Part 8

13.7K 2.5K 195
                                    

PERJALANAN di lanjutkan setelah sarapan, Mark kembali menyetir sementara Jaehyun sudah tidur di kursi belakang. Kali ini Taeyong juga duduk di belakang.

"Jadi Hyung, selama ini Hyung hanya tinggal bersama adik hyung dirumah?" tanya Mark; berusaha memulai pembicaraan. Ia tidak ingin suasana yang hening dan canggung; sebisa mungkin Mark mencari cara agar bisa dekat dengan Taeyong.

"Ya, aku dan Adikku hanya tinggal berdua. Bagaimana dengan mu Mark?" sebenarnya Taeyong sudah tahu jika Mark juga tinggal bersama Jaehyun. Hanya saja ia ingin mendengar hal itu dari Mark langsung.

Mark tersenyum kecil. "Aku tinggal bersama Jaehyun hyung.. Dia saudaraku," dari dulu hingga sekarang, ia merasa begitu membanggakan Jaehyun.

Mendengar itu Taeyong mengangguk, sebenarnya ia ingin tahu lebih jauh. Namun jika Mark tidak mengizinkan maka tidak masalah, ia juga tidak ingin mencampuri urusan orang yang tidak terlalu ia kenal. Karena urusannya sendiri sungguh lah rumit, hingga saat ini ia belum bisa menemukan Jinsol.

Andai saja saat itu ia berhasil menyelamatkan Jinsol, pasti akhirnya tidak akan seperti ini. Adiknya tidak akan menghilang. Penyesalan memang selalu datang di akhir.

Taeyong tersentak saat merasakan beban berat di bahu; ia menoleh dan mengerjapkan mata beberapa kali saat kepala Jaehyun bersandar di bahunya. Lelaki tampan itu terlihat sangat nyenyak. Yah, menyetir semalaman pasti membuat Jaehyun lelah.

Walaupun rasanya sedikit aneh karena mereka belum terlalu mengenal satu sama lain. Namun akhirnya Taeyong membiarkan hal itu; Jaehyun juga membutuhkan istirahat.

"Berapa jam untuk sampai di dermaga selanjutnya Mark?" tanya Taeyong penasaran.

Mark melihat jam tangan untuk memastikan. "Sekitar tiga jam lagi Hyung,"

Taeyong mengangguk, perlahan matanya terasa berat. Keheningan serta rasa lelah sejak tadi malam berhasil membuat Taeyong memejamkan mata dan tanpa sadar menyenderkan pipi di kepala Jaehyun.

Melihat ke arah kaca spion, Mark hanya bisa tersenyum kecil. Jadiㅡia sendirian sekarang? Menyetir sembari menatap maps yang tersedia di balik layar ponsel; berusaha menambah kecepatan agar cepat sampai di tempat tujuan.

Mark sadar ia harus menyelesaikan kasus ini secepatnya, jika kapal tersebut sudah benar-benar pergi dari korea Selatan. Maka akan semakin sulit mencarinya, mereka tidak bisa menggunakan mobil. Jika menggunakan helikopter sudah pasti bisa; hanya saja kasus ini belum mendapatkan persetujuan yang jelas dari ketua kepolisian besar.

Sepuluh gadis korea menjadi tawanan untuk di jual ke Negara lain. Meskipun ada beberapa dari gadis tersebut adalah anak dari panti asuhan atau gelandangan; tetap saja kan tidak bisa seperti itu? Mungkin memang mudah mengambil seseorang dari panti asuhan, namun seharusnya pihak panti tidak memberikan izin jika yang mengadopsi adalah orang luarㅡapalagi dengan identitas tidak jelas. Mark yakin di kasus kali ini pasti melibatkan banyak orang dalam.

▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒

Jinsol menatap sinar matahari yang masuk ke dalam celah jendela kapal. Kini kegelapan itu sudah sirna, ia sudah bisa melihat dengan jelas apa yang ada di sekelilingnya. Seperti ratusan kotak besar yang di taruh di dalam satu tempat; ia yakin jika itu adalah barang-barang berguna.

Semakin lama tubuhnya terasa semakin lemas, ia hanya bisa bersender di ujung ruangan sembari memeluk kedua kaki. Ada beberapa gadis yang menangis di dekatnya; kaki mereka semua di rantai.

Jinsol sudah berusaha mengajak mereka semua berbicara, hanya saja semua gadis itu selalu menangis dan mungkin terlalu takut untuk berbicara. Kecuali Lisa, gadis itu terlihat kuat. Jinsol bisa melihat pancaran berbeda dari kedua bola matanya.

More Than Words《Jaeyong》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang