VI. Viridescent

829 92 16
                                    

VI. Viridescent

Park Jihoon & Park Woojin
2Park/ChamWink

-Aquila-


Hope you like it!

Enjoy! :)


...

Jihoon menggumam sebentar memikirkan jawaban yang tepat untuk pertanyaan Woojin.

"Semenjak kau menangis waktu itu, aku mulai tertarik padamu. Aku tak tahu kenapa tapi aku jadi ingin melindungimu."

Woojin berpura-pura memasang wajah datar, "Aku laki-laki, bahkan tubuhmu lebih kecil dan pendek dariku. Apa bisa kau melindungiku?" ujarnya dengan senyum pongah. Berlainan dengan hatinya yang tersentuh menerima jawaban Jihoon.

Jihoon mengerucutkan bibirnya kesal, mengundang tawa kecil dari Woojin.

Woojin tergelak, "Ada ada saja kau."

Jihoon memukul lengan Woojin dengan sebal, "Itu kata hatiku, aku bisa apa? Lagipula kau dengan tubuhmu yang lebih besar dariku itu jauh lebih cengeng. Kau menangis dua kali dalam pelukan seseorang yang bahkan belum kau kenal lebih dari 3 bulan."

Jihoon membutar tubuhnya kembali menghadap langit-langit. Diikuti Woojin yang juga memutar tubuhnya dengan posisi yang sama sambil tertawa pelan.

"Itu memalukan" ujarnya ditengah suara tawanya.

Jihoon melirik sinis, "Kau kan? Bukan aku. Seenaknya saja memeluk orang asing."

Woojin berhenti tertawa, "Tapi, aku memang cengeng. Si cengeng ini adalah lelaki yang lemah. Tak bisa melawan, bahkan untuk membela dirinya sendiri. Sangat menyedihkan bukan?"

.

Jihoon kembali terdiam, rasa kesalnya hilang. Hatinya kembali terenyuh, ikut perih ketika mengingat cerita masa lalu Woojin yang bahkan membuatnya sedikit bersyukur dengan hidupnya yang masih dikelilingi teman-teman yang baik, meski tak banyak.

Jihoon menoleh ke samping, diikuti oleh Woojin yang kembali ke posisinya seperti tadi, saling berhadapan.

"Terima kasih sudah mau berteman denganku, terima kasih juga telah ingin melindungiku." Woojin tersenyum tulus.

Jihoon mengangguk kecil kemudian terdiam sesaat, hanyut dalam manik gelap Woojin. Pendar mata yang redup itu sedikit bercahaya bersamaan dengan ucapan terima kasih yang Woojin katakan. Ada secercah kebahagiaan yang setidaknya bertambah ketika Jihoon menelisik jauh ke arah obsidian kembar itu yang begitu menawan.

Cahaya rembulan yang melewati celah ventilasi menerangi rupa Woojin dengan mata sendunya. Jihoon tak pernah tahu akan bisa tersesat secepat ini hingga tak bisa keluar dari jerat netra Woojin yang menyorotkan penderitaan namun begitu atraktif.

Degup jantungnyya kembali berdetak cepat, persis seperti saat belah bibirnya merasakan kelembutan dari sentuhan Woojin.

Woojin entah mengapa begitu tampan malam ini dengan cahaya bulan tersebut, wajahnya mengkilap menunjukkan garis rahang yang tegas dilengkapi dengan kulit tan yang mempesona.

IRIDESCENCE ( 2Park/ChamWink )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang