Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, suasana di taman dandelion ini mulai sepi. Satu persatu orang yang datang, sekarang sudah mulai pergi meninggalkan tempat ini.
Tapi tidak untuk dua orang yang sedang berbaring di bawah pohon rindang, beralaskan rerumputan hijau yang mulai basah karena puluhan embun. Jutaan bintang yang bertaburan di langit seakan menemani mereka berdua. Mereka berdua masih menatap langit dengan berjuta - juta perasaan kagum "Clar, lo tau ga kenapa gue suka banget sama tempat ini?"
Bukannya menjawab pertanyaan Daniel, Clara malah berdiri lantas menarik tangan Daniel dan mengajaknya berlari menuju tengah - tengah taman ini.
"Menurut gue, tempat ini selalu buat semua orang bahagia dan termasuk lo juga."
"Yeah, mungkin itu satu dari sejuta alasan gue suka tempat ini."
"Btw Niel, udah malem nih. Anterin gue pulang dong!"
"Bentar lagi Clar, gue masih pengen disini. Gue beliin lo es cream dah."
"Ih gue tuh pengennya pulang sekarang. Lagian ya, sogokan lo tuh ga bakal mempan buat gue. Asalkan lo tau aja."
"Iya iya yaudah gue anterin lo pulang. Eh tapi lo jangan lupa buat kasih gue pay keju buatan bunda pas nyampe di rumah nanti."
"Yeeu, lo tuh kek rakjel aja tau ga? Gimana jadinya lo kalo ga dikasih pay keju mama gue selama sehari aja?"
"Santai dong mba, salahin tuh bunda. Kenapa harus buat pay keju seenak itu? Coba aja bunda bikinnya pay berry, pasti gue gaakan minta - minta teroos."
Fyi, Daniel itu sangat menyukai makanan yang berbahan keju. Dan setiap harinya Bela-yang tak lain adalah ibunya Clara selalu membuat pay keju untuk dijadikan camilan.
"Iya iya gausah ngeelpiji bisa kan?"
"Bacot lerr, yaudah mendingan kita pulang sekarang."
Clara hanya memutar bola matanya kesal. Mereka berdua langsung saja menuju parkiran dan mengambil sepeda motor milik Daniel. Setelah beberapa menit perjalanan, mereka akhirnya sampai di rumah Clara.
"Clara, gue ga jadi mampir ke rumah lo deh" ucap Daniel sambil melihat ke pintu rumah Abel. "lah, kenapa? Katanya lo tadi mau pay keju mama gua"
"Yaa sorry, lain kali aja deh. Buru - buru nih, gue baru inget kalo tadi ada urusan."
"Halah lo mah gitu, yaudah cepetan sana pulang. Udah malem lagian, gue mau bocan dulu bye"
"Yok i, jan lupa bilangin ke bunda"
"Bilangin apa Niel?"
"Bilangin kalo gue ga jadi mampir gara - gara dicariin ma bokap gue"
" Ay ay kapten"
Setelah Clara masuk ke dalam rumah tiba - tiba Bela mendekatinya dan bertanya "Loh dek, Danielnya mana? Tadi katanya mau mampir kesini? Daniel tadi belum makan pay keju loh." Clara memutar bola matanya malas, ya memang sepertinya mamanya lebih sayang kepada Daniel daripada dirinya "Yaelah ma, mama tuh khawatir banget ya sama Daniel? Tadi dia dicariin sama om Irfan ma." Bela hanya mengangguk menanggapi jawaban anaknya tadi.
Sebenarnya Daniel dan Clara telah bersahabat sejak mereka duduk di bangku SD, begitu juga dengan ayah Clara yang merupakan rekan bisnis keluarga Daniel.
Hubungan mereka berdua memang sangat dekat. Sampai - sampai banyak teman di SMA mereka yang mengira bahwa mereka adalah adik kakak, ada juga yang mengira bahwa mereka sedang berpacaran.
Banyak juga orang yang mendukung Clara dan Daniel berpacaran. Clara yang memiliki wajah manis dan tubuh yang tinggi membuatnya terlihat cocok dengan Daniel yang memiliki wajah tampan dan tubuh atletisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
Teen FictionLIKE A DANDELION UP TROUGH THE PAVEMENT, I PERSIST. Dandelion memang ditakdirkan begitu. Mereka dilahirkan untuk ditiup. Menari bersama angin, berpencar mencari jati diri. Lalu jatuh lagi ke bumi dan menjadi dandelion yang baru. Lahir kembali dengan...