1# Albagas Rio Abrisam

834 28 4
                                    

Selagi kamu pasrahkan hatimu pada Sang Pemilik Hati, tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan.

-ENGKAU LAH SATU-SATUNYA-

🍂🍂🍂

Kata orang, ketika seseorang jatuh cinta berarti harus siap untuk patah hati juga. Tapi Rio tak pernah mengkhawatirkan hal itu. Dia percaya, tak ada yang perlu dikhawatirkan selagi dia pasrahkan semuanya pada Allah. Termasuk untuk urusan hati.

Albagas Rio Abrisam, biasa dipanggil Rio. Laki-laki asal Semarang yang menempuh pendidikan di Bandung sejak SMA. Ia mempunyai cafe kecil-kecilan yang sudah ia rintis sejak masuk kuliah. Dari keuntungan cafenya itu ia bisa membiayai kuliahnya sendiri hingga lulus. Tak hanya itu, ia juga bisa mengirimkan uang bulanan untuk orangtuanya.

Rio merupakan anak pertama, ia memiliki seorang adik perempuan yang tengah duduk di bangku SMA. Orangtuanya memiliki usaha supermarket yang cukup sukses, mungkin bakat itulah yang diwarisi Rio sehingga cafenya makin hari makin sukses.

Saking suksesnya ia bahkan berniat ingin mengembangkan usahanya. Cita-citanya adalah membuka banyak lapangan kerja agar bisa bermanfaat untuk orang lain. Bukankah sebaik-baiknya manusia itu adalah yang bermanfaat untuk orang lain?

Di Bandung ia memiliki sahabat yang bernama Fathan. Dia adalah sahabatnya sejak SMA hingga sekarang. Terkadang laki-laki itu juga membantunya mengurus cafe. Bahkan Rio sudah menganggap Fathan seperti saudaranya sendiri, tempat ia mengadu kala kesusahan dan tempat bersandar kala ia merindukan sosok keluarga.

Tak heran, Rio sanggup merelakan wanita yang dicintainya untuk Fathan. Wanita pertama yang membuat hatinya bergetar seperti tersetrum listrik. Tapi apalah daya, wanita itu ternyata sudah mencintai sahabatnya sejak lama.

"Le, kamu kapan ngasih mantu buat Ummi?" tanya Aisyah pada putra kesayangannya.

Rio berdehem kemudian mengambil tangan Aisyah yang duduk di sampingnya. Ia menciumnya dengan lembut. "Sabar ya Ummi, pokoknya Ummi doain aja biar Rio bisa segera ketemu jodoh Rio."

Aisyah tersipu mendapat perlakuan seperti itu dari putranya. Memang Rio ini persis sekali dengan ayahnya, sama-sama pandai bersikap lembut pada wanita. "Kamu sih, terlalu baik," ujar Aisyah sambil memukul bahu Rio pelan.

Dengan sigap Rio langsung mengusap bahunya, lalu matanya beralih menatap Aisyah bingung. "Lho, terlalu baik gimana sih Ummi?"

"Ya itu, Kayra kemarin malah kamu kasih ke Nak Fathan. Padahal kan Ummi udah berharap kamu nikah secepatnya, Ummi pengen cepet-cepet punya cucu."

Rio terbahak mendengar ucapan ibunya itu. Terlebih raut wajah ibunya yang kesal membuatnya semakin terbahak. "Dikasih? Kayak barang aja, Mi. Lebih tepatnya Rio hanya menyerahkan kepada pemilik sesungguhnya, toh cinta tidak bisa dipaksakan. Ummi mau kalau Kayra nikahnya sama Rio tapi cintanya sama Fathan?"

Seketika Aisyah langsung begidik ngeri membayangkannya. "Ih, amit-amit. Jangan sampai, kan Ummi pengen kamu bahagia."

Rio tersenyum puas, lalu ia mengambil tangan Aisyah lagi dan menciumnya kembali. "Jadi Ummi tolong bersabar ya?"

Aisyah mengangguk antusias. Maklum dia sudah berkepala empat, jadi wajar kan kalau dia segera menginginkan cucu? Terlebih lagi Rio anak pertamanya, jadi kepada siapa lagi ia berharap kalau bukan pada Rio? "Tapi jangan lama-lama ya?"

"Insyaa Allah kalau Ummi doakan pasti disegerakan," kata Rio dengan senyum tulusnya.

"Pasti Le, Ummi selalu doakan yang terbaik buat kamu."

ENGKAU LAH SATU-SATUNYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang