1

59 4 0
                                    

Teriknya matahari menyinari lapangan sekolah. Karin bersama dengan sahabatnya.
"Woi! Lempar sini bola basketnya!!"
Seru Tiali, sahabat karib Karin dari ia kecil sampai sekarang. 

"Kena kau!"
Sahut Randy, sahabat lelakinya, sambil mengambil bola basket yang dipegang oleh Brittany, sahabat karib Karin yang lemah lembut, pintar, tapi tidak pintar dalam bidang olahraga. 

"Gampang banget sih ambil bola dari mu, Brit,"
Ucap Randy sambil tertawa. 

"Maaf, Tia...." Ucap Brittany dengan nada bersalah.

"Udah, ga apa apa. Woy, Rin!!"

"Ga usah ngomong, aku sudah tau," Jawab Karin dengan santai.

Karin dengan mudah merebut bola dari Randy, dan mendribble bola hingga mendekati ring. Dan seperti biasa, Karin berhasil memasukkan bola itu.

"Muahahaha, yang bener aja kamu Ran, gk bisa ngalahin aku, Tia, sama Brit," Ketawanya sambil menepuk pundak Randy dengan kuat.

"Aku sedang memberimu kesempatan biar menang. Jangan geer dah,"
Jawab Randy dengan mulutnya yang mengerucut.
Melihat tingkah laku Randy yang seperti anak kecil. Dan semuanya tertawa akan sikap bocahnya Randy.

"Bukannya kamu memang gak bisa ngalahin Karin ya, Ran?"
Sindir Tia kepada Randy.

"Udah ah, aku cuma bercanda geh. Oh iya, Rin. Cowok mu belom telepon tah?" Tanya Randy kepada Karin.

"Oh iya, bentar. Aku ambil hp ku dulu,"
Karin berlari menuju tempat dimana ia menaruh ponselnya. Ketika Karin mengecek ponselnya, terdapat 10 missed calls dari layar ponselnya.

"Kalo dia marah gimana?"
Tanya Brittany kepada Karin sambil mengistirahatkan dagunya di pundak Karin.

"Oh ada kamu, Brit. Ya, mau gimana lagi. Aku pergi dulu ya,"

"Hati hati dijalan!"
Balas Brittany yang melambaikan tangannya dan dalam waktu sekejap saja Karin sudah tidak terlihat.

"Woy, Brit!"
Seru Randy yang berjalan mendekati Brittany yang juga dihampiri oleh Tia.

"Si Radon ya?" Tanya Tia.
Dan Brittany hanya menganggukkan kepalanya kepada mereka.

∆∆∆

Karin berjalan menuju gerbang sekolahnya dan melihat sekelilingnya dengan saksama.
"Dimana sih tuh Radon? Katanya sudah disini,"
Tiba tiba pandangan Karin tertutup dan tidak bisa melihat apapun. Dari seberapa besar tangan itu, aroma tubuhnya yang khas membuat Karin tersenyum dengan manis. Tentu saja Karin tau itu siapa.

"Tebak siapa?" Tanya Radon dengan suaranya yang dalam dan lembut.

"Tentu saja Radon. Emangnya siapa lagi dah?"
  
"Siapa sih Radon itu?"

"Ya dia manusia lah, masa monyet,"

"Hmm... Gitu ya."

"Ga lah, cuma bercanda doang kok."
Radon melepaskan tangannya yang menutup mata Karin. Karin berhadap balik dan melihat Radon yang lebih tinggi 10 cm darinya.

"Habis main basket lagi ya?"

"Iyalah, sudah lama gak main basket,"

"Gk ditegur sama satpam atau guru?"

"Don, kan kita itu alumni. Ya ga apa apalah. Masa gitu doang takut,"

"Ngapain takut, mau kamu diculik sama setan dari sekolah geh bodo amat,"

"Ih jahat!"
Ucap Karin sambil mengerucutkan bibirnya.

"Ga lah, aku ga sejahat itu."
Jawabnya sambil terkekeh kekeh melihat ekspresi wanita yang dicintainya itu. Tanpa melihat sekeliling lagi, Radon menyambar bibir Karin yang sedang mengerucut itu. Bagi Radon itu adalah hal yang sangat lucu dan imut. Ingin rasanya memakan wanita pujaannya itu.

My Dark FianceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang