telah mencium paksa dirinya, apa Naruto meminta maaf karena ia tidak bisa membalas perasaan Sasuke padanya?

Sasuke hanya bisa tersenyum getir jika kembali mengingat memori tersebut. Ia sadar ini hanya sebuah cinta satu arah, namun apa daya jikalau hatinya tidak pernah mau mengerti.

Hari ini ia harus kembali pada Armadanya, kembali ke garis depan menuju Lautan Fasifik sesuai surat perintah dari Laksamana Hatake. Dengan kondisi Jepang dan Amerika yang tampak semakin memanas saat ini, dirinya yang biasa sangat optimis pun menjadi pesimis kali ini. Entah berapa lama waktu yang harus ia tempuh agar bisa kembali lagi kerumah. Satu bulan? Dua bulan? Satu tahun? Dua tahun? Entahlah, yang pasti dia benar-benar sangat pesimis kali ini. Ingin rasanya ia memarahi dirinya yang berpikiran negatif seperti itu. Tentu saja ia harus kembali, ada kedua orangtuanya yang akan menanti kepulangannya, ada Hiroshi yang sudah dianggapnya seperti anaknya sendiri yang siap mendengarkan seluruh ceritanya, dan juga ada juga seorang wanita bersurai pirang yang ia inginkan dapat membalas perasaannya, dan memberikannya sebuah pelukan selamat datang saat ia menginjakkan kakinya kembali di pelabuhan.

Pikirannya kembali pada surat yang ada dalam genggamannya, semalaman ia gunakan untuk menulis sebuah surat sebelum ia pergi untuk Naruto, terdengar seperti sebuah surat perpisahan, tetapi didalamnya ia menuliskan sebuah permintaan maaf pada wanita itu karena telah lancang menerobos zona privasinya, atau karena mencoba untuk membuatnya membalas perasaannya dan menerima dirinya, tetapi yang paling penting, didalam surat tersebut ia menuliskan betapa ia mencintai wanita itu dan awal mula ia jatuh cinta pada wanita bersurai pirang tersebut.

Diliriknya jam yang ada diatas meja kerjanya, waktunya berangkat pikirnya kemudian. Ia segera mengangkat tas dan koper miliknya, membawanya kedepan rumahnya, dimana sebuah mobil telah menunggunya. Ia mulai menaruh seluruh barang bawaanya kedalam mobil tersebut, ia menatap Lee yang tengah membantunya menaikkan seluruh barang bawaannya.

Lee mempersilahkannya untuk naik, hari ini Lee yang akan mengantarnya menuju pelabuhan. Suara mesin mobil yang dinyalakan pun terdengar, perlahan mobil pun bergerak meninggalkan kediamannya.

Sasuke menatap Lee dari kursi penumpangnya, ia pun kembali menatap surat yang tadinya sempat ditaruhnya didalam saku seragamnya. Ia mengambil surat tersebut, dan mengarahkannya pada Lee.

"Lee, bisa kau berikan surat ini pada Naruto setelah mengantarku?"

Lee melirik surat yang diberikan Sasuke, dan tanpa ragu pria itu mengambil surat tersebut dari tangannya.

"Surat untuk Nyonya Shimura? Baik pak, saya akan memberikannya!"

.

.

Naruto membungkukkan tubuhnya sebagai ucapan terimakasih dan salam perpisahan pada Lee yang tengah berpamitan di depan pintu rumahnya. Pria itu memberikannya sebuah surat, "surat dari Mayor Uchiha" ujarnya. Naruto mengambilnya, dan pria itu langsung berpamitan setelah menyelesaikan tugasnya, yaitu memberikan surat Sasuke pada Naruto.

Captured in Her EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang