Chapter 6

349 39 17
                                    

CHANYEOL POV

Ratusan hari kami di sini, menikmati hangat mentari pagi, menyaksikan jingga langit sore. Hanya ada rindang pohon serta orang-orang bersahaja yang tak mengenal beton-beton tinggi berdiri angkuh. Nyanyian angin dan teriakan ternak paman Karl di kejauhan menjadi penyemarak.

Sederhana.

Damai, tanpa kepura-puraan.

Dan sejak hari itu pula aku resmi menjadi bagian dari peternakan dan perkebunan anggur paman Karl. Ada tanggung jawab yang harus aku jalankan dengan sungguh-sungguh. Aku tak ingin membebani keluarga ini, ada harga yang harus aku bayar untuk kebaikan mereka, walaupun mereka tidak pernah meminta.

Ku habiskan separuh waktuku di sebuah bangunan sederhana yang lebih menyerupai rumah, paman Karl menyebutnya kantor. Hanya perlu berjalan kaki beberapa meter dari rumah untuk tiba di sana.

Tidak ada hari libur khusus, aku boleh libur kapan saja, atau pun bekerja berhari-hari tanpa jeda.

Tidak masalah, karena aku begitu menikmati peranku.

Pagiku selalu diawali dengan secangkir kopi, senyuman hangat kekasihku, serta rengekan rewel mulut kecil minta susu.

Membuatkan secangkir kopi untukku dan sebotol susu untuk si kecil kesayangan kami selalu menjadi rutinitas Sehun setiap pagi. Lalu setelahnya ia akan menemaniku saraparan dengan si kecil Mark di pangkuannya.

Hal yang paling kusukai di jam tujuh pagi.

Sehunku jauh lebih baik, ia hampir tak pernah mengeluh tentang sakitnya selama beberapa bulan ini. Namun kami lengah, dokter mengatakan sel kankernya kembali menyebar ke bagian lain, hingga tak jarang penyakit sialan itu muncul dan kembali merenggut senyumnya.

"Hyung sarapan sendiri tidak apa-apa?" Katanya pagi itu, ia meletakan setangkup roti lapis keju di atas meja.

Aku mengangguk "Mark belum bangun? Kau mau membangunkannya?"

"Tidak, Mark sudah bangun, dia sedang pergi jalan-jalan di perkebunan bersama paman Karl. Aku hanya ingin berjemur di sana" Sehun menunjuk bangku kayu di halaman belakang.

"Ya sudah nanti Hyung menyusul"

Dari sini aku hampir tak berkedip menatapnya, Sehun begitu indah di bawah siraman mentari pagi. Semilir angin menyapanya, mengusik helaian rambut di dahinya.

Kutinggalkan separuh sarapanku, kuhampiri dirinya, lalu aku berlutut di hadapannya. Ia yang sedang memejamkan mata tak menyadari kehadiranku.

"Sayang" ku raih perlahan jemarinya.

Ia membuka mata, lalu menatapku.

Cantik sekali.

"Sudah selesai sarapannya?"

"Sarapan tanpamu rasanya tidak enak"

"Ya ampun, biar ku ambil kemari" ia berdiri, namun aku menahan tangannya.

"Apa kau mencintaiku?"

Sehun terkekeh "menurutmu?"

"Jawab saja"

"Apa karena aku tidak menemanimu sarapan lalu kau meragukan cintaku?"

Aku ikut terkekeh mendengar jawabannya.

"Sayang"

"Hm?"

"Aku sangat mencintaimu"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang