ONE - Akhasa Dewa🌜

54 12 9
                                    

"Khas, lo tuh harus tanggung jawab!" Ucap Marsha tegas, Marsha tidak terima jika sahabatnya di permainkan.

"Tanggung jawab apa?, omongan lo ambigu sayang," balas Akhasa sambil menoel pipi Marsha.

Marsha menyingkirkan tangan Akhasa kasar, "Lo tuh udah ngebaperin sahabat gue!"

"Sahabat lo yang mana?"

"Lidya!"

Akhasa langsung menolehkan kepalanya pada seseorang yang tadi di sebut namanya.

"Lo baper sama gue?"

Lidya melotot, kepalanya menggeleng pelan, lalu dia menunduk.

"Oke, kita jadian!" Putus Akhasa, dia lalu pergi ke depan kelas, dan berdiri di depan sambil menghadap para murid.

"Hey kawan-kawan, listen to me, mulai sekarang, yang namanya Lidya putri adalah pacar gue." Dengan suara lantang, Akhasa mengumumkan itu semua di depan siswa X IPA 5.

Akhas bangsat! Batin Lidya.

Akhasa Dewa, cowok sok kecakepan yang genitnya minta ampun, entah berapa banyak wanita yang sudah dia goda, mungkin tak terhitung.

Selain genit, dia juga omes, jangan di tanya berapa kadar keomesannya karena mungkin itu juga tak terhitung.

Oh ya, mantan, mantannya juga tak terhitung, jika dia ditanya berapa banyak mantan pacarnya, dia akan menjawab : "Gue gak punya mantan."

Kenapa dia menjawab seperti itu?
Karena rata-rata waktu dia pacaran hanya sekedar, satu hari dua hari, paling lama, dua puluh hari.

Akhasa yang lebih akrab di panggil Akhas ini, baru saja melakukan hal gila di depan semua orang, dia juga membawa satu nama lagi, yaitu Lidya Putri, pacar baru Akash.

Entah berapa lama hubungan mereka akan bertahan, melihat dari cara nembak Akhas tadi saja, semua orang sudah geleng-geleng kepala.

"Akhas, ngapain kamu berdiri di depan?" Tegur Bu Desi, kebetulan Bu Desi akan memasuki ruangan X IPA 5.

Akhas nyengir, "Ini loh Bu, Akhas punya pacar baru, jadi Ibu jangan cemburu ya," Guru pun masih dia goda.

Bu Desi memutar bola matanya malas, "Emangnya siapa yang mau jadi pacar playboy kayak kamu?, Hah."

"Tuh!" Tunjuk Akhas pada Lidya yang sedang menulis, Lidya yang merasa jadi pusat perhatian pun mendongak.

"Apa?" Tanya Lidya tak mengerti, dia sedari tadi tidak menyimak apa yang telah di bicarakan Akhas dan Bu Desi.

Bu Desi menaruh buku paket di meja Guru, lalu berjalan menghampiri Lidya.

"Bu, jangan jahatin pacar saya dong, masih baru itu, belum saya jahatin, masa udah ibu jahatin duluan, kan gak adil." Celetuk Akhas.

"Pacar macam apa yang mau jahatin pacarnya?, lagi pula siapa yang mau jahatin Lidya, orang saya mau nanya doang." Jawab Bu Desi setengah sewot.

"Macam saya Bu, saya ini tipe pacar yang baik, jarang di temui di belahan dunia mana pun, kecuali di sini." Ucap Akhas sambil tersenyum manis.

Bu Desi bergidik ngeri, sepertinya Akhas sudah gila.

Bu Desi berjalan menghampiri Lidya, dan memberikan beberapa pertanyaan.

"Lid, kamu beneran pacaran sama orang gila itu?"

Lidya tersenyum kikuk, sebenarnya dia juga merasa aneh dengan apa yang terjadi saat ini.

"Nggak tau Bu,"
"Kok gak tau?"
"Gak tau juga Bu"

Bu Desi mengerutkan dahinya bingung, sudahlah, ini juga bukan urusannya.

Bu Desi pun kembali ke depan dan mengusir Akhas untuk kembali ke tempat duduknya.

"Sana kamu!"

"Ibu cemburu yaa," goda Akhas.

Bu Desi melotot tajam, melihat tatapan Bu Desi, Akhas cepat-cepat kembali ke tempat duduknya.

Dan KBM pun di mulai.

***

Lidya berjalan pelan menyusuri jalanan kantin yang sedang ramai, dia kembali mengingat kejadian pagi tadi, sebenarnya Akhas itu hanya main-main atau apa, jujur saja Lidya tidak mau ada di posisi seperti ini, tapi mau bagaimana lagi, Lidya juga tidak bisa berbohong pada hatinya jika dia memang baper pada Akhas.

Karena tidak memperhatikan jalan dengan benar, Lidya tak sengaja menabrak seseorang.

Dukk

"Aduh, maaf, gue gak sengaja." Ucap Lidya sambil membungkuk.

"It's ok," balas lelaki yang tadi di tabrak Lidya.

Lelaki itu berjalan meninggalkan Lidya yang masih menunduk. Lidya mendongak lalu menoleh ke belakang.

"Bukannya itu Reynald?, anggota geng Rangers, kan?" Gumam Lidya, dia menggedikan bahu lalu pergi.

Sesampainya di kelas, Lidya di hadiahi tatapan tajam dari Akhas.

"Kenapa?" Tanya Lidya bingung.

Akhas melipat tangannya di atas perut, lalu geleng-geleng kepala.

"Abis dari mana?"
"Kantin."
"Kok gak bawa makanan?"
"Gak laper,"
"Terus ngapain ke kantin?"
"Jalan-jalan doang,"

Akhas menepuk jidatnya, pacarnya yang satu ini kok aneh ya.

Akhas menarik tangan Lidya menuju kantin lagi, lalu dia mendudukan Lidya di bangku pojok dan pergi memesan makanan.

Akhas kembali dengan membawa satu mangkok bakso dan es teh manis.

"Gue kan udah bilang, gue gak laper." Ucap Lidya.

Akhas terkekeh, "Ini buat gue, lo temenin gue makan aja."

Blush...

Astaga, gue kok kegeeran.

"Kalo lo laper, lo pesen aja sendiri."

Ini yang di sebut pacar yang baik?, iya pantas saja, ternyata Akhas baik pake bangeeet.

Akhas menyantap baksonya dengan tenang, sedangkan Lidya memperhatikan Akhas diam-diam.

Akhas akan terlihat manis saat masa PDKT'an, tapi berbanding terbalik saat dia sudah pacaran.

Manis di awal doang, kan kamvret. Batin Lidya.

DEWAPUTRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang