Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🌽🌽🌽
Membosankan.
Mungkin itu sebuah kata yang menggambarkan kehidupan pria mungil bernama Lee Jihoon. Ia tidur, bangun, mandi, sarapan, pergi ke sekolah, mendengarkan guru, mengerjakan tugas, pulang, bekerja sambilan, pulang, mengerjakan tugas rumah, tidur, dan kembali lagi. Repetitif dan sangat membosankan. Namun itu dahulu, sebelum hal gila menimpanya. Tepatnya dua bulan yang lalu.
Ia yang kala itu sedang mendapatkan tugas piket pagi di kejutlan dengan kedatangan sosok jangkung dan kurus ke dalam kelasnya. Lelaki itu terlihat manis dengan seragam sekolahnya yang kancing teratasnya sengaja ia lepaskan. Pria itu datang dengan dagu sedikit naik. Denagn gegabah menggenggam jemari Jihoon yang tengah menggenggam gagang sapu. Manik rubah kelamnya menatap Jihoon dalam. Walau lelaki mungil itu hanya menampakkan wajah datarnya.
"Lee Jihoon. Aku Jeon Wonwoo. Aku menyukaimu. Dan mulai sekarang kau adalah pacarku!"
Mata Jihoon seketika berkedut. Ia benar-benar bingung dengan perkataan tiba-tiba lelaki di hadapannya. Pacar? Bahkan, ia tak mengenal Jeon Wonwoo itu.
"Apa-apaan kau? Aku tidak ma—"
"Wonu tidak menerima penolakan!"
Dan dari peristiwa itulah dua bulan lalu itulah Jihoonㅡterpaksaㅡmenjadi kekasih seorang Jeon Wonwoo. Dan ia adalah seorang submisif. Namun, entahlah.. Selama dua bulan ia menjalin kasih dengan Wonwoo ia tak pernah melihat aura dominasi lelaki itu.
Wonwoo akan selalu mengekorinya kemanapun. Menangis ketika melihat katak ataupun tikus. Merengek ketika lapar atau haus. Berteriak gemas ketika melihat kucing. Menangis keras ketika tidak sengaja terjatuh. Atau ia akan bersembunyi di belakang Jihoon yang jelas-jelas lebih mungil ketika melihat kakak kelas yang menakutkan.
Jihoon merasa ia lebih pantas menjadi seorang dominan daripada submisif dalam hubungan ini. Bukan dilihat dominasi secara fisik, tetapi secara mental juga sikap. Wonwoo adalah lelaki yang manja dan rapuh. Ia tak pantas menjadi dominannya.
Seperti saat ini. Wonwoo tengah menangis karena ia kehilangan gelang makarame pemberian Jihoon. Wonwoo yang kala itu sedang bermain kejar-kejaran dengan Mingyuㅡsahabatnyaㅡtak tau jika gelang pemberian Jihoon hilang. Ia sangat takut jika Jihoon marah besar. Jadilah selama tiga hari ia menghindari Jihoon. Jihoon yang merasa aneh itupun menghampiri Wonwoo di kelasnya ketika bel istorahat. Dan sekarang? Ia melihat pria Jeon itu menangis sesenggukan dengan tangan yang terus mengusap pipinya yang basah.
"Sudahlah.. Tak apa. Sudah waktunya gelang itu hilang Wonu-ya.."
"T-tidak hiks. Itu gel-ang pemberian Ji-hiks-Jihoon.. Wonu menghilangkannya. Wonu pa-pacar yang tidak baik hiks."
Jihoon menegakkan tubuhnya. Ia berjalan mendekati Wonwoo yang duduk di kursi depannya. Ia sedikit menunduk menyejajarkan wajahnya dengan wajah sembab Wonwoo. Tangan kecilnya mengusap lembut bekas air mata di atas pipi kekasihnya itu. Jihoon mengulas senyum lembut sebelum membawa kepala Wonwoo dalam rengkuhannya.
"Tak apa Wonu-ya.. Memang sudah saatnya gelang itu hilang. Aku tak marah hm. Besok kita beli gelang yang lebih bagus. Ah, bagaimana dengan dua gelang? Nanti kita pakai gelang couple!"
Wonwoo mendongakkan kepalanya masih dalam dekapan Jihoon. Ia menatap wajah Jihoon yang tengah menunduk dengan manik berkaca-kaca. Jika tidak ingat tempat mungkin Jihoon sudah mengecup seluruh permukaan wajah lelaki itu karena gemas. Entah mengapa, ia jadi terjatuh pada pesona lelaki polos itu.
"Jihoon tidak marah kepada Wonu?"
"Tidak.. Jadi jangan menangis lagi, hm?"
"Eung! Besok beli ya! Wonu janji tidak akan menghilangkannya lagi Jihoonie!"
"Anak pintar.."
Jihoon menepuk pelan puncak kepala Wonwoo. Ia benar-benar seperti tengah merawat kucing manis saat ini. Jadi, setelah melihat ini semua. Aku tanyakan, siapa dominan dalam hubungan mereka?
