2

25 3 0
                                    

Walaupun Alfred sudah memanggil nama 'Karin' berkali kali, Karin tetap berlari ke rumah Tia yang kira kira jaraknya dua kilometer dari rumahnya. Karin melihat ke arah belakang, dan tidak mendapatkan Alfred maupun Charlene yang mengejarnya. Karin memperlambat langkah kakinya, dan langkah kakinya kini terdiam. Jalanan sangatlah sepi, tidak ada siapa pun. Air hujan turun perlahan, Karin mencari tempat berteduh yang dekat.

"Ah! Ada kedai! Tunggu, sebelumnya aku belum pernah melihatnya ini..." Ucap Karin dengan heran. Ia sering memperhatikan sekeliling namun tidak pernah dirinya melihat kedai ini. Kapan kedai ini dibangun? Perasaan tidak ada pembangunan bangunan... Atau mungkin dirinya yang kurang memerhatikan sekeliling? Itu tidak mungkin. Dari kecil hingga sekarang, Karin tidak pernah meninggalkan kampung halamannya. Ia bersekolah, kuliah, lulus, kerja, jadian dengan Radon, tidak ada yang membangun dekat dengan rumahnya. Tentu saja ada Mall, cuman jaraknya agak jauh dari rumah Karin. 

Dengan sikapnya yang bodo amatan dan tidak terlalu peduli, Karin memasuki kedai itu tanpa adanya rasa takut.

Karin masuk ke dalam kedai tersebut. Dan pas sekali, ketika Karin sudah masuk ke dalam kedai, air hujan turun semakin deras.

"Yah... Terpaksa nunggu sampai hujan reda," Ucapnya dengan nada pasrah dan duduk di salah satu kursi dekat dengan konter. Karin baru menyadarinya, bahwa kedai itu tidak ada orang sama sekali. Dan tidak ada seorang pun yang menjaganya. Kedai macam apa ini? Terbengkalai kah? Tampaknya masih sangat baru...

"Umm..... Kok aku langsung jadi tegang gini? Dan aku ngerasa ada yang aneh," Ucap Karin sambil menelan air liur nya dengan sangat berat. Karin memberanikan dirinya untuk berjalan ke arah pintu yang ditutupi oleh kain putih. Karin memberanikan diri membuka pintu tersebut, namun tidak ada siapapun. Tidak ada satupun tanda tanda ada orang di Kedai ini!!!

"Aih, ngeri amat sih... Permisi!!" Seru Karin dengan seluruh tenaganya. Dan yang menjawabnya adalah halilintar yang suaranya yang besar dan berisik.

"Aduh mamak copot!! Tuh kan, jadi takut sendiri!!" Teriak Karin sambil menghentakkan kakinya dengan kesal.

Tiba tiba, ada bayangan yang melewati Karin. Karin penasaran siapa yang lewat, namun karena tempatnya gelap jadinya seram. Antara ingin tahu dan ketakutan menyelimuti Karin, apa yang harus dilakukannya??

"Permisi?!"
Serunya dengan bulu kuduknya yang telah berdiri. Ketakutan bahwa itu adalah hantu. Tapi, karena ingin tahu siapa dibalik itu, Karin menaruh tas travelnya di konter, dan mengumpulkan seluruh tenaganya untuk berjalan melalui pintu yang ditutup dengan kain putih itu dan mengecek sekeliling dengan saksama. Ketika Karin membuka pintu, bayangan yang hampir sama lewat kembali dan membuat Karin ingin menangis.

"Per-permisi???!!!" Ucap Karin, kini dengan sedikit menjerit. Berharap yang menjawabnya adalah manusia, bukan hantu, atau lebih parah lagi, alien.

Ada seseorang yang menyentuh pundak Karin, itu membuatnya sangat merinding dan tidak berani melihat kebelakang.

"Si-si-siapa itu??" Tanya Karin dengan nada yang takut.

Tapi, tidak ada respon apa pun. Karin membalikkan tubuhnya perlahan dan menemukan seseorang yang bertubuh tinggi.

"Ikut aku sebentar,"
Kata lelaki itu dengan nada yang lembut dan dalam. Tangan Karin ditarik olehnya. Karin hanya terpaku diam, karena lelaki itu adalah orang, bukan hantu maupun alien. Syukurlah itu orang, kalau bukan orang mungkin saja nyawa Karin sudah berada di atas sana.
Lelaki itu menarik Karin ke tempat dimana Karin menaruh tas travelnya.

"Ngomong ngomong, kok kamu ada disini? Ada tujuan apa kesini?" Tanya lelaki itu dengan santai. Karin hanya melongo melihat lelaki itu. Rambutnya berwarna coklat terang dan matanya berwarna biru langit.

My Dark FianceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang