Akhas berjalan dengan gagahnya menuju kantin, dia masih pura-pura ngambek dengan Lidya, bahkan Akhas rela merubah sikapnya yang tadinya konyol, tidak bisa diam, mendadak dingin seketika hanya untuk berpura-pura marah.
Akhas berhenti, dia mengambil handphone-nya yang ada di saku dan menelpon Galih.
"Heh, Lih, ada Lidya gak di kelas?" Tanya Akhas saat telponnya tersambung.
"Ada, noh lagi nulis."
"Bagus, btw, ada guru gak?"
"Ada lah, lo ada dimana sih?"
Akhas terkekeh pelan, "Ada di kantin."
"Goblok!"
Tut...
Akhas mematikan sambungan telponnya secara sepihak, dia tak mau mendengar ocehan Galih yang ujung-ujungnya pasti menyuruhnya kembali ke kelas.
"Khas," Panggil seseorang di belakang Akhas.
Akhas menoleh.
"Eh, Bang Rega," sapa Akhas sambil nyengir.
Lelaki yang di panggil Rega itu mengernyit bingung, "Ini kan masih KBM, lo ngapain di kantin?"
Oh ya perlu di ketahui Rega ini ketua geng Rangers, sekaligus kakak sepupu Akhas.
"Biasa Bang, kayak yang gak tau aja," Balas Akhas sambil menyenggol bahu Rega pelan.
Rega tertawa pelan, virus BadBoy nya ternyata menyebar ke adik sepupunya.
"Yo ah, bolos bareng anak Rangers!" Ajak Rega.
Akhas berpikir sejenak, sepertinya itu ide yang bagus.
"Ayo," balas Akhas, mereka berdua pun memanjat tembok dengan lincahnya.
***
Lidya POV.
Gue bingung sama Akhas, kok dia jadi dingin hari ini, kayak yang ngehindar dari gue.
Apa mungkin gue bakalan di putusin hari ini?
Mungkin juga sih, soalnya kan ini udah lewat dari dua hari, dan artinya kesempatan Akhas mutusin gue makin deket.
Gue udah mikirin konsekuensinya kalo punya hubungan sama Akhas, harus siap patah hati, daripada semakin lama perasaan gue semakin gede, kan patah hatinya semakin berat.
Sambil terus nulis, gue coba buat ngecek tempat duduk Akhas.
Akhas gak ada.
Cuma ada Galih sama Bara doang.
Akhas kemana?
Gue liat Galih abis angkat telpon sambil maki-maki gitu, terus Bara yang lagi tidur.
Galih ngeliat ke arah gue sambil ngomong sesuatu yang di pastikan gak bisa gue denger karena suaranya yang hampir gak ada, cuma mangap-mangap doang.
Gue coba ukir apa yang Galih katakan barusan.
"Bolos?" Teriak gue reflek.
"Lidya, siapa yang bolos!" Tegur Bu Evi.
Aduh, gue lupa kalo ada guru di depan, gue coba berbalik natap Bu Evi.
"Eh, enggak ada yang bolos kok Bu." Jawab gue.
Bu Evi natap gue kayak curiga gitu, terus dia ngedarin pandangannya ke semua penjuru kelas.
"Akhas kemana?" Tanya Bu Evi entah sama siapa.
Gue meringis pelan, ketahuan nih kayaknya.
"Anu...Bu, dia lagi ke toilet," Alibi gue.
Bu Evi balik lagi natap gue pake tatapan tajamnya itu, "Kamu jangan belain pacar kamu."
Glek...
Demi apapun Bu Evi lebih serem ketimbang kuntilanak yang lagi nyengir.
Tapi gue juga takut kuntilanak sih.
"E-enggak kok Bu," ucap gue sambil ngangkat jari berbentuk huruf V.
Bu Evi berjalan ke meja Akhas, dia ngelirik Bara yang lagi enak-enaknya tidur.
Gebrak!
Bu Evi ngegebrak meja, gue hampir aja jantungan, anak-anak yang lain juga sama. Apalagi Bara.
Bara buru-buru mengelap sudut bibirnya yang basah dan langsung duduk tegak.
"Kenapa kamu tidur pas pelajaran Ibu?" Tanya Bu Evi pada Bara.
Gue sempat pengen ketawa pas liat Bara ketar-ketir kayak gitu.
"Saya berasa di dongengin Bu, entah kenapa PKN itu bikin saya ngantuk, saya juga gak tau." Jawab Bara.
Gila nih anak jujur banget, gue kira gue doang yang berasa si dongengin pas pelajaran Bu Evi.
"Cuci muka sana!" Suruh Bu Evi.
Bara berdiri lalu pergi dari kelas.
Kita masuk lagi ke percakapan pertama, tentang Akhas yang bolos.
"Akhas kemana Galih?" Sekarang giliran Galih yang kena sasaran.
"Dia bolos Bu."
Ini temennya Akhas pada goblok apa gimana sih, jujur-jujur semua. Nggak ada pembelaannya sama sekali apa.
"Kamu cari dia!" Titah Bu Evi pada Galih, Galih berdiri dan keluar dari kelas.
"Gue yakin mereka gak bakalan balik lagi." Bisik Marsha.
Gue ngeliat ke arah dia, lalu ketawa.
"Kamu Lidya ngapain ketawa-ketawa?"
Kena lagi kan.
"Enggak Bu, tadi Marsya lagi stand up comedy." Bela gue.
Bu Evi geleng-geleng kepala.
"Kita sambung lagi pelajarannya." Putus Bu Evi.
Normal POV
Bara dan Galih saat ini sedang berada di atap sekolah atau biasa di sebut Rooftop. Benar apa yang dikatakan Marsha, mereka pergi dan tidak kembali lagi.
"Lo gak cari Akhas?" Tanya Bara.
Galih menggeleng, "Dia pasti lagi sama anak Rangers, lagian kan kita juga bolos."
"Iya juga ya."
Menikmati semilir angin yang menerpa wajah keduanya, Galih memilih menutup mata.
"Gue mau pindah Bar,"
"Apaan?" Bara melotot mendengar pernyataan Galih tadi.
Galih membuka matanya dan beralih menatap Bara, "Gue harus pindah ke Amerika, ikut orang tua gue."
"Tapi kenapa lo ikut, biasanya juga di sini sendiri gak papa?" Tanya Bara, dia tidak bisa merelakan sahabatnya pergi begitu saja.
"Ada hal yang memaksa gue ikut."
Bara memang tahu banyak hal tentang Galih, dia sudah berteman lama dengan Galih dan juga Akhas, tapi jika menyangkut orang tua Galih, Bara dan Akhas tidak tahu sepenuhnya.
Yang mereka tahu, Galih adalah anak broken home.
"Lo udah kasih tau Akhas?" Tanya Bara.
Galih menggeleng, "Mungkin nanti sore."
"Kapan pindahnya?"
"Lusa,"
"Iya juga sih, lebih baik lo pindah aja, bosen juga gue liat muka lo sama Akhas mulu.""Anjiir, gue kira lo mau melow-melow, ngucapin salam perpisahan kek, apa kek, koplak dasar." Ucap Galih sambil menoyor kepala Bara.
Bara tertawa, mungkin terdengar menyedihkan, bagaimana tanggapan Akhas jika Akhas mendengar Galih yang akan pindah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEWAPUTRI
Teen FictionAkhasa Dewa, bisa di bilang dia adalah dewa nya para putri, dia bisa menaklukkan siapapun, perempuan selalu terpesona bila melihat Akhas. Tapi dia ini playboy, mantannya dimana saja ada, tukang php, korban php nya sudah tidak terhitung, walaupun beg...