2. Adriana

2.1K 393 47
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak. Happy Reading


💗💗


Adriana memacu kudanya dengan cepat. Membiarkan angin laut membelai wajahnya. Ia menyukai sensasi itu. Sensasi ketika kudanya melaju kencang, sementara angin menerpa wajahnya. Inilah yang disukainya dari Cornwall. Aroma pantai membuatnya nyaman. Belum lagi di tambah dengan keindahan matahari terbenam yang sebentar lagi akan dilihatnya di ufuk barat. Benar-benar lukisan alam yang tiada tandingannya. Adriana tidak pernah melewatkan matahari terbit maupun terbenam. Ia menyukai keduanya.

"Adriana!!" derap kaki kuda di belakangnya membuat Adriana memelankan laju kudanya. Ia menatap sosok pria tampan yang selama ini selalu menemaninya, sosok pria yang juga adalah sahabatnya. Randall. Randall melajukan kudanya lebih cepat, hingga berhasil berada di samping Adriana, menyamai setiap langkah kuda Arab milik Adriana.

"Kau melajukan kudamu terlalu kencang. Bagaimana kalau kau jatuh? Papa dan mamamu bisa marah besar."

"Buktinya aku tidak jatuh."

Randall mengerang. Adriana si keras kepala, "Sudah sore. Sebaiknya kita pulang. Papamu bisa marah karena kau belum pulang juga."

Adriana tersenyum lebar dan menghentikan kudanya, "Ada mama yang akan membelaku. Kau tenang saja," matanya menatap ke arah barat tempat di mana matahari sedang tenggelam. Keduanya diam tidak mengatakan apa pun. Randall tahu bagaimana sukanya Adriana pada matahari terbenam dan matahari terbit. Ia tidak ingin mengganggu saat-saat di mana Adriana menikmati apa yang disukainya.

Cukup lama mereka duduk di atas kuda masing-masing dalam keheningan menyaksikan matahari terbenam. Barulah setelah matahari benar-benar terbenam, Adriana menoleh menatap Randall yang ternyata tengah memperhatikannya.

"Apa?"

Randall yang tertangkap basah memperhatikan Adriana langsung memalingkan wajahnya ketika Adriana memergokinya. Pria itu menghela napas dan langsung mengatur ekspresi wajahnya, "Tidak ada. Ayo kembali. Papa dan mamamu pasti khawatir."

"Baiklah," Adriana tidak membantah. Hari memang sudah hampir gelap dan ia harus segera kembali sebelum makan malam di mulai. Adriana memutar kudanya dan melajukannya kembali menuju rumah, "Kau mau makan malam di rumahku?"

"Tidak. Aku tidak mau mendengar omelan papamu yang memarahimu karena membiarkanmu pulang terlalu sore," Randall terkekeh melihat wajah Adriaja yang berubah cemberut. Ia menyukai semua hal yang ada pada Adriana. Bagaimana wanita itu selalu bersikap layaknya wanita biasa tanpa harus berpura-pura menjadi orang lain. Adriana adalah wanita yang bebas dan selalu menjadi dirinya sendiri.

Lihat saja bagaimana cara berpakaian Adriana saat ini. Adriana satu-satunya wanita di Cornwall yang selalu berkuda dengan celana panjang. Tapi karena semua orang sudah mulai terbiasa dengan segala tingkah Adriana, tidak ada yang mencibirnya atau membiarakannya di belakang. Mereka tahu, bahwa beginilah Adriana yang sesungguhnya. Bebas dan tidak suka terkekang.

"Kalau begitu aku akan pulang. Sampai bertemu lagi besok di padang," Adriana melajukan kuda dengan cepat menuju rumahnya. Randall benar, ayahnya pasti akan memarahinya. Tapi Adriana tidak takut. Ia memiliki Catriona yang akan selalu menjadi pembelanya.

Begitu sampai di rumah, Adriana langsung turun dari kuda dan menyerahkan kuda kesayangannya pada Giggs.

"Maafkan saya My Lady, tapi Gathoper berpesan agar anda langsung ke ruang duduk."

(Repost) Drunk on Love (Sequel Second Chance)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang