Aku tidak berhenti menatapi jendela. Awan abu berwarna tebal memenuhi pemandangan. Yah, benar. Sekarang aku sedang terbang. Siapa sangka kuda yang menarik kereta ini dapat berlari kencang di atas udara.
Meskipun takjub, tetapi tetap saja diriku tidak bisa melupakan detik-detik perpisahanku dengan ibu juga Yobi. Kami menangis. Bahkan Yobi yang terkenal gengsian itu juga ikut menitikkan air mata. Pemuda itu memelukku setelah seluruh barangku masuk ke kantung ajaib milik Mada Teressa.
Meskipun kantung kecil itu katanya bisa memuat berbagai barang, tetapi nyatanya barang yang kupunya hanya sedikit. Makan lebih penting daripada barang-barang. Lagipula jika pakaianku robek, aku masih bisa menjahitnya.
"Jika kamu memikirkan Ibumu, maka kami berani jamin dia aman." Suara Madam Teressa memecah lamunan.
Aku berjengit lalu menatapnya datar. "Terima kasih."
Satu helaan napas keluar dari mulutku. Ibu pasti baik-baik saja, mengingat sekarang anaknya adalah murid akademi sihir terhebat Zirania. Namun, bagaimana dengan Yobi?
Hatiku teriris saat mengingat dirinya. Aku tidak mau dia mati. Aku ingin dia hidup. Rasa menyesal dan sesak memenuhi dada. Tadi aku tidak sempat menjawab perasaan Yobi.
Bagaimana jika jawaban untuk perasaan itu tidak akan pernah tersampaikan selamanya?
DUAR!
Seluruh penumpang terkesiap dari lamunan masing-masing. Jendral Lock menggeram lalu mendongak ke luar jendela. Aku dan Madam Teressa mengikuti. Angin menyambutku, aku kesulitan bernapas mengingat ini ada di atas langit.
"Bahahaha! Serahkan barang-barang kalian kalau tidak mau mati!" Seorang pria bertopeng berteriak kepada kami. Di tangannya ada semacam meriam mini dengan ujung berasap.
Ah, satu lagi. Dia tidak sendirian. Ada sekitar sepuluh orang menemaninya. Mereka berdiri angkuh di atas kapal kayu raksasa yang melayang.
"Perompak langit!" pekik Madam Teressa.
"Tcih, sialan!" desis Jendral Lock. "Akan kuhajar kalian!" Pria berbaju zirah itu seketika mengeluarkan pedang dari telapak tangannya yang kosong.
Ajaib, muncul begitu saja setelah beberapa detik ada cahaya terang.
"Astaga, Kapten! Kita salah tangkap!" pekik salah satu perompak itu. Ada penutup mata di mata kirinya.
"Sialan, aku kan, tidak tahu kalau itu kereta milik Jendral Lock," desis seorang pria bertopeng yang tadi pertama berteriak. Kurasa dialah kaptennya.
"Diam di sana kalian!!" teriak Jendral Lock. Tangannya bersiap membuka pintu kereta.
"Tidak akan kubiarkan!!" Kapten perompak dengan gesit kembali menembakkan meriam mininya. Suara lengkingan terdengar disusul oleh getaran hebat dan suara berdebum keras. Pas sekali ketika pintu kereta dibuka oleh Jendral Lock.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blackheart Academia (TELAH DITERBITKAN)
FantasyTERSEDIA DI PENERBIT MAPLE MEDIA (INSTAGRAM & SHOPEE) [ Fantasy, Romance & Reverse Harem ] Akademi Sihir Blackheart adalah sekolah paling elit di dataran Zirania. Siapapun yang bermimpi menjadi seorang Magia, pasti akan memilih bersekolah di sini. A...