2

5.9K 328 1
                                    

Adista masih memejamkan matanya sambil berpikir untuk lepas dari kungkungan lengan kokoh Adenta. Ia merasa hembusan nafas Adenta menyapu wajahnya menciptakan aroma mint khas cowok. Ia makin panik dan tanpa arahan, ia mengeluarkan kepalan tinju ke  atas tepat di wajah Adenta.

Bugh

"Aw.."
Suara rintihan terdengar dari mulut Adenta membuat Adista membuka matanya. Ia melihat Adenta tengah memegang rahangnya sambil berusaha menahan kesakitan. Ia ikut meringis. Apakah pukulannya tadi terlalu kencang sampai pria di depannya ini kesakitan seperti itu?

Ia jadi merasa agak bersalah. Ia tidak sengaja tadi. Meskipun ia tidak menyukai Adenta, namun tidak sampai ia tega memukulnya seperti itu. Ia ingin minta maaf, tapi ia takut Adenta akan membalas memukulnya. Daripada ia harus kena pukul, lebih baik ia cepat - cepat pergi dari sini.

Saat ia akan beranjak, pergelangan tangannya dicengkeram kuat oleh Adenta. Terlihat sorot tak terbaca dari mata cowok tersebut.

Mampus.

Sepertinya hari ini ia harus menahan luka - luka memar menyakitkan dan memberi penjelasan terhadap Mamanya. Pasti ia akan terkena omelan merdu dari sang Mama. Adista menghela nafas dan menghembuskannya dengan kasar.

Ia berusaha melepaskan lengan tangannya dari cengkraman kuat tersebut, namun gagal. Tenaganya tidak sebanding.

"Lepasin!!" Teriak Adista dengan ekspresi marah.

"Berani ya lo nonjok gue?" Tanya Adenta pelan. Ia menahan geram terhadap perempuan yang membuat nya penasaran ini. Tidak mungkin ia akan membalas menonjok perempuan di depannya. Bisa jatuh harga dirinya sebagai laki-laki.

"Lo sih cari gara - gara sama gue!" Adista masih memberontak dalam gengaman Adenta.

"Oh jadi lo beneran mau nantangin gue?" Adenta menaikkan sebelah alisnya sambil menampilkan senyum yang sulit diartikan oleh Adista.

"Terus kalo iya ke... Hmppp.."

Adista merasakan benda kenyal dan hangat serta beraroma mint menempel di bibirnya. Setelah sadar apa yang menempel di bibirnya, ia melototkan matanya tak percaya. Bibir pria menyebalkan ini tengah menempel di bibirnya. Merebut ciuman pertamanya.

Brengsek, umpatnya dalam hati.

Adenta tidak mengerti dengan apa yang tengah ia lakukan. Tiba - tiba saja terbesit ide gila di benaknya. Sekarang bibirnya masih menempel di bibir si perempuan yang tidak ia ketahui namanya. Tak ada pergerakan apapun. Tidak ada penolakan juga dari perempuan sok jagoan ini. Akhirnya dengan perlahan, ia mulai menggerakkan bibirnya. Sedikit melumat bibir cewek ini dengan lumatan - lumatan kecil. Tidak ada balasan untuknya, namun ia mendengar erangan lirih dari mulut dari Adista. Ia jadi makin bersemangat melumat bibir ranum tersebut hingga sebuah dorongan membuatnya tersentak mundur.

Terlihat sorot kebencian terpancar dari kedua mata cokelat Adista yang baru saja ia cium. Hingga kesadaran mengembalikannya lewat tamparan di pipi kirinya. Cukup panas dan menyakitkan. Namun itu sebanding dengan apa yang baru saja ia lakukan. Bukan hanya itu saja, ia terpaku dengan sorot kebencian yang makin membara di mata Adista yang membuatnya semakin ingin bermain lebih jauh. Dengan hentakan keras, Adista meninggalkannya dalam keterpakuan sebelum ia mendengar umpatan pedas yang tertuju padanya.

"Fuck!! Cowok itu benar - benar kurang ajar. Cowok gila!! Berani - beraninya dia."

Adista menghentakkan kakinya di sepanjang koridor kampus dengan ekspresi marah luar biasa. Gerutuan dan umpatan terus keluar dari bibir tipisnya.

"SIALAN!!"
Teriakan Adista membuat orang - orang sekelilingnya terkejut dan menatapnya heran. Mereka tidak menyangka, perempuan yang selama ini cenderung diam dan tidak peduli meneriakan umpatan keras seperti itu. Adista masa bodoh dengan apa yang dipikirkan orang - orang disekelilingnya. Ia marah. Ia kesal dengan cowok belagu dan gila yang berani mencuri ciuman pertamanya. Ya itu adalah ciuman pertamanya. Ciuman pertama yang sengaja ia jaga sebaik mungkin untuk seseorang yang sangat berarti di hidupnya. Walaupun orang tersebut tidak berada disisinya sekarang, namun ia yakin suatu saat orang tersebut kembali dan menepati janjinya.

ADENTA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang