Berharap

53 14 9
                                    

Tuhan, bolehkah Renzo terus berharap?

Berharap bahwa kehadiran gadis itu nyata. Berharap penyesalan dan penantiannya berakhir dengan kebahagiaan yang selama ini dinantikan Renzo.

"Lo Triviana Putri kan?" tanya Renzo yang sudah mulai bisa mengusai tubuhnya dari keterkejutan, walaupun nada bicara cowok itu masih terdengar tercekat dan tertahan.

"Iya."

Entah bagaimana reaksi Renzo saat ini. Yang pasti lagi dan lagi, cowok itu merasakan campur aduk. Dimulai dari rasa terkejut, senang, haru sekaligus menyesal ketika kejadian masa lalu berputar kembali di benaknya. Memaksa Renzo untuk mengingat kembali seberapa jahatnya dia dulu, seberapa bodohnya dia dulu.

Renzo tahu. Trivia tidak akan pergi. Buktinya dia kembali. Di sini, di depannya, dengan senyum manis yang membuat Renzo kembali candu.

"Maafin gue Vi, gue udah sia-siain lo dulu. Gue udah buat lo nangis, kecewa, sedih dan tertekan. Gue ... gue minta maaf! Gue mohon lo jangan pergi lagi, cukup dua tahun lo pergi tanpa jejak Vi! Gue belajar banyak hal dari kepergian lo. Gue jadi paham apa itu menunggu, menyesal, kesepian, rindu sendiri dan kehilangan."

"Gue ... gue minta maaf! Gue ... gue gak sanggup kehilangan lo lagi Vi. Cukup dua tahun lo nyiksa gue dengan rindu sendiri, dan untuk kali ini gue mohon sama lo." Jeda sebentar. "Please! Please stay with me and don't go!"

Gadis itu berdiri mematung ketika tiba-tiba saja Renzo mendekap tubuhnya lalu menangis di bahunya. Tubuh cowok itu bergetar hebat. Isak tangisnya pun terdengar.

Percayalah, sekuat apapun laki-laki jika dia sudah mengeluarkan air mata untuk seseorang, maka orang itu menjadi bagian penting di hidupnya.

"Gue janji, gue bakalan berubah. Berubah jadi lebih baik, berubah menjadi apapun yang lo mau. Tapi gue mohon... tetap di sini, di samping gue. Rangkul gue kala gue jatuh, bantu gue kala gue rapuh. Gue mau lo tetep stay di sisi gue Vi. Gue mohon..."

Renzo kini benar-benar berada dalam titik kelemahannya. Dia kini benar-benar tenggelam, tenggelam dalam penyesalan yang tak berdasar. Dia kini benar-benar terjatuh, terjatuh dalam kubangan masa lalu yang membuatnya rapuh.

Renzo memeluk Trivia erat, sangat erat. Pelukan itu seperti mempunyai arti tersendiri bagi Renzo. Pelukan yang memiliki arti sebagai perwujudan permintaan maaf, penyesalan dan kebahagiaan.

"Stay Vi, stay in here. And please don't go," lirih Renzo.

Trivia diam.

"Detik ini, kita mulai dari awal. Kita buka lembaran baru lalu menorehkan tinta panjang untuk sebuah kisah yang baru saja akan dimulai."

Back Again? [CS 2]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang