007. MALAIKAT & IBLIS

605 44 3
                                    

"iya mah, dia ada dirumah. mamah gak usah khawatir"

"…"

"iya, Jennie paham. Jennie bakal kasih tau dia"

"…"

"Jennie tau mah, dia udah berubah kok, gak kaya dulu"

"…"

"iya, Jennie juga. Love yoo too, see you.…"

Tut..tut....

Jennie membawa langkah kakinya masuk kekamar. Setelah sampai, ia pun merebahkan diri ke atas kasur.

Ia menghela napas panjang, berharap semua rasa penatnya berkurang, walaupun sedikit.

Kepalanya pusing, dia harus berbohong apalagi. Menyangkut adiknya, yang kini pergi entah kemana.

Apalagi ia tau dari bi siti, Lisa kemarin pulang dan pergi lagi membawa kopernya. Untuk apa ia membawa koper?, Jennie pun tak tau. Satelah itu, pak tejo menjelaskan bahwa Lisa begitu semenjak ia tidak memperbolehkan Lisa masuk pada saat pacarnya main kerumah.

Yah semenjak itu, padahal bukan maksudnya ia mengusir Lisa, bukan. Ia hanya tidak ingin mulut pedas Lisa  tidak keluar saat bertemu dengan kai, pacarnya.

Pasalnya, adiknya itu sangat tidak menyukai Kai. Padahal jennie sudah berulang kali berkata untuk bersikap sopan terhadap Kai. Namun Lisa adalah lisa.  Keras kepalanya melebihi kerasnya batu. Ia tetep kekeh bilang bahwa kei tidak cocok bersanding dengan Jennie.

Anak kecil mengerti apa?, tau apa dia tentang cinta.

Lisa sudah salah paham, Jennie sama sekali tak berniat mengusirnya, hanya untuk hari itu saja sebenarnya, ia tidak ingin membuat pacarnya kesal untuk ketiga kalinya.

Sekali lagi Jennie mendesah, dimana ia harus mencari Lisa.

***

"dia lumayan juga, kenapa kalian nggak jadian aja" Ten memperhatikan Lisa yang sedang mengepulkan asap rokok lewat mulutnya. Menunggu jawaban Lisa.

Gadis itu mendelik, menatap ten jengkel. Kenapa masalalu harus diungkit?, membuatnya kesal saja.

"Doi terlalu baik" jawab Lisa seadanya.

Memang benarkan?, sehun terlalu baik untuk dirinya yang brengsek ini.

Ten terdiam. Jika Lisa sudah menjawab seperti itu, ia tak bisa berkomentar apa-apa. Sepertinya gadis ini sedang dalam mood yang jelek. Terbukti saat dia mengeluarkan sebungkus rokok dari sakunya, gadis bersurai coklat ini langsung merebutnya.

Sebenarnya ten tidak kaget lisa merokok, karna itu sudah biasa.

Namun, yang tidak biasanya adalah gadis ini menghabiskan tiga putung rokok sekali gus. Biasanya gadis ini hanya satu kali merokok itupun kalau ia dalam situasi yang rumit.

Apakah gadis ini dalam situasi yang sulit?, mungkin lebih?. Entahlah ten tidak tahu.

"Heh, udah. Jangan lagi" ten merebut rokok kelima yang akan Lisa hisap lagi. Ia menatap tajam lisa.

Gadis itu memutar bola matanya jengah."apaan sih!, udah dua minggu nih nggak ngerokok" kesalnya.

"udah empat batang, nyet  "ujar ten tak kalah kesal. Bagaimana tidak, tiga batang mungkin gak masalah, masih ia tolerin. Lah ini, udah mau lima. Gadis ini mau K-O?. "Lu kenapa sih?, kalo ada problem  cerita sama gue." lanjut ten.

"gak kenapa napa" lisa mengalihkan pandangannya.

Ten berdecak. Selalu seperti itu, lisa tak pernah menceritakan masalahnya pada ten. Membuat ten kesal setengah mati.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 06, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JUST LISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang