outro ;

1.3K 197 35
                                        

-WARNING LONG CHAPTER!-

Washington DC, 2 Desember 2019

Dia melihatku dari kejauhan, senyumnya mengembang. Salju sedang turun hari ini, aku senang sekali. Membayangkan aku akan menikah hari ini juga membuatku senang sekali.

Untuk menetralisir rasa gugupku, aku akhirnya menuruni rumah pamanku ini, aku akhirnya memilih untuk membuat sarapan dan memanggil tunanganku lewat jendela.

Sungguh, hari ini rasanya aku ingin meledakan diriku saja, tuhan sangat baik kepadaku.

Nanti siang, aku akan melangsungkan pernikahan di taman belakang rumah yang cukup luas ini. Bayangkan saja, aku sudah akan menikah di usia yang dibilang masih muda ini.

"Udah siap buat nanti?" Tanyanya, sekarang dia sudah berada didepanku sambil mencoba jas yang nanti dipakainya.

"Siap!" Balasku semangat.

"Semoga lancar ya."

"Amin."

Kami akhirnya makan bersama pagi itu.

--

Jakarta, 2 Desember 2019

"Masjidnya?" Tanyaku dibalik layar ponsel, orang itu kemudian menjawab iya-iya.

Sedangkan aku hanya bisa tersenyum saja saat istriku memasuki ruang keluargaku.

Dia sangat cantik!

"Cantik banget mantu mama!" Kata mamaku sambil memeluk calon istriku erat.

Aku hanya bisa tersenyum lega saat kami akan melaksanakan ijab kabul nanti. Akhirnya aku dan dia bisa bersama setelah semua ini.

Aku kemudian memilih untuk keluar rumah dan melihat-lihat seberapa jauh keluargaku mempersiapkan acara nanti. Aku sungguh sangat senang dan bahagia saat semua hiasan sudah dipasang rapih di sedan putih tulang milik ayahku.

"Bagus banget! cantik." Kata calon istriku sambil me ncabut satu bunga asli yang ditempel dibagian samping.

"cantikan kamu." Kataku sambil tersenyum singkat.

Dia tersenyum malu kemudian kembali masuk kedalam rumah.

--

"Ayah, heart beat ku gak karuan." Ucapku sambil melihat tunanganku menunggu diujung altar." Kataku sambil melihat tunanganku memakai jas yang tadi dicobanya saat sarapan.

Ayahku hanya melihatku sekilas dan tersenyum lewat mata sipitnya, nampaknya dia juga tidak bisa berkata apa-apa.

Aku akhirnya memberanikan diri untuk berjalan pelan di altar pernikahan ditemani dengan musik bridal disekitarku.

"Saya memilih Hwang Yeji." Kata sang pendeta.

Tunanganku mengulanginya.

"Untuk menjadi istri saya."

Dia kembali mengulanginya.

"Untuk saling memiliki dan menjaga."

“Dari sekarang sampai selama-lamanya; Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita”

Dia menarik nafas panjang dan mengikutinya dengan sempurna.

Kemudian pendeta beralih menghadapku dan melakukan hal yang sama.

Dia sekarang resmi menjadi suamiku.

Dan kami berciuman.

--

".....perhiasan berlian 24 karat dibayar tunai!" Ujar ayah calon istriku dengan tampang sangarnya.

Aku kemudian menutup mata sejenak dan menarik nafas dalam.

"Saya terima nikahnya Aleesha binti Khalid dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!" Ucapku yang dibarengi dengan pertanyaan sang wali.

"SAH?"

"Sahh!" Ujar semua orang di ruangan itu.

Aleesha, dia meneteskan air mata haru kemudian melihatku dengah senyuman khasnya.

--
--
--

haruto

selamat menikah! maaf gue gak bisa dateng, gue juga nikah nih.

aleesha

selamat juga, jaga yeji ya.

end

broken dreams | HarutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang