The Wedding-Jhope

34 6 0
                                    

Seorang lelaki tampan-sebut saja Hoseok-tengah merapikan letak tuxedo hitam yang menempel sangat pas di tubuhnya. Tak lupa ia menyematkan setangkai mawar putih di bagian dada tuxedo-nya.

Setelah dirasa rapi, Hoseok mengambil sebuah map dari atas nakas, tak lupa dengan kotak merah persegi berbahan beludru sebelum bergegas menuju tempat tujuan.

Di tempat lain, seorang gadis cantik dengan gaun putih tanpa lengan yang berhiaskan mawar putih di bagian dada dan bawah gaunnya yang menjuntai sedang memandangi dirinya di cermin. Riasan wajah yang natural, rambut hitam legam yang digulung sederhana, dihiasi mawar putih, dan kain tulle berwarna senada sebatas pinggang menambah kesan anggun pada diri gadis Jepang itu.

Bibir pinksoft-nya membentuk lengkungan indah-yang membuat siapa saja bisa jatuh hati padanya- ketika menyadari satu kebenaran bahwa seorang gadis akan terlihat dua kali lebih cantik saat dia menikah.

Dia bangkit dari duduknya, merentangkan kedua tangannya lalu berputar-putar di tengah kamar. Tak bisa dilukiskan kebahagiaan yang tengah mendiami hatinya saat itu. Sampai seseorang datang menghentikan gerakannya.

"Yumi, pengantinmu sudah datang," ujar seorang wanita berusia hampir setengah abad, dengan rambut pendek bergelombang dan gaun putih polos berlengan panjang sepanjang lutut, yang tak lain adalah ibunya.

Dengan senyum yang semakin mengembang, Yumi menghampiri dan menggaetkan lengannya pada lengan sang ibu.

"Ayo kita turun!" Ajak Yumi bersemangat.

Bukannya berjalan, sang ibu malah menatap dalam wajah anaknya. Yumi yang menyadari jika ia diperhatikan pun menoleh.

"A-ada apa, Bu? Ada yang salah dengan rias-"

Ucapan Yumi terpotong oleh jemari ibunya yang mengusap lembut pipi Yumi.

"Kau cantik sekali, bahkan kecantikanmu melebihi ibu. Ibu bisa dengan mudah menemukanmu di kerumunan orang banyak."

Yumi tertunduk malu. "Ibu bisa saja, itu karena hanya aku yang memakai gaun pengantin di tengah kerumunan."

"Tidak sayang, kau bagaikan mawar putih yang berada di tengah-tengah mawar merah. Kau yang paling terlihat indah."

Yumi mengangkat kepalanya, membalas tatapan sang ibu. "Bukankah mawar merah terlihat lebih indah dari pada mawar putih?"

Ibu Yumi menghela napas sejenak lalu tersenyum tipis. "Putih melambangkan kesucian, warna putih dalam mawar melambangkan ketulusan dan kemurnian. Kau seperti mawar putih yang memiliki ketulusan hati, dan kau jauh lebih indah di mata ibu."

Mata Yumi mulai berkaca-kaca, tetapi gadis itu mencegah air matanya lolos dengan menatap langit-langit kamar.

"Sampai kapan kalian akan berdiri di sana? 15 menit lagi acaranya mulai!" Suara berat seseorang berseru di depan pintu kamar Yumi, membuat gadis itu dan ibunya menoleh bersamaan ke ambang pintu kamar.

"Mengagumi kecantikan putriku," balas sang ibu.

"Begitu, ya, kalau begitu, mendekatlah Yumi sayang, ayah juga ingin mengagumi kecantikanmu." Ayah Yumi merentangkan kedua tangannya, sambil terkekeh Yumi menghambur ke pelukan ayahnya yang sedikit gempal.

Tak berapa lama sang ayah menangkup wajah putrinya, mata sipit yang dihiasi guratan halus memperhatikan setiap inci wajah putri semata wayangnya itu.

"Mungkin ini terakhir kali aku melihat wajahmu," gumam sang ayah dengan air mata yang mulai menggenang di pelupuk mata.

"Ayah ini bicara apa, huh? Aku akan sering mengunjungi ayah dan ibu setelah menikah nanti."

Yumi memandangi wajah ayah tersayangnya. Air matanya kembali menggenangi pelupuk mata.

Romantic of BangtanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang