SR:3

46 5 1
                                    

Bel pulang pun berbunyi. Kini banyak murid berlarian keluar kelas untuk kembali ke rumah masing-masing.

Salshady : bang!!! Jemput salshaa

Aku segera mengirim pesan ke bang Bani, dan kenyataannya pesanku tidak mendapat balasan.

Kini kelas sepi, hanya ada aku dan..

Ya, dia. Udah ketebak kan?

Rayzen

Tentara-tentara udara memasuki ruangan kelas dan membuat suasana ini mencekam.

Antara salting sama masuk angin

Ray hanya diam disampingku sambil menatap layar handphone nya. Dia menatap seseorang dilayar handphone nya.

Aku berdehem.

"Eh, masih disini lo?" Ucap Ray.

"Menurut lo?".

"Kayaknya". Ucapnya lalu kembali menatap layar handphonenya.

"Kok?".

"Yaiya, gue kira setan"

Ngeselin!.

"Kenapa belom pulang?". Kini Ray meletakkan handphonenya.

"Cie, ngomong sama setan".

"Ye ngaku".

"Kenapa belom pulang gue tanya". Ray mengulang kalimat yang sama.

"Belom dijemput".

"Gak naek angkot?".

"Gak level".

"Yeu gaya lo! Biasa berangkat naek angkot aja".

Loh kok? Kok tau?

Kali ini adalah kali kedua Ray membuka percakapan dengan perempuan. Intonasi suaranya pun berbeda, bukan Ray dengan suara berat dan dingin. Melainkan seperti cowo pada umumnya.

Aku hanya tersenyum.

Tengneng!

1 unread message.

Notif dari bang Bani berhasil memecah suasana canggung antara aku dan Ray.

Bang Bani : sal pulang naik angkot dulu, gue gabisa jemput

Salshady : yah kok?

Bang Bani : ada urusan urgent!!

Salshady : awas ya kalo ini urusan cewe! Gue penggal lo nanti!

Bang Bani : yah ini urusan cewe.

Salshady : yah lo bang gitu sama adek sendiri ah

Bang Bani : mama minta anterin ke rumah tante Lena

Salshady : oalah cewenya mama, itu sih gapapa...

Bang Bani : ye, udah lo pulang naek angkot dulu ya, tiati deknya abang!!! <3

[Read]

Aku pun segera mengemasi buku-buku lalu pergi meninggalkan Ray.

"Gue duluan".

Ray sadar, lalu ikut bangkit dari duduknya.

Kini kami jalan berdampingan menuju gerbang sekolah.

"Naik apaan?". Tanya Ray.

"Ang.."

"Angkot? Yhaaa!! Katanya gak level". Ucapnya diiringi dengan tawa.

Aku meliriknya tajam.

Salsha dan RayzenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang