"Huaaaaaaaa mama!"
Tomoe berteriak ketika ia turun dan melihat Sakura duduk di meja makan. Ia langsung menghampiri Sakura dan memegang wajah ibunya
Kantung mata punya kantung mata
Lingkaran hitam
Pipi merosot
Kening berkerut
Bibir tersenyum terbalik
Hidung merah
Rambut sedikit berantakan
"Ma! Ada apa?"
"Aku menonton film kemarin"
"Ma, sudah kubilang, jangan pernah terbawa suasana, lihat? Mama menjadi seperti ini! Apa mama akan pergi kerja dengan wajah seperti ini?"
"..."
"Walaupun tak punya pacar, mama harus tetap tampil cantik! Biarkan paman Sasori saja yang jelek!"
"..."
"Ma, tolong perhatikan wajahmu, jangan biarkan orang-orang mengira kau habis sakit hati!"
Brak!
"Eh!"
Tomoe hampir terjungkal ketika Sakura tiba-tiba berdiri
"Benar! Aku tak boleh seperti ini!"
"Ma, kau mau kemana?"
"Dandan!"
"Lalu siapa yang mengantarku?"
"Ayame"
"Huh... sebenarnya Film apa yang mama tonton?"
.
.
."Ma-maafkan aku..."
Wanita itu meraih wajah suaminya yang kini menangis memeluknya
"Jangan bicara lagi..."
Wanita itu mengusap air mata suaminya dan tersenyum. Ia mulai terbatuk dan darah keluar dari bibirnya
"Aku.. uhuk... aku bersalah padamu"
Pria itu menggeleng, ia semakin memeluk istrinya erat dan air matanya mengalir melewati pipinya
"Aku tahu..."
"Ma-uhukk... uhukk..."
"Sayang..."
"Maafkan.. aku... aku, aku berselingkuh dengan adikmu"
Suaminya mengangguk
"Aku tahu..."
Wanita itu semakin batuk dan darah terus keluar dari bibirnya
"Aku tahu, jika tidak... untuk apa aku meracunimu?"
"SIAAALLLAAAANNNN!"
kedua pria itu yang tadinya menangis menontom televisi kini mendadak heboh, mereka berdua membuat gadis berambut merah yang membawa sepiring potongan apel itu menendang Tuannya.
"Saara! Kenapa menendangku?"
"Tuan Sasori, Tuan Itachi, kapan kalian akan ke kantor?"
Mereka saling tatap dan Saara menaruh apel di meja
"Selamat menikmati"
Itachi mengambil potongan apel itu dan memakannya.
"Saara, apa apelnya manis?"
Tanya Sasori
"Iya, dan bisa membuat pencernaan anda lancar boss"
Sasori mengangguk, ia lalu ikut memakannya.