Welcome Back

15 3 1
                                    

Tahun ajaran baru
Sekolah baru
dan otomatis
Teman baru.

Pagi ini, hari pertama setelah 7 hari masa MPLS, semua murid baru masih dikumpulkan di lapangan upacara meskipun upacara bendera telah selesai. Akan ada pembagian kelas. Sesuatu yang sangat menentukan dengan siapa kita menjalani hari hari kedepan di sekolah ini. Tapi tidak begitu penting bagi Fadya. Dikelas manapun ia ditempatkan, tidak akan ada yang ia kenal selain teman sekilas saat MPLS. Itupun tidak dekat dengan Fadya.

Langit pasalnya agak tidak bersahabat dengan Fadya. Pagi seperti ini Fadya sudah merasa kepanasan akibat matahari. Pipinya memerah. Fadya kemudian berjongkok karena tidak tahan berdiri sendiri. Yang ia lihat, teman disekelilingnya pun sudah jongkok kewalahan.

Lama mendengarkan, akhirnya nama Fadya disebut. Ia ditempatkan di kelas 10-2 TP. Kelas terakhir yang disebutkan oleh kepala sekolah. Fadya berjalan ke barisan teman sekelasnya. Kemudian diarahkan kakak osis untuk masuk ke kelas yang telah ditentukan. Kelas 10-2 TP terletak di tingkat 4. Tingkat itu menunjukan tempat tertinggi di SMK Pertanian. Pasalnya sekolah ini berada di wilayah pegunungan. Bangunan-bangunan tidak dibuat bertingkat, tapi posisinya menyesuaikan dengan wilayahnya yang menanjak. Jadi semakin ke belakang, semakin ke atas. Itulah yang disebut tingkatan di sekolah ini.

Fadya mengeluh kelelahan. Untuk sampai dikelas, ia harus melewati banyak anak tangga. Belum lagi posisi kelasnya terletak paling ujung. Sangat tidak strategis untuk ke kantin, ke ruang guru, ke perpustakan, ataupun untuk pulang. Juga tidak aman jika kesiangan. Masih untung dekat dengan toilet. Setidaknya ia tidak perlu tidak minum karena malas ke toilet yang jauh.

Semua murid baru sudah masuk kelas. Fadya duduk di barisan ke dua dari pintu, urutan ke 4. Yap, kedua dari belakang. Fadya tidak ingin duduk di depan sekalipun ia rabun jauh. Bodo amat dengan apa yang nantinya akan ditulis di papan tulis sana. Fadya hanya ingin menjadi normal saat ini. Melakukan apapun seperti yang biasanya dilakukan murid 'biasa'. Tak perlu menjadi orang nomor satu di kelas.

Kelas menjadi ramai dengan suara obrolan orang-orang yang sudah saling mengenal. Beberapa dari mereka memang berasal dari SMP yang sama. Wajar saja mereka langsung punya topik bersama untuk dibicarakan. Tapi tidak dengan Fadya. Tidak ada yang berasal dari sekolah yang sama sepertinya. Setidaknya itulah yang ia tahu. Fadya senang. Memang tujuannya masuk sekolah ini bukanlah karena ia menginginkannya. Melainkan karena ia ingin tidak ada yang mengenalnya di sekolah baru ini. Fadya ingin menjadi pendiam. Dan jika ada yang pernah mengenalnya, itu berarti rencana Fadya akan gagal. Perubahan sikap yang akan Fadya lakukan tidak akan berjalan mulus.

"Hey, kenalin, gue Carina, yang waktu MPLS pernah makan di depan lo", seorang perempuan berambut pendek di depan Fadya menoleh ke belakang. Mengajak Fadya mengobrol.

"Areille", jawab Fadya singkat.

"Oke, Are. Gue ga bisa nyebut nama lo dengan benar. Lo gue panggil Are aja. Boleh?"

"Boleh".

"Rambut lo bagus." Carina tersenyum tulus.

Fadya memegang kepalanya. "Berantakan ya?" Ia buru-buru merapikan rambutnya yang panjang itu. Carina tertawa, Fadya mengartikan pujian Carina dengan salah. Padahal Carina memang hanya akan memuji, bukan menyindir rambutnya yang agak sedikit berantakan itu.

"Udah rapi kok, Are"

"Ah, iya makasih." Setelah ini mereka berbincang tentang asal sekolahnya. Hal yang tidak diceritakan Fadya adalah bagaimana menyenangkannya di SMP dulu. Fadya hanya bilang masa SMP nya biasa saja. Tidak terlalu terkenal pula, jadi dia tidak punya hal untuk diceritakan.

Seorang guru masuk kelas, membuat semua suara berhenti terdengar. Fadya membenarkan posisi duduknya agar lebih nyaman.

"Selamat pagi semuanya. Saya wali kelas kalian untuk satu tahun kedepan. Ada pertanyaan?", suara perempuan yang menjadi wali kelas itu begitu halus. Terdengar agak menyedihkan dimata Fadya.

Seni BerharapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang