Ambigu

850 92 20
                                    

"Si Ruki ngerepotin amat dah, pake minta di beliin p*p mie segala malem-malem!" Yuma Mukami nampak berjalan melewati lorong kostan sambil pegang satu kantung kresek logo Ind*mar*t. Dia baru saja melakukan tugas mulia, mengumpulkan ketujuh bola dragon ball.

Eh, salah deh

Beliin p*p mie buat Ruki di minimarket!

Beruntung jarak kost dengan minimarket dekat, sehingga Yuma rela melangkahkan kakinya.

Hanya demi sebuah p*p mie.

Yaelah.

Kenapa gak beli yang banyak sekalian? Biar gak bolak-balik.

Yuma hampir sampai menuju kamar Ruki saat tiba-tiba ia mendengar suara sayup-sayup suara rintihan dari sebuah kamar.

Suaranya berasal dari sebuah kamar disamping kamar Ruki.

Kamarnya si Kou.

"Eh, bujug. Kagak salah denger gue denger suara ginian?!" Yuma kaget.

Yuma yang awalnya ingin mengetuk pintu kamar Ruki, akhirnya tidak jadi dan akhirnya mendekati depan pintu kamar Kou.

Yuma mulai menguping.

"Ugh, Subaru-kuuuun!!! Atit, aw! Pelan-pelaaan!!!"

"Kou, tahanlah sedikit!" Terdengar suara Subaru dari dalam kamar Kou.

Mendengar suara Subaru dari dalam kamar Kou pun Yuma makin kaget.

"Buset! Kelakuan oh kelakuan. Dasar homo!" Ejek Yuma sebelum dia tersadar.

"Bentar, bentar... gua kan juga lagi pacaran sama Neet. Berarti gua homo juga dong?! Biarin lah! Namanya juga cinta!" Yuma sambil garuk-garuk rambutnya.

Suara rintihan masih terdengar dan kini suara Kou makin kencang.

Yuma sampai harus menutup salah satu telinganya.

Pingin gedor pintu, takut ditendang Subaru sampai terbang nyasar ke Kuvukiland.

Tapi kalo di diamin aja, nanti makin berisik.

Yuma serba salah.

"WOY! JANGAN BERISIK! UDAH MALEM!" Akhirnya Yuma teriak.

Gapapa deh kalau ujung-ujung ditendang Subaru.

Syukur-syukur bisa melayang nyasar ke menara Eiffel.

Lumayan, liburan gratis tanpa beli tiket pesawat.

Bentar, bentar...

Terus kalau udahan, pulang balik ke kostan-nya gimana?

Masa jalan kaki?

Lelah iya, modar pun iya.

"Sakit...Sakit..." Kou masih merintih di dalam kamar.

"Tuh orang berdua kagak denger suara gue apa?! Malah masih betah di dalem" Yuma melongo.

Tiba-tiba sebuah ide muncul.

Yuma mulai menggedor pintu kamar Kou.

"Permisi! Ini Satpol PP! Buka pintu! Buka pintunya!" Teriak Yuma dengan suara sengaja diberatkan mirip suara bapak-bapak.

Cklek

Pintu kamar terbuka, kepala Subaru menyembul dari balik pintu.

"Oi, bocah sialan! Tidak adakah pekerjaan lain selain menggedor pintu!" Marah Subaru. Lagi sibuk kok diganggu.

"Berisik amat kalian berdua pada! Kalo mau nganu, tolong suaranya dikecilin! Gak kasihan apa sama orang yang jomblo!" Yuma mengomeli– lebih tepatnya menceramahi Subaru.

"Urusai! Kembali ke kamarmu sana!" Usir Subaru.

"Emang nih kostan punya siapa, pake ngusir segala" Yuma makin sewot.

Yuma lupa kalau...

Ribut sama Subaru = Mati

"Subaru-kun, doushita no? Are, Yuma? Kok ada disini?"

"Gue disini karena suara kalian yang berisik!"

"Haha, ternyata Yuma dengar juga" Kou ketawa.

Oke, Yuma menganggap Kou sudah stress mulai dari sekarang.

"Emangnya gue budeg, kagak denger suara?!"

Subaru mendengus kesal.

"Dasar! Kou, aku selesai! Aku mau ke kamar!"

Kou langsung cemberut.

"Chotto matte, Subaru-kun! Kerokannya belum selesai!" Kou mulai lompat-lompat, mencak-mencak.

"Suruh dia saja!" teriak Subaru sebelum akhirnya melangkah jauh balik ke kamarnya.

"Kerokan?!" Yuma kaget lagi.

"Umm iya. Haduh, Subaru-kun. Aku kan minta dikerokin karena masuk angin! Kalau aku masuk angin, aku gak bisa manggung!" Keluh Kou.

"Jadi, suara yang tadi gue denger itu suara loe yang lagi kerokan?!"

"Tentu saja! Memangnya kamu pikir suara rintihanku tadi itu kenapa?!"

"...Lagi Ikkeh-Ikkeh Kimochi"

Kost-Kostan Diabolik LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang