3

5.2K 324 3
                                    

"Ngapain lo disini?!"
Adista tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya kala ia melihat Adenta berdiri di belakangnya.

Adenta menaikkan sebelah alisnya sambil menatap perempuan yang memunggunginya. Sungguh kejadian langka. Disaat perempuan lain yang berada di sekelilingnya seolah menahan nafas melihat dirinya, justru perempuan di depannya ini terkesan tidak peduli bahkan mengacuhkannya.

"Emang kenapa kalo gue disini? Ada yang salah?"

Pertanyaan dari Adenta membuat Adista lantas berpikir, tidak ada yang salah kalo cowok itu ada disini. Ini kan tempat umum. Semua berhak berada disini.

"Lo mikir kalo gue ngikutin lo kan?"

Lagi, pertanyaan Adenta membuatnya kehabisan kata - kata. Ia tadi memang sempat berpikir bahwa Adenta mengikutinya. Mungkin ia saja yang merasa terlalu percaya diri. Untuk apa seorang Adenta Abimanyu mengikuti dirinya.

"Lo diem aja, berarti beneran apa yang gue katakan tadi? Emang gue segila itu apa sampai harus jadi stalker lo?"

Adista hanya bungkam. Ia malas meladeni pria gila di belakangnya. Ia terlihat menyibukkan diri dengan berbagai pesan  yang masuk di ponselnya.

Adenta mendecakkan lidah. Sedari tadi ia berbicara, tidak sedikitpun ditanggapi oleh perempuan sok jagoan di depannya. Apa pesonanya benar - benar tidak mempan di hadapan perempuan ini, pikirnya.

Tanpa pikir panjang, ia meraih ponsel Adista. Membuat sang pemilik memutar tubuhnya menghadap Adenta.

"Balikin hp gue!"

Adenta menampilkan senyum miringnya. Tiba - tiba saja terlintas ide untuk mendapatkan nomor ponsel perempuan ini secara paksa. Ia mulai mengotak atik ponsel tersebut tanpa memperdulikan geraman Adista.

"Gue bilang balikin hp gue!"
Tangan Adista berusaha meraih benda pipih yang tengah berada di genggaman Adenta. Namun Adenta selalu menghindar.

Terdengar nada dering dari saku celana jeans Adenta. Nomor Adista telah masuk ke dalam daftar panggilan tak terjawab di ponselnya. Lantas ia mengembalikan ponsel yang ia pegang ke pemiliknya.

Adista berdecak sebal. Dengan kasar ia meraih ponselnya dan memasukkan ke saku bajunya.

"Puas lo?! Ga nyangka ya seorang playboy setenar Adenta maksa kenalan seorang cewek!"

" Seorang Adenta menghalalkan segala cara untuk mendapatkan cewek yang sedang diincarnya."

"Jangan mimpi gue bisa jatuh dalam segala pesona lo yang ga jelas!"

"Yakin? Jangan salahkan gue kalo pada akhirnya lo ngemis - ngemis cinta sama gue!"

"Najis!"

Suara tukang ketoprak menginterupsi perdebatan diantra keduanya.

"Neng Adista, ini pesanannya."

Sambil menyodorkan selembar uang Lima puluh ribuan Adista mengambil pesanannya.

"Oh, makasih ya pak."

"Sama - sama Neng. Salam buat mamanya ya?"

"Sip pak. Entar Adis sampaikan."

"Oh ya Neng, ini pacarnya ya? Ganteng pisan Neng, ga salah pilih Neng cari pacar."

"Bu......."

Belum sempat Adista menjawab, Adenta sudah mendahului jawabannya.

"Iya pak. Doain  saya sama Adis moga langgeng sampai tua ya pak?"

Jawaban Adenta sukses membuat Adista melototkan kedua bola matanya kearah Adenta. Namun Adenta seolah tak peduli dan hanya menampilkan senyum khasnya, senyum menawan seorang Adenta Abimanyu.

ADENTA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang