Sabtu, 22 januari 2006
Waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB. Sudah kesekian kalinya gadis kecil berponi ini bolak-balik melihat jam dinding, lalu mengintip dibalik tirai jendela untuk melihat rumah kosong yang tepat berada di depan rumahnya. Kabar baiknya, rumah baru yang telah dibangun tiga tahun lalu tersebut akan dihuni oleh keluarga yang baru pindah dari Bandung. Tentu saja hal itu membuat gadis kecil ini senang, karena akhirnya rumah tersebut tidak akan lagi terlihat seram karena keberadaanya selalu kosong hingga tiga tahun terakhir ini.
"Reisyaa, mau sampai kapan ngintip-ngintip kayagitu? Ntar matanya bintitan baru tau rasa deh." Celetuk Razi, satu-satunya abang kesayangan dan juga menyebalkan yang dimiliki gadis kecil yang bernama Reisya, gadi kecil berponi dengan rambut hitam legamnya sepundak.
"Iya Sya. Besok itu hari senin, hari pertama kamu sekolah sebagai murid kelas tiga lho. Buku-bukunya udah disiapin belum?" Mama menyambut sambil menyentuh hidung mungil Reisya.
"Kalo itu mah, beresss!" Sahut Reisya sambil mengacungkan jempolnya. Mama hanya tersenyum dan ikut mengacungkan dua jempolnya.
"Terus sekarang mau ngapain? Ngga ngantuk?" Tanya Abah dengan gaya kacamatanya yang turun pada hidung. "Abah males ya bangunin anak perempuan yang tidurnya kayak kebo!" Ejek Abah sambil melipat koran dan meletakkan pada rak buku.
"Bentar, Bah! Manatau tetangga kita malam ini dateng." Reisya nyengir sambil terus mengintip dibalik tirai jendela rumahnya. Tiba-tiba secercah cahaya muncul dari arah kanan jalan, diiringi dengan suara mesin mobil yang semakin jelas terdengar. Wajah Reisya langsung sumringah, ia tersenyum senang. Kali ini, ia sangat yakin bahwa mobil tersebut pasti adalah keluarga yang akan nenjadi tetangga baru di depan rumahnya.
"Kak Razi liat deh, itu tuh mereka!" Reisya menarik tangan Razi untuk ikut melihat dari jendela. Mata Reisya mengikuti mobil sedan yang parkir pada halaman rumah tersebut, diikuti oleh dua truk besar yang membawa barang-barang pindahan dari keluarga itu. Sesaat mobil sedan itu sudah terparkir dengan baik, keluarlah seorang laki-laki yang kirakira umurnya sepadan dengan Reisya. Dengan cepat, Reisya langsung mengambil boneka Teddy Bear kesayangannya yang terpajang pada sofa ruang tamu dan bergegas keluar rumah untuk menemui anak laki-laki tersebut.
Razi tampak bingung melihat tingkah laku adiknya yang langsung kocar-kacir keluar rumah tanpa pamit terlebih dahulu. "Lah, lah ini mau kemana, eh, Sya! Reisyaa! Buset dah ini bocaah!" Ia lalu melihat Abah dan Mama yang memberikan kode untuk mengikuti adik perempuannya.
"Iya, Razi susulin nih," Razi mendesah seraya memakai sendal untuk menyusul adiknya yang sudah berada di rumah baru tersebut.
Anak laki-laki yang baru keluar dari mobil sedannya tampak kaget melihat ada anak perempuan dengan baju tidur sambil memegang boneka beruang ditangannya. Ia melihat Reisya dari ujung kaki sampai ujung rambutnya. Lalu, Reisya tersenyum manis dihadapannya.
"Hai, selamat datang!"
"AAAA HANTU!"
"EITT" Reisya langsung menyalip ke depan anak laki-laki itu dengan gestur tangannya yang menghalangi agar bocah cowok ini tidak bisa pergi. "Tenang, Tenang, aku manusia kok! Nih liat!" Reisya menghentakkan kakinya pada jalan, dan mencubit pipinya menjelaskan dia itu nyata. "Tuh, aku manusia!"
"Reisya, yaampun!" Tukas Razi sambil menarik tangan adiknya. "Eh sorry ya, ini adek gue ngagetin! Kalian, baru dateng banget ya?" Sejenak, Razi langsung mengingat sesuatu yang dia lupakan. "Ohya maaf, gue Razi. Ini, adek gue-"
"Reisya." sambung Reisya sambil mengulurkan tangannya.
Anak laki- laki itu tersenyum dan membalas uluran tangan Reisya. "Kala. Kala Fajar." Lalu, menjabat tangan pada Razi. "Salam kenal juga, Bang."
"Unik. Nama yang bagus. Salam kenal juga ya, maafin Reisya yang tadi." Sahut Razi sambil mengacak-acak rambut adiknya. Reisya hanya nyengir terhadap Kala.
Tiba-tiba dari belakang Kala, muncul wanita paruh baya namun masih terlihat aura cantik dari penampilannya yang sangat anggun. Beliau memegang pundak Kala, dan tersenyum manis kepada Razi dan Reisya. "Wah baru aja sampai, kamu sudah punya teman baru ya, mas!" Kala hanya tersenyum menjawab Ibunya. "Bunda tadi waktu beres-beres langsung kaget, karena sempat mendenger kamu teriak, hm ... hantu?"
"Hahaha , iya gara-gara Reisya nih, Bunda!" Kala hanya tertawa kecil sambil melirik tingkah Reisya yang malu-malu. Lalu, Reisya dan Razi spontan menyalami wanita yang merupakan Ibu dari Kala. "Halo Tante, saya Reisya, ini abang saya Razi." Sapa Reisya lembut.
"Ohiya, salam kenal saya Arini. Kalian berdua manis sekali, mirip! Panggil saja saya Bunda, ya. Saya tidak terlalu suka dipanggil Tante." Reisya dan Razi langsung mengangguk sambil tersenyum. "Bunda ke dalam dulu, ya. Masih banyak barang yang mau dibereskan. Sering-sering main kesini, Reisya, Razi!" Bunda langsung berlalu masuk ke dalam rumah.
"Yaudah aku sama Ka Razi balik dulu ya, Kala! Besok-besok kita main lagi. Nanti aku tunjukkin foto-foto hasil jepretanku soalnya aku suka fotografi, hehe."
Kala mengangguk semangat. "Boleh!"
"Ohya ini buat Kala, deh." Sahut Reisya sambil memberikan boneka Teddy Bear kesayangannya.
"Loh, kenapa?"
"Gapapa. Anggap aja hadiah selamat datang dari aku." Reisya meyakinkan Kala untuk menerima boneka tersebut.
Kala lalu mengambil Teddy Bear tersebut dari uluran tangan Reisya. "Namanya siapa?"
"Namanya Ted. Dadah Kala!" Reisya langsung berlari jeluar pagar untuk mengejar Razi yang sudah mengancam untuk menguncinya dari dalam rumah.
"Reisyaaa!"
Reisya menoleh sesaat. "Semoga kita jadi teman baik ya! Sepertinya Ted mulai senang denganku malam ini!" Kala membuat gestur tangan boneka beruang itu seolah melambaikan tangan pada Reisya. Reisya pun langsung mengacungkan jempol dan masuk menuju rumahnya.
Razi tertawa kecil melihat tingkah laku adik kecilnya yang baru berumur 8 tahun tersebut.
"Kenapa ketawa-ketawa sih. Serem ah. Malam ketawa-ketawa sendiri. Nanti lo dikira hantu loh, kak!"
"Kayaknya bakalan ada yang beda nih."
Reisya menoleh pada Razi mengangkat bahu dan langsung berlalu menuju kamarnya.Razi mengerti meskipun baru berumur 10 tahun, ia cukup paham akan ada sesuatu yang perlahan akan tersirat dari Kala ataupun Reisya. Atau hanya karena firasat Razi saja?

KAMU SEDANG MEMBACA
Komplementasi
Teen FictionApakah sebuah pertemuan memang ditakdirkan apa adanya? Akankah sebuah kisah selalu berakhir bahagia? Apakah janji yang terselip dalam harap akan terpenuhi pada saatnya?