Chapter 2

1.2K 160 20
                                    

Oh Sehun

Pertama kali aku mengenalnya saat kami sama-sama menjadi trainee di agensi terbesar Korea, umunya 14 tahun kala itu. Tapi demi Tuhan ia hanyalah seorang anak laki-laki yang tidak tau apa-apa, seorang anak laki-laki yang terlalu banyak menangis hingga julukan cengeng kusematkan padanya. Bagaimana tidak, hal sepele sekalipun bisa membuat ia menangis dramatis.

Kadang aku kesal kepadanya, tentu saja. Tapi karena aku terlalu sering mendengar rengekan dia akhirnya aku jadi terbiasa. Tidak lagi menjengkelkan, aku justru menganggap hal itu menggemaskan. Tak jarang aku sengaja menggodanya hanya untuk membuatnya menangis untuk kemudian aku belai. Dia paling suka dibelai, seperti anak anjing.

Dia adikku. Anak anjingku!.

Aku sering menghabiskan waktu bersamanya, seusai latihan tak jarang dia pulang bersamaku ke rumah, makan masakan mama dan tidur di kamarku. Mama menyukai anak bermata hazel sebening berlian itu begitu banyak, mama bilang dia menggemaskan. Ya, kau benar ma!

Waktu berlalu. Agensi membentuk boy group beranggotakan 12 orang termasuk aku dan Sehun di dalamnya. Kami bangga, perjuangan kami tidak sia-sia dan itu artinya kami resmi punya keluarga baru mulai saat itu. Keluarga dari hati, meski tidak dialiri darah yang sama.

Tapi waktu juga lah yang akhirnya menjauhkan aku dengan Sehun. Belakangan dia lebih dekat dengan Luhan. Dan semenjak itu kita tidak pernah menghabiskan waktu bersama lagi, selain urusan pekerjaan. Bahkan untuk mengobrol berduapun seingatku sudah tidak pernah, padahal dulu kami sering mengobrol hingga seringkali tak menyadari malam telah berganti hari. Dulu kita sedekat itu. Sekarang kita sejarak minggu ke sabtu. Dekat tapi jauh.

Begitupun dengan aku, aku lebih dekat dengan Baekhyun, sifat dan hobi kami yang mirip menjadikan kami cocok satu sama lain. Aku menyayanginya sebagai teman baikku.

Tidak masalah bagiku Sehun bisa dekat dengan siapa saja, aku justru senang karena dia lebih bisa mengekspresikan dirinya. Walau kadang diam-diam aku memperhatikannya saat ada hal yang membuatnya menangis, berharap dia akan lari dan mencariku seperti dulu. Kenyataannya dia hanya akan mencari Luhan, Luhan kesayangannya. Sehun mengklaimnya seperti itu.

Hingga akhirnya waktu juga lah yang membiasakan kami. Aku terbiasa dengan Baekhyun, terbiasa melihat Sehun bersama Luhan, terbiasa saling mengabaikan.

Terbiasa menghabiskan malam bersama rindu.

Waktu berlalu dan merubah segalanya, begitupun dengan Sehun, anak itu menjelma jadi laki-laki dewasa yang sesungguhnya, sesuai dengan bentukan managemen. Satu hal yang tidak berubah, dia masih Sehun yang cengeng, yang menangis dramatis karena hal sepele. Di mata dunia dia berubah, di mataku tidak sama sekali.

Akhirnya Luhan dengan alasannya tersendiri pergi meninggalkan group, meninggalkan kami. Membawa luka bagi kami dan kesakitan tersendiri bagi Sehun. Tidak ada lagi Sehun yang cengeng semenjak kepergian Luhan, dia menjelma jadi sosok dingin, yang senyumnya lebih sedikit dari murungnya, yang bicaranya lebih sedikit dari diamnya.

Begitu besar pengaruh kepergian Luhan baginya.

Seandainya Luhan itu aku, betapa beruntungnya diriku.

💔

"Hyung aku boleh izin keluar?" pinta Sehun malam itu pada Suho.

"Mau kemana?"

"Ke minimarket"

"Tapi jangan terlalu malam"

"Ya hyung!"

"Kau mau kemana?" Chanyeol tiba-tiba datang menghampiri.

LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang