3

19 3 0
                                    

"Karin..... Bangunlah. Ini sudah pagi."
Bisik John yang berada di sisi kanan Karin yang sedang tidur dengan pulas. Suaranya mengingatkan nya kepada Radon. Karin membuka matanya perlahan dan mendapatkan John memanggil manggil namanya berulang kali tanpa penekanan nada.

"Hmm??? Nanti, masih ngantuk loh..."
Jawab Karin dengan nada malas, dan masih menggeliat di ranjang.

"Kalo ga, nanti ga dapat sarapan."
Ucap John dengan nada datar dan meninggalkan Karin sendirian di kamar. Apa apaan itu? Kenapa tiba tiba secepat itu berubah? Awalnya manis, kenapa sekarang seperti memanggil anggota keluarga yang sedang bermalas malasan di ranjang?

"Agh.... Iya iya!"
Seru Karin dengan kesal.
Karin keluar dari kamarnya, dan jalan menuju ruang makan dengan kaki yang malas. Kakinya seperti tidak mau berjalan, dan hanya ingin terdiam di tempat yang comfy.

"Akhirnya turun juga kamu,"
Kata John sambil menyantap sarapannya dengan elegan.

"Aku hanya tidak ingin ketinggalan sarapan, hanya itu saja,"
Jawab Karin dengan nada agak bergerutu, tapi senang karena mendapatkan sarapan yang kelihatannya cukup lezat seperti sarapan yang disantap oleh John.

Setelah Karin dan John selesai sarapan, John mengajak Karin berjalan jalan di taman nya yang ditumbuhi bunga mawar yang sangat indah.

Harumnya bunga mawar, warnanya hanya beberapa variasi, embun pagi yang masih tertinggal, memberikan hawa yang dingin dan menggigil.

"Hmm..... Jiwaku terasa sangat nyaman berada disini,"
Ucap Karin dengan wajah yang berseri seri. Seakan akan jiwanya yang berada di tempat yang indah.

John yang melihat Karin dengan wajah yang puas dan memuaskan, mendekatinya perlahan.

"Karin? Apakah kamu tidak mau pulang ke rumah? Orang tua mu akan khawatir,"

Ucap John yang membuat kening Karin berkerut dan memejamkan matanya sambil menghembuskan nafas yang panjang, menandakan menyerah.

"Baiklah.... Aku akan pulang menemui orang tua ku. Setelah itu, aku akan melarikan diri, jauh dari jangkauan orang tua ku,"

Ucap Karin dan berjalan keluar dari taman mawar itu. Dengan hentakan kaki yang agak keras dan kasar. Ia tahu bahwa maksud dari John adalah baik, tapi dirinya sudah muak dengan perlakuan orang tuanya. Apapun itu selalu diatur oleh Alfred dan Charlene. Pikiran Karin sedang bertengkar hebat sampai ia tidak tahu bahwa sudah di depan kamarnya yang semalam. Karin membuka pintunya dan menghempaskan pintu itu dengan tubuh nya. Rasanya ingin sekali berteriak. Hidupnya sudah cukup hancur, untung saja Radon muncul dalam kehidupannya. Dan sekarang orang tuanya ingin menghancurkan hidup asmara anaknya sendiri. Dibuka nya pintu lemari baju dan mengganti bajunya. Tentu saja Karin harus pulang, disitulah rumah nya, tempat kedua orang tuanya tinggal. Tidak bisa ia harus meninggalkan kedua orang tuanya yang sudah sangat tua. Anak macam itu meninggalkan orang tuanya yang sudah susah payah menjaganya dari kecil.

John mengantarkan Karin ke rumahnya. John yang duduk disebelah Karin, dapat merasakan kemarahan dan kesedihan Karin, mungkin lebih. Karin tidak ingin menghampiri orang tuanya karena masih sangat kesal atas keputusan yang hanya diputuskan oleh satu pihak. Tetapi, di dalam benak John, Karin perlu menghampiri orang tuanya.

Sesampai di depan rumah Karin, John ikut keluar dari mobil untuk menemani Karin. Walaupun Karin tidak memintanya, John melebihi dari cukup akan pengertiannya terhadap hati semua orang, terutama perempuan yang biasanya rumit. Karin memberikan senyuman dengan indikasi ucapan terima kasih kepada John. Karena John sudah mau menemaninya. Mobil pribadi John sudah tidak terlihat, dan situasi menjadi canggung. Karin yang hanya bisa terdiam, berdiri di posisi yang tetap, tidak tahu betapa sulit dan acak acakkan pikirannya.

Keringat sudah mulai mengucur dari wajah Karin, John menenangkannya dan terdiam.

"Aku.... Tidak mau masuk....."

"Kenapa? Kamu harus masuk. Itu rumahmu,"

"Bagaimana jika mom dan dad hanya mengharapkan kehadiranku untuk dijodohkan kepada seorang asing yang tentu saja aku belum kenal, apalagi melihatnya?"

"Ikuti saja, aku akan berada di sisimu,"

John memegang pundak kiri Karin dan tersenyum manis kepadanya.  Mengisyaratkan untuk masuk ke dalam rumah. Seketika pintu rumah di buka perlahan oleh Karin, terdapat seseorang yang terlihat familiar sedang duduk di kursi. Dan itu adalah Charlene. Melihat kedatangan anaknya sendiri, Charlene bangkit dari kursi dan memeluknya dengan erat. John tersenyum melihat Karin memeluk mom. Karena merasa ada seseorang yang tidak dikenal, Charlene melepaskan pelukannya dan menatap tepat di mata Karin.

"Dia siapa, Rin?"

"Dia John, teman baruku,"

"Ohh.. Pagi John, namaku Charlene, panggil saja Charlene,"

"Pagi juga, terima kasih Charlene."

Sapaan John sangatlah sopan, membuat Charlene terkagum. Dan perasaan itu hilang dengan segera.

"Ada apa, Mom?"

Tanya Karin dengan wajah yang khawatir, ditambah takut karen akan dijodohkan.

"Sebentar lagi, dia datang....."

"Charlene, apakah kamu akan membiarkan Karin menikah dengan orang yang belum sama sekali dikenalnya?"

Tanya John untuk membantu Karin agar tidak dijodohkan secara paksa. Wajah Karin sangatlah senang mendengar itu dari John. Karin tahu, bahwa dirinya bisa menghitung John.

"Tentu tidak... Tapi.."

Air mata Charlene mulai mengalir, Karin menenanginya. John membantu menenangi Charlene, dan membantu Charlene duduk di kursi. Walaupun hati Karin merasa sangat kesal dan tumbuhnya benih kebencian, ia tetap luluh ketika melihat ibunya yang sedang menangis. John mengambil air minum yang segar untuk Charlene. Tidak lama, terdengar suara mobil yang menandakan bahwa, orang yang dijodohkan kepada Karin sudah datang. Jantung Karin berdetak tidak beraturan. Ada rasa takut dicampur rasa marah. Terdengar suara ketukan pintu, sebelum Karin dapat membukanya, Charlene menghapus air matanya dan mengisyaratkan kepada Karin, bahwa dirinya yang akan membukakan pintu.

"Selamat pagi. Silahkan masuk,"

Salam Charlene dengan nada yang telah dipaksakan. Yang muncul pertama adalah seorang perempuan dengan rambut nya yang berwarna kuning terang, ikal dan terlihat halus. Busana yang mahal dan terlihat sangat cantik. Wajahnya benar benar sangat asing bagi Karin. Apakah benar ini ibu dari seseorang yang akan dinikahkan oleh Karin? Wakta itu melihat kearah Charlene dan memeluknya.

"Pagi, Charlene ku manis... Apakah calon istri anakku ada disini?"

Tanya perempuan itu dengan perlahan dan menatap kearah Karin. Mimik wajahnya tersenyum dengan sangat manis dan elegan. Wanita itu menghampiri Karin dan menatapnya dengan tatapan yang hangat dan lembut.

"Pasti kamu Karin, salam kenal ya.. Aku adalah mom menantumu..."

Karin hanya dapat tersenyum kepada perempuan itu, dan sudah sangat terlihat orang itu sangat baik. Ingat, penampilan boleh bagus tapi gatau aslinya bagaimana. Lalu, muncullah sesosok lelaki yang mendapatkan perhatian penuh dari Karin. Lelaki itu berpakaian dengan rapih, rambutnya terlihat lemas dan lembut, berwarna cokelat kemerahan. Matanya berwarna abu abu agak kehijauan. Kulitnya berwarna kuning langsat dan putih. Tingginya melebihi John sedikit saja, sepertinya. Wajahnya terlihat ramah, dagunya yang terlihat tajam.

"Selamat pagi, Charlene,"

Sapa pria itu kepada Charlene dengan sopan. Nada yang lembut tapi dalam. Mungkin saja orang ini seperti John yang lembut dan manis. Itu lah isi pikiran Karin.

"Pagi..."

Sapa Karin yang masih menganalisis lelaki itu. Ia ingin menebak lelaki itu orangnya seperti apa. Ya minimal tahu bagaimana lelaki masa depannya.

"Namaku adalah Arion,"

Charlene menghampiri Karin dan memperkenalkan dirinya.

"Namanya adalah Karin,"

"Karin?? Nama yang indah untuk orang sepertinya..."

-To Be Continued-

My Dark FianceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang