Dream-Suga

18 6 0
                                    

Hyejin tak pernah menyangka akan menjalani hidup seperti ini. Tapi nyatanya, di sinilah ia. Tinggal di bawah atap yang sama dengan lelaki yang tidak mencintai gadis itu sama sekali, Min Yoongi.

Hyejin baru saja tamat sekolah menengah atas. Masih muda, bukan? Tetapi, ia tidak dapat menolak seorang wanita paruh baya yang memohon dengan penuh harap untuk bersedia menemani hidup putranya, sebagai balas budi untuk gadis mungil itu.

Usia pernikahan mereka sudah berjalan lima bulan, tapi Hyejin tidak pernah tahu seindah apa kehidupan setelah menikah. Bagaimana tidak, Yoongi menikahinya sebagai bentuk kepatuhan pada sang ibu yang telah pergi menikmati kehidupan baru yang lebih indah. Bukan karena dia mencintai gadis itu. Terlebih lagi, Yoongi adalah seorang idol yang tidak pernah memikirkan kata menikah. Tujuan hidupnya saat ini hanyalah karir yang gemilang.

Langkah kaki yang berat melewati pintu kamar Hyejin ketika gadis itu sedang asik berkutat dengan buku catatan kuliahnya dengan kacamata berbingkai bulat warna keemasan yang bertengger di hidung kecilnya dan terselip di balik rambut hitam sebahu yang lurus. Segera ia menutup buku itu dan tergesa keluar kamar. Pintu kamar Yoongi sudah tertutup ketika Hyejin berdiri di ambang pintu kamarnya.

Gadis itu menghela napas dan bahunya turun dengan putus asa sebelum akhirnya melangkah menuju dapur dengan gontai. Ia berniat untuk membuatkan Yoongi american latte.

Aroma american latte di mug porselen abu-abu menguar di udara seiring Hyejin membawanya menuju kamar Yoongi. Dicuaca yang dingin seperti ini, ia tahu betul Yoongi sangat membutuhkannya. Apa lagi lelaki itu pasti lelah setelah seharian bekerja. Secangkir american latte dapat menyejukkan suasana hatinya, begitu pikir Hyejin.

Dengan sedikit keraguan, ia mengetuk pintu kamar Yoongi. Sedetik kemudian pintu terbuka. Hyejin memberanikan diri untuk membuka suara. Namun, hanya desisan yang keluar dari bibir tipisnya ketika melihat wajah malas Yoongi dan netra cokelat tua yang menatapnya dengan kilatan tajam.

"Apa," ujar Yoongi malas.

"Ak-aku membuatkanmu american latte. Kupikir ... k-kau pasti lelah setelah seharian bekerja. Dan ... cuaca hari ini begitu dingin." Rasa lega memenuhi hati Hyejin, kemudian menjalar ke setiap area dalam tubuhnya.

Dengan mengulum senyum sebaik mungkin, jemari lentiknya mengulurkan secangkir latte itu. Yoongi hanya menatapnya sebentar lalu mengalihkan pandangan pada tembok kosong di belakang Hyejin, seolah tembok itu jauh lebih menarik dari secangkir latte yang mengepul. "Tak perlu repot-repot. Aku bisa membuatnya sendiri," tolaknya sambil berlalu.

Hyejin menatap punggung lelaki yang mengenakan kemeja biru muda itu sampai menghilang dibalik dinding pembatas-yang akan membawa langkah ke dapur jika melewatinya. Perih. Sekali lagi rasa itu menggerogoti hati Hyejin. Cairan sebening embun dan hangat lolos dari pelupuk matanya.

---

Hyejin nyaris melompat dari tempat tidur. "Astaga, aku terlambat bangun!" Tergesa ia melarikan diri ke kamar mandi dan mencuci muka sekenanya. Tanpa memedulikan rambut yang berantakan, ia berlari menuju dapur.

Langkahnya terhenti ketika melihat roti isi dan segelas susu hangat di atas meja makan. Tak lama kemudian, sepasang lengan putih melingkari pinggang kecil Hyejin dan menariknya untuk lebih dekat dengan sang pemilik lengan. Jantung Hyejin seketika berhenti lalu berdetak cepat ketika menyadari lengan siapa itu.

"Sepertinya kau terburu-buru hingga tak sempat merapikan rambutmu." Suara dalam itu berbisik lirih ditelinga Hyejin membuat napasnya terhenti seketika, sembari merapikan rambut gadis itu.

"Aku telah membuat roti isi. Mari sarapan bersama." Sosok itu mengamit jemari Hyejin, menggenggamnya dengan erat lalu menuntun gadis yang kebingungan itu ke meja makan. Dia juga menarikkan kursi untuk Hyejin lalu dengan santai duduk di hadapan gadis itu.

Romantic of BangtanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang