Destiny | 13 | Diary

167 12 0
                                    

"Biar aku yang bicara" Seokjin masuk kekamar jisoo lalu menutup pintunya meninggalkan bibi yang masih cemas dari luar kamar.

"Jisoo-ah aku bisa jelaskan, tapi kumohon tenanglah. Mari kita bicarakan dengan kepala dingin" Seokjin menghampiri jisoo lalu duduk ditepi kasur

"Cepatlah, jelaskan semuanya. Secara detail. Tak tersisa satupun." Tukas jisoo

"Baiklah, sekarang kamu coba tenang dulu dan berjanji padaku untuk tidak emosi. Arasseo?"

"Eumm nee" jisoo mengangguk

Seokjin menceritakan itu semua persis dengan apa yang ia dapat dari bibi. Butuh kesabaran bagi seokjin untuk menceritakannya karena terkadang terpotong karena jisoo yang emosi, menangis, dan berfikir yang tidak tidak.

"Sekarang tenanglah, jangan gegabah. Biar aku yang akan membantu mu, jika kamu langsung emosi pada appa mu, kamu tahu apa yang akan terjadi kan?"

Jisoo mengangguk sambil menyeka sisa air mata yang mengalir di dekat mata indahnya

"Apa kamu mau masuk rumah sakit jiwa?"

"Enggak"

"Apa kamu mau menderita disana?"

"Enggak"

"Apa kamu mau hanya memakai baju yang sama setiap harinya?"

"Enggak"

"Apa kamu mau tertancap suntikan setiap harinya?"

"Andwaee" jisoo bergidik ngeri mendengarnya

"Apa kamu mau menjadi perawan sampai mati karena tidak ada yang mau menikahi orang gila?"

"Andwaee"

"Apa kamu mau jauh dariku?" Tanya seokjin menjebak

"Andw-- eh?! Haish kau ini" Jisoo memukul lengan seokjin

Seokjin hanya tertawa kecil lalu mengacak rambut jisoo

"Jangan seperti waktu itu dihadapan orang lain. Aku khawatir melihatmu seperti itu. Arraseo?" Seokjin memperingati jisoo

"Arra arra" Jisoo tersenyum dan detik kemudian hanya ada keheningan

"Eumm mianhae oppa" Jisoo menundukkan kepalanya merasa bersalah

"Untuk apa?" Tanya seokjin kemudian

"Merepotkanmu, merepotkanmu, menyakitimu, merepotkanmu, terus merepotkanmu" jisoo semakin menunduk saat mengucapkan itu semua

"Gwenchanayo aku tidak merasa keberatan sedikitpun"

"Gomawo oppa" kata jisoo lagi

"Untuk apa?"

"Karena membiarkan ku merep--"

"Lalala aku tidak mendengarmu. Aku akan pulang sekarang. Kyeseyo jisoo-ah!" Seokjin berjalan membuka pintu mengabaikan jisoo yang belum selesai berbicara

"Nee chalgayo seokjin oppa!"

***

Pukul 16.20 seokjin sudah berada di flat nya. Hari ini dia sangat lelah karena banyak berbicara. Sebenarnya pekerjaan dia tidak sulit. Lagipula donghae tak mengizinkan seokjin bekerja paruh waktu karena gaji yang seokjin dapatkan dari menjadi guru les piano sudah mencukupi kebutuhannya dan juga adik² nya.

Somi pun karena tidak ingin terlalu merepotkan kaka sepupu nya itu, somi bekerja paruh waktu untuk menambah kan uang jajan dan kebutuhan pribadi nya. Selebihnya untuk apapun yang menyangkut dengan sekolah seokjin yang bayar. Seokjin juga membiayai kuliah hanbin, hanbin tak pernah meminta uang saku karena seokjin berfikir pasti hanbin mendapat banyak uang dari hasil balapan liar nya.

Destiny ;kimjisoo [Jinsoo Vsoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang