SR:7

23 2 0
                                    

Hari ini adalah hari pertama kelasku akan berlatih untuk penampilan kami di Pentas Seni. Ini adalah tradisi SMA Elang untuk mengadakan Pentas Seni tahunan. Seluruh murid seantero sekolah akan mendapat dispensasi, karena kami harus menyiapkan penampilan untuk Pentas Seni. Kelasku memilih untuk menampilkan sebuah drama diselingi dengan penampilan band. Bersyukur dikelasku banyak anak-anak yang mengikuti ekskul band. Jadi bisa meringankan latihan kita.

Selama persiapan ini, seluruh siswa diperbolehkan untuk memasuki gerbang sekolah melebihi pukul 07.00. Dan gerbang akan ditutup pukul 09.00. Aku pergi ke sekolah sendiri, tidak diantar Bang Bani.

"Hey Sal!." Sapa Aura dari kejauhan.

Aku tersenyum.

"Gimana? Udah siap jadi vokalis dan peran utama di drama kita?." Ucap Tara dengan menaikkan sepasang alisnya.

Peran utama? Vokalis?

"Hah? Kok? Apasih halu deh."

"Lah lo gak baca grup drama semalem?." Ucap Aura.

"Bentar nih ya gue tunjukin." Lanjutnya seraya mengutak atik ponsel miliknya.

"Eh, kok, lo belom masuk grup Sal." Ucapnya diiringi dengan cengiran.

"Tapi ini udah fix." Ucap Tara.

"Ih gak gak gak. Siapa sih yang milih?." Ucapku.

"Bbka." Ucap mereka bersamaan.

Mataku terbelalak.

Rayzen!

•••

"Ngapain?!." Tanyaku seraya mengangkat daguku menghadapnya.

"Hmm?."

"Ngapain lo milih gue jadi peran utama? mana disuruh nyanyi juga lagi!."

"Iseng aja."

'Iseng lo bilang!!!'

Akupun menarik nafas panjang.

"Gue gamau. Titik." Ucapku memaksa.

"Gue mau. Titik." Balasnya.

Akupun diam, rasanya kesal ini sudah berada di tingkat tertinggi sampai sulit diekspresikan dengan kalimat.

"Hahaha, lagian kenapa si Sal. Sama gue ini." Ucapnya lalu meletakkan badannya di kursi taman.

"Ya justru itu!." Ucapku menyusulnya duduk.

Kini dia diam, Aku pun begitu. Suasana yang mencekam membuat semua ini semakin canggung.

"Kata anak anak suara lo bagus Sal. Yaudah gue pilih lo." Jelasnya.

"Ya tapi kan. Ngapain sih, lo juga ga tau suara asli gue kalo nyanyi kan. Segala dijadiin vokalis!." Omelku.

"Yaudah coba nyanyiin gue." Sekarang arah tubuhnya menghadapku, seakan menyuruhku untuk melantunkan sebait nada khusus untuknya.

1 detik, 2 detik, mata kami berpandangan.

"Duh, tau ah." Aku pun pergi meninggalkannya.

•••

"bener-bener ya Ray, ngambil keputusan seenaknya." Batinku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Salsha dan RayzenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang