Pre-test berjalan lancar, selama pre-test berlangsung aku mengerjakan soal dengan mudah. Aku mengumpulkan kertas jawaban tepat 15 menit setelah pre-test dimulai. Begitu juga dengan Ray.
Dia mengumpulkan lembar jawaban miliknya setelah aku mengumpulkan milikku."Ayo, yang sudah selesai langsung kumpulkan dan keluar dari kelas, nih kayak Salsha sama Ray tuh..". Ucap pak Tedi dengan suara lantang.
"Yelah deh pak, otak mereka kan encer.". Ucap salah satu siswa yang duduk di barisan paling belakang.
"Iya pak, mereka mah cepet ngerjainnya." Saut siswa yang lain.
"Udah udah, cepet kerjain!". Ucap pak Tedi.
Aku pun segera keluar dari kelas dan pergi ke kantin.
"Hoam.. akhirnya selesai juga, pasti bagus nih nilainya.. yakin salsha yakinn!". Ucapku pelan, mungkin hampir tidak terdengar.
"Gabakal". Ucap seseorang dari belakang padaku dan suaranya tak asing lagi. Dia adalah Ray.
Aku pun membalikkan badan ke arahnya.
"Mmm.. liat aja nanti, BYE!". Ucapku lalu berjalan meninggalkan Ray.
"Masih gue liatin". Ucap Ray pelan.
Hah?
Ternyata Ray berjalan disampingku.
"Ngapain lo ngikutin gue?". Ucapku pada Ray.
"Geer". Ucap Ray ketus.
Aku kembali terdiam dan melanjutkan perjalanan menuju kantin. Dan ternyata Ray juga ke kantin.
Fix, malu gue.
Seperti biasa, Ray memesan siomay mbak Unah.
"Siang mbak Unah". Ucap Ray perlahan pada mbak Unah.
"Halo den Rayzen si kasep kesukaan mbak Unah". Ucap mbak Unah dengan wajah sumringah.
"Pesen kayak biasa ya mbak, ditunggu!". Ucap Ray pada mbak Unah, lalu pergi menuju meja andalannya yang terletak di pojok kantin, mengarah ke lapangan.
Dan dari sekian banyaknya meja kosong melompong, entah mengapa kakiku berjalan menuju meja Ray.
"Eh, gue numpang". Ucapku seraya duduk didepan sang bad boy kelas kakap.
Ray menatapku heran lalu menaikkan sebelah alisnya.
"Hah?" Ucapnya dengan mulut terbuka.
"Gue, Salsha Adyarasya. Numpang duduk didepan lo". Ucapku dengan wajah serius, lalu duduk didepan Ray.
Ray hanya menganggukan kepalanya, wajahnya seperti tak menyangka. Heran.
"Ini siomaynya khusus mbak Unah buatin buat den Ray". Ucap mbak Unah sambil meletakkan piring berisi siomay tersebut diatas meja.
Kedatangan mbak Unah berhasil memecah rasa canggung antara aku dan Ray.
"Makasih mbak". Ucap Ray, lalu melahap siomaynya.
"Mbak Unah, aku mau satu!! Sama kayak Ray". Ucapku pada mbak Unah.
"Okedeh.. mbak Unah meluncur". Ucap mbak Unah seraya pergi meninggalkan aku dan Ray.
Beberapa menit kemudian mbak Unah datang lagi dengan piring ditangannya. Tidak salah lagi, itu siomay milikku.
Kantin sudah mulau ramai. Banyak murid murid berdatangan. Kini aku dan Ray sudah selesai makan. Ray pun beranjak pergi dari duduknya.
"Lo mau kemana?". Tanyaku pada Ray.
"Perpus". Ucapnya lalu pergi.
"Mmm". Ucapku sambil menganggukan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salsha dan Rayzen
Teen Fiction"Jadi cowok tuh jangan galak-galak, nanti gak ada yang mau." -Salsha Adyarasya. "Kan lo mau." -Rayzen Al-Zaidan. Salsha? Mati ditempat.