* | bagaimana?

1K 187 4
                                        

"Dimana?"

"Di taman fakultas lo."

"Okee, tunggu bentar.".

Haruto menghampiri Aleesha yang sudah duduk-duduk di kursi panjang di taman fakultasnya.

"mau ngomong apa?" Tanya Haruto sambil memposisikan dirinya disebelah Aleesha.

"Maaf.."

"..kalo kita gak bisa pacaran."

"Kenapa ngomong gitu terus sih? Gak papa Lees gak papa."Kata Haruto dengan nada tinggi.

"Tapi to, kita ini ngapain? kita gak mencapai hasil apa-apa dengan berdua."Kata Aleesha yang matanya mulai berkaca-kaca.

"Lees."

"To, kita temenan ya?"

"Lees, jangan nyimpulin sesuatu seenaknya." Kata Haruto membenahi.

"Kita gak bisa ya? jalanin kayak pasangan lainnya. ada kok yang meskipun mereka satu keyakinan dan pacarannya lama terus tiba-tiba putus." Balas Haruto.

"Ini bukan soal perbedaan, tapi kenyamanan berpasangan." Kata Haruto menambahi.

"Ini sama aja lo mikirnya kita jalan tanpa arah. Berarti emang dari awal lo gak pengen hasil dari kita? Lo anggep kita ini cuman main-main?" Aleesha membalas perkataan Haruto.

"Daripada lo? Lo bahkan gak ngasih kesempatan kita buat jalan, meskipun jalan tanpa arah. Lo mencegah kita jalan Lees, padahal lo gak tau akhirnya kayak apa." Balas Haruto.

"Iya to bener, gue mencegah. Karena kita udah gede dan udah bisa mikir kan? kira-kira akhir dari hubungan ini tuh apa?" Kata Aleesha.

"Emang lo pengennya kayak apa?" Haruto sedikit membentak Aleesha.

"Haruto! Lo pulang sana." Teriak Yeji dari ujung taman.

Haruto yang melihat Yeji tiba-tiba merasa bersalah. Itu adalah Yeji, gadis yang selama ini menyimpan rasa kepadanya.

"m-maaf, bukan mau ikut campur." Ujar Yeji yang langsung berlari.

"Yeji!" Haruto yang sedang kalut akhirnya pergi meninggalkan Aleesha dan langsung mengejar Yeji yang spontan berlari.

Aleesha melihat Haruto dan Yeji dengan hati yang tersayat.

'semoga lo baik-baik aja.' Batin Aleesha sambil mengusap air matanya.

Aleesha kemudian berjalan kearah dia memarkir kendaraannya, dia menaikinya kemudian memilih pulang.

Lebih baik begini, dia dan Haruto sama-sama salah dengan keputusan mereka untuk bisa berdua.

Aleesha bukan tidak mau mendambah dosa, terlalu naif jika dia menolak berhubungan dengan laki-laki yang bahkan telah disukainya sejak mereka pertama kali bertemu. Tapi Aleesha tidak ingin jika mereka tidak mencapai titik temu.

usia hubungan mereka mungkin baru 1 bulan, tapi Aleesha sudah tau apa yang akan terjadi.

Haruto taat dengan agamanya, dia tidak ingin mencari tahu juga tentang muslim. Dia mungkin bertanya ke Aleesha tentang beberapa hal, tapi itu semua sudah cukup bagi Aleesha untuk mengetahui bagaimana Haruto menyikapi sesuatu.

Begitupun dengan dirinya terhadap agama Haruto. Dia cukup bertanya seperlunya tanpa ingin mengetahui lebih banyak. Mereka sudah kuliah semester 4 dan mereka sudah bukan anak-anak lagi.

Pastinya mereka sudah saling sadar bahwa tidak ada titik temu bagi mereka.

Aleesha sudah mengetahui itu dari awal.

Biarlah Haruto bahagia dengan perempuan lain, dia hanya ingin yang terbaik untuk mereka berdua.

Nyatanya, seberapa kuat mereka berusaha. Tidak ada gunanya.

***

Vote!
Stay tunee, chapt selanjutnya outro!

Want some bonchapt? nunggu wattpad ini yang baca 200 atau 400 ya? hehe

broken dreams | HarutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang