Chapter 3

1.4K 180 50
                                    

Hari terakhir di bulan Mei, musim semi berlalu membawa dingin

Satu hal yang tetap menghangatkan

Tentangmu
.

Chanyeol Hyung...

Seperti biasa, malam ini penampilan solomu selalu mempesona. Gitar yang kau petik berpadu indah dengan suara berat favoritku.

Aku mentapmu di bawah sini, tak rela berkedip walau sedetik.

Penggemarmu menjerit meneriakan namamu. Aku iri, ingin seperti mereka.

Meneriakan namamu dengan bangga.

Aku berbisik pada Suho hyung "Hyung, aku sangat mencintai priaku, dia sangat keren bukan?"

Suho hyung tertawa mengejek, "kau berlebihan Sehunaa"

Bibirku mengerucut. Suho hyung menyebalkan.

Kau akan memukulnya untukku kan Chan Hyung?

Kau tau? Tidak ada yang berlebih bila itu tentangmu! Tapi cinta yang kupunya untukmu adalah pengecualian.

"Ayo siap-siap, kita akan segera tampil lagi" Suho hyung berkata sambil menarikku yang masih memandangmu di atas sana.

"Tunggu Hyung" kataku.

"Cepatlah Sehunaa, kau seperti baru pertama kali saja melihat Chanyeol menyanyi" rutuknya.

"Tidak, kepalaku pusing" gumamku. Semuanya terasa berputar, bahkan dirimu di atas sana seperti berbayang banyak.

"Kau baik-baik saja?" sebotol air mineral Suho hyung sodorkan padaku, aku menenggaknya setengah lalu mengangguk mengiyakan. Tak ingin membuatnya khawatir.

Konser kita malam ini berakhir, di backstage kau memeluk dan menciumku seperti biasa, membisikanku kata cinta yang selalu membuatku merona.

"Kita pulang ke apartemen!" ajakmu. Tanganmu membelai sayang kepalaku.

Satu hal yang paling kusukai.

"Maaf Hyung, tapi ibu memintaku pulang" kau tersenyum dan mengangguk paham.

Untuk pertama kalinya, aku membohongimu.

Maafkan aku.

Ibu tidak memintaku pulang, tapi rasa sakit di kepalaku yang tak kunjung hilang membuatku ingin bersama ibu malam ini.

Bukan aku tak ingin bersamamu. Aku hanya tak ingin kau tau.

"Sakit bu" rintihku, aku memeluk pinggang ibu dan ibu membelai kepalaku yang ku baringkan di pangkuannya.

Belaian ibu membuat mataku terpejam nyaman, aku tertidur beberapa saat. Tapi sakit di kepalaku seakan tidak rela aku tertidur, aku kembali terbangun dengan rasa sakit yang jauh lebih sakit.

Dengan panik ibu membawaku ke rumah sakit, dia menangis sepanjang jalan sambil terus berkata kepada ayah kalau aku tak sadarkan diri. Aku tersenyum kecil. Aku sadar bu, hanya saja mataku enggan kubuka, sakit.

Dokter tidak memperbolehkanku pulang malam ini. Katanya ada serangkaian pemeriksaan yang harus aku jalani esok hari.

Aku menurut saja, tak bisa menolak tatapan memohon ibu.

Ibu menangis memelukku dan ayah membelai punggungku saat dokter menjelaskan tentang kondisiku, setelah serangkaian pemeriksaan panjang selesai dilakukan.

LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang