SEREEEM: POCONG WC

42 5 2
                                    

UNTU terlihat gusar malam itu. Tubuhnya gemetar, badannya melintir-melintir persisi jemuran basah yang lagi diperes. Kadang nungging-nungging. Keringat dingin juga keluar membasahi dahinya. Gigi-gigi Aligatornya yang berjajar tidak beraturan sesekali menggigiti bantal yang dia tiduri sampai terkoyak. Kedua tangannya tak lepas mencengkram perutnya.

Untu terbangun dari tidurnya malam itu karena... KEBELET BOKER.

Hal tak biasa yang dialami Untu ini membuat dirinya dilema.
Kondisi rumah yang sepi dan sunyi, orang-orang rumah juga sudah tertidur lelap, ditambah kondisi WC yang berada di belakang rumah hanya diterangi lampu 5 watt satu biji. Penerangan yang sangat tidak memadai untuk suatu ruangan cukup luas berisi dapur, satu kamar mandi, satu kakus, juga parkiran yang bisa muat untuk lima motor tersebut. Hal yang membuat Untu semakin enggan pergi ke sana.

Namun rasa kebelet boker Untu benar-benar sudah berada di ujung tanduk. Benda yang terus bergerak seakan mencari keberadan cahaya dalam ususnya itu memaksa Untu untuk segera mengambil keputusan sebelum terjadi kehebohan.

Dalam pikirannya, Untu mendapatkan beberapa pilihan untuk mengatasi kebelet bokernya:

Pertama, nekad pergi ke WC terus boker tapi pintu WC-nya dia biarkan terbuka.
Efektif banget bila terjadi sesuatu, dia bisa langsung kabur menuju kamar.

Kedua, dia boker di dalam kamar dan membuat karya seni patung dari ee’-nya.
Setelah itu dia semprot patung ee’-nya pakai Casablanca biar harum, kemudian mengkamuflasekan sisa ee’ yang menempel ditangan sebagai masker wajah (ada yang bilang kalau bahan-bahan hasil fermentasi itu bagus buat kulit. Entah siapa yang bilang?).

Huft, sayangnya Untu adalah tipe laki-laki yang kurang bijak. Sehingga dia lebih memilih pilihan yang pertama.

Untu lari ngibrit menuju WC.
Tanpa ampun dia plorotin kolornya, jongkok dan ngeden sekuat tenaga hingga bibirnya berdarah-darah karena tergigit giginya sendiri yang lebih runcing dari gigi piranha.

Tak lama... terdengar suara kecil nan bulat namun merdu.

PLUNG...

Disusul desahan nafas penuh kelegaan.

Aaah~

FYI, dalam ilmu per-boker-an, dua suara itu menandakan masa kritis telah berhasil dilewati Untu. Berarti dia tinggal melewati fase cleaning balance dan recovery.
Di fase ini untu bisa bebas mengontrol ngedennya sesuka hati untuk mengeluarkan sisa ampas perut yang ada sambil memulihkan energi yang habis karena masa kritis pertama. Di fase ini biasanya orang-orang akan melamun atau berdelusi bahkan mendapatkan ide-ide kreatif.

Namun tidak dengan Untu. Karena ketakutan, proses Cleanning balance dan recoverinya jadi tidak sempurna. Dalam benaknya hanya ada “cepat selesaikan dan pergi tidur lagi! Tempat ini menyeramkan!”
Hal itu membut saraf-saraf perut yang bersinkronisasi dengan otak menjadi rancu, sehingga kontraksi di perut terjadi berkali-kali namun saat ngeden tidak ada yang keluar dan proses recovery pun tidak terjadi.
Akibatnya badan malah jadi lemes dan boker jadi lebih lama. Itu lah mengapa seorang ahli perbokeran asal India bernama Hajat Ngi Sing pernah berfalsafah, “Boker membutuhkan ketenangan dan ketentraman jiwa. Boker haruslah damai.” Gue pribadi sangat setuju sekali dengan om Ngi Sing ini.

Perut Untu masih saja sakit, sedangkan dia juga menyimpan rasa takut amat dalam di hatinya.

Untu memandangi pintu belakang rumahnya yang sejajar dengan WC tempat dia boker (Rumah Untu bergaya jaman dahulu, jadi ada pintu yang membatasi ruang depan dan ruang belakang).
Untu mencoba memikirkan hal lain. Seperti memikirkan PR sekolah sampai membayangkan orang yang dia sukai di sekolah ada di balik pintu dan menghampirinya kemudian nyebokin dia.

Untuk sesaat Untu berhasil mengalihkan rasa takutnya. Dia semakin tenggelam dalam lamunan. Matanya tak lepas dari pintu. Sampai tiba-tiba hal tak terduga muncul dari arah kiri pintu WC-nya...

TUING... TUING... TUING...

Pocongan dengan riangnya melompat-lompat dari arah timur ke barat, melewati pintu WC Untu yang memang sengaja dia buka.
Kemudian Pocong itu menghilang tertelan tembok.

Untu dibuat terbelalak. Kaget setengah mati sekaligus panik.
Untu cebok sekenanya. Dia melompat dari jamban dan menaikan kolornya sambil berlari menuju kamar. Mengunci rapat-rapat kamarnya, bersembunyi dalam selimut sambil berdoa. Saat bilang "Aamiin" dan mengusap muka, dia ingat kalau belum mencuci tangannya.
HOEEEK!!!

Ada kemungkinan pocong itu sebenarnya tidak menyadari keberadaan seseorang yang lagi boker dalam WC. Dengan pintu yang dibiarkan terbuka, Pocong itu mengira tidak ada orang yang bisa dia ganggu malam itu. Hanya saja mungkin malam itu adalah malam paling bau dalam perjalanan karirnya sebagai pocong.

SEREEEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang