Ketua Panitia Terkece

35 7 5
                                    

"Daviaaaant~"

Terdengar suara perempuan dengan nada dibuat-buat dan sok imut muncul entah darimana asalnya, ketika Daviant dan Kevin keluar dari area toilet cowok.

Daviant yang mendengarnya pun langsung berjingkat kaget dan menggenggam erat lengan Kevin yang memang sedari tadi berada tepat di sampingnya.

"Mampos gue Vin! Mampooos!" bisiknya ke Kevin dengan penuh penekanan pada kata 'mampos'nya.

"Iya men. Gue ngerti rasanya" balas Kevin memasang wajah sok mewek sambil mengelus-elus punggung Daviant.

"Da-Vi-Ant!"

Akhirnya setelah beberapa detik untuk mempersiapkan mental jiwa raganya, Daviant pun kini mau tak mau berhadapan dengan cewek genit luar biasa yang benar-benar menor. Seperti bedak yang diberi adonan semen lalu di amplas ke wajahnya. Sehingga, terlihat seperti wajahnya putih, sementara lehernya terlihat hitaaam legam.

Mantap betul untuk terlihat mencolok! Ya, benar-benar mencolok.

Mencolok mata.

"Kenapa Mel?" tanya Daviant kepada gadis genit bernama Meli itu dengan sok ramah. Benar-benar seperti menggali kuburannya sendiri!

"Ehm.. Kok lu ikut jadi panitia ospek?"

"Hm. Gue diajak ama Kevin. Berhubung gue juga gak terlalu sibuk di rumah, ya gue mau-mau aja" jawab Daviant sambil merangkul Kevin. Kevin hanya diam dan memasang wajah bingungnya yang berbumbu kesal seolah-olah berpikir lu mau nyeret gue masuk perangkapnya Meli?!

"Ouh~ Kamu rajin banget sih?!"

"Ehm."

Daviant panik ketika Meli mendekati dirinya dan mulai mencolek-colek lengannya.

UKH! PEN GUE HAJAR NI ORAANG, FAAK!

Ketika Daviant sedang di pra-perkosa oleh Meli, Kevin hanya diam dan berpikir bahwa untuk ukuran mantan berandalan, Daviant itu cukup sabar. Pasalnya, jika saja Kevin berada di posisi Daviant, Kevin yakin seratus persen akan mendorong cewek itu menjauh darinya dan segera lari menjauh sambil berteriak bahwa kini Ia sedang sibuk atau jika terpaksa beralasan bahwa Ia kebelet boker.

Tapi beda dengan Daviant.

Daviant yang goblok itu pun hanya diam sambil tersenyum canggung dengan matanya yang kini menyipit karena memasang wajah jijik.

Ia hanya mengangguk, sesekali menolak cewek itu dengan sedikit dorongan dari tangan kirinya yang seolah-olah berkata "jangan ya neng".

"Kevin!"

Disaat ketiganya sedang sibuk-sibuknya saling menghindar dan lainnya nemplok, tiba-tiba saja Sarah, cewek yang disukai Kevin memanggil cowok berkacamata ini.

"Eh.. Elu Rah" jawab Kevin sambil membenarkan letak kacamatanya yang sebenarnya telah bertengger rapi diatas hidung mancungnya.

"Vin, udah saatnya upacara pembukaan MOS. Lu ama Davi dicariin.. Ayok!" ajak Sarah setengah berteriak, sambil memasang senyuman yang membuat Kevin klepek-klepek.

"Aah.. Iye! Yok Vin!" jawab Daviant lega sambil dengan agak paksa melepaskan gelayutan Meli dari lengannya yang telah berkeringat dingin karena ketakutan.

Wajar saja, cowok mantan berandalan onar yang kini sedang dalam masa tobatnya ini, memiliki ketakutan akan 3 hal. Yakni, banci pinggir jalan, cewek gatelan dan Tuhan tentunya.

"Aaaihhh! Daviiaaantt~ Mau kemanaaa?" cecar Meli sambil menguntit Daviant secara terang-terangan atau bisa dibilang mengekor.

"Bangsat.. Pergi lu jancok." bisik Daviant dengan kesal yang tentu bisa Kevin dengar dengan sangat jelas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sang Maestro / Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang