Akhir Luka

75 8 0
                                    

"ARGH! GUE BENCI LO! GUE BENCI DIRI GUE SENDIRI! GUE BENCI SEMUAAAA!"

Jrassh!

"Akh!"

"TRISIA!"

Sebuah pisau menancap sempurna di perut Trisia. Renzo menatapnya tak percaya sekaligus terkejut, sedangkan gadis itu meringis diikuti dengan tubuh yang luruh ke dalam pelukan Renzo. Renzo sama sekali tidak menduga kalau Trisia akan menusuk benda tajam itu ke perutnya.

Dan ah, Renzo melupakan satu hal, kalau Trisia selalu membawa senjata cadangan untuk berjaga-jaga jika senjata pertamanya hilang atau rusak. Dan kini benda itu berhasil menancap sempurna di tubuh sang pemilik.

"LO APA-APAAN SIH?!" pekik Renzo kalut ketika darah segar keluar dari luka tusuk gadis itu. Cowok itu berusaha menahan darah yang mengalir dari perut Trisia.

Trivia menatap Renzo yang kini terlihat panik. Pandangan gadis itu sedikit memburam. Tubuhnya pun lemas, sedangkan rasa sakit di perutnya semakin menjadi.

Inilah pilihan Trisia, mengakhiri hidupnya dengan cara yang dipikirnya sederhana namun bisa membawa dia bertemu dengan adiknya kembali.

Rasa sakit ini. Nyeri ini. Luka ini. Kesedihan ini. Semuanya tak akan bertahan lama, karena sebentar lagi dia akan mengakhiri semuanya.

"Kita ke Rumah Sakit!"

Baru saja Renzo ingin mengangkat tubuh gadis itu, Trisia menahan lengannya.

Renzo menatapnya tajam. "Lo harus ke Rumah Sakit! Lo bu--"

"Gak usah. Biarin aja gue kayak gini. Gue udah capek, serius," ucap Trisia pelan.

Amarah Renzo langsung menggebu ketika mendengar Trisia yang berucap pasrah. "Terus gue harus biarin lo mati gitu aja hah?!"

Ditengah rasa sakit yang dia rasakan, Trisia berucap, "Rasa sakit gue bakalan digantikan oleh rasa bahagia, karena sebentar lagi gue akan bertemu Trivia."

"Lo ngomong apa sih?!"

"Renzo ... percuma aja gue hidup, kalau tujuan hidup gue udah gak ada. Percuma aja gue bertahan, kalau di dunia ini gue hidup sendirian. Percuma."

"Lo masih punya gue, Si!"

"Lo gak tau apa yang gue rasain, jadi biarin gue pergi."

Renzo mengacak rambutnya frustasi. Dalam hati dia terus memaki sifat keras kepala yang Trisia miliki, namun disisi lain dia juga tak ingin gadis itu pergi.

"ARGH! Lo harus ke Rumah Sakit dan gue gak mau terima penolakan! Lo tanggung jawab gue sekarang!"

Tak mau berlama-lama lagi akhirnya Renzo mengangkat dan menggendong Trisia secara paksa. Diacuhkannya rasa sakit di kakinya akibat luka tusuk dari pisau gadis itu.

Trisia terus memberontak dalam gendongan Renzo. Beribu makian dia lontarkan dengan terhadap cowok itu tapi tak diindahkan oleh Renzo.

"Turunin gue!"

"Enggak, lo butuh perawatan sekarang!"

"Turunin gue bangsat! Lo gak berhak atur-atur hidup gue!" maki Trisia dengan suara pelan.

"Gue berhak, karena lo tanggung jawab gue sekarang."

"Jadi sekarang lo lebih beradab ya setelah kematian Trivia? Ah atau lo kasihan kan sama gue yang hidup sebatang kara di dunia ini?"

"Gue peduli sama lo, dan gue tahu apa yang sekarang lo rasain Trisia," ucap Renzo lalu sedikit membenarkan tubuh Trisia yang hampir saja merosot.

Trisia diam. Apa tadi? Peduli? Cih! Trisia benci dengan seseorang yang mengatakan 'gue tau apa yang lo rasain', heh! Itu semacam pencitraan buat menutupi bahwa mereka sebenarnya senang dengan keterpurukannya. Mereka hanya tau apa yang mereka lihat, tapi mereka tidak tahu apa yang Trisia rasakan.

Pencitraan yang memuakkan!

Dan Trisia benci orang munafik.

"Lo gak tau apa yang gue rasain!" kata Trisia. "Dengan lo berkata begitu, secara gak langsung lo kasihan sama gue. Dan gue benci dikasihani apalagi sama orang kayak lo!"

Trisia menggeram marah lalu dia merogoh sakunya. Dia tersenyum miring ketika dia mendapatkan sebuah pisau lipat lalu dengan segera dia melompat dan menusuk Renzo tepat di jantung.

Tubuh Renzo mematung, Tatapannya kini melotot karena tak percaya dengan apa yang baru saja dilakukan oleh Trisia.

Trisia tersenyum. "Kita impas, hehe."

Tak lama tubuh Renzo jatuh berlutut ke tanah. Matanya terus menatap Trisia yang kini tertawa bak malaikat kematian, lalu tatapan itu beralih pada sebuah pisau lipat kecil yang ada tepat di jantungnya.

Renzo mencabut benda itu dengan perlahan dikuti teriakan yang menggambarkan rasa sakit. Dari jantungnya mengalir darah merah pekat yang membuat seluruh bajunya kini berwarna merah darah.

Renzo terbatuk dan pandangannya kini mulai memburam. Ditatapnya Trisia pedih.

"Kalau gue pergi, apa gue bisa ketemu Trivia?" tanyanya lalu terbatuk mengeluarkan darah. Tubuhnya kini lemas dan tak dapat menumpu berat badannya lagi, akhirnya Renzo jatuh sepenuhnya di atas tanah.

Ini akhirnya. Ini akhir kisahnya. Ini akhir segalanya.

Jangan salahkan takdir jika begini alur ceritanya, karena Renzo akan selalu siap menerima konsekuensi dari setiap kehidupan.

Renzo menahan nafas ketika rasa yang teramat sakit itu datang hingga pada akhirnya mata itu memejam diikuti dengan tubuh yang terkulai tak berdaya.

Trisia mencabut pisau yang sedari tadi menancap di perutnya. Untung saja dia terlalu pintar untuk tidak menusuk pisau itu tidak terlalu dalam atau menusuk ke organ vitalnya, jadinya lukanya tidak akan parah.

Dia mengeluarkan sarung tangan dan mulai mengambil pisau lipatnya di sebelah mayat Renzo. Lalu dia meletakkan benda itu ke dalam plastik beserta batu dan mulai melemparkannya jauh ke danau.

Trisia tersenyum senang lalu berlalu begitu saja, meninggalkan mayat Renzo dengan darah yang menggenang di tengah taman.

Di bawah derasnya hujan. Di tempat yang sama, namun diwaktu yang berbeda, dua jiwa melayang meninggalkan raga dengan kondisi dan penyebab yang berbeda.

Begitulah akhir keduanya, berakhir dengan kematian sebagai ujungnya.

Hal yang paling menyesakkan adalah ketika kita merasa bersalah namun tak ada yang diperbuat untuk menebus kesalahan itu. Begitulah yang dirasakan Renzo sampai hembusan nafas terakhirnya. Menyesal hingga akhir hayat.

***

Cerita ini semacam cerita bersambung dengan kisah awalnya You Hurt Me (cek lapak sebelah) lalu ada Come Back Again? (Series 2) dan tunggu kelanjutan series ke 3 ya!

Oh iya ini cerpen pure otak gua sendiri ya. Yang berniat copas alur tolong jangan ya karena ini lapak abal sumpah.

Btw makasih ya udah mau mampir, terhura gua huhuhuhu.

Kalau senang dengan cerita gua langsung aja cek lapak cerita gua yang lain, siapa tau tertarik gitoooo. Wkwk

Oke deh, sampai jumpa di Series 3

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Back Again? [CS 2]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang