6

105 15 3
                                    

"Kita terlalu mengorbankan segalanya demi sebuah cinta".

Selamat membaca, sambil vote ⭐🥀
-----

Cowok : Hubungan sama lu yang ada gw gakan maju-maju, Bang**t apalagi sukses, cuma penghalang lu. Cewe baj*ngan!!!

Sepulang dari toko buku, Meira melihat sepasang kekasih yang bertengkar, laki-laki itu meneriaki kekasihnya yang hanya bisa menangis dan menatap tak percaya kekasihnya berbicara seperti itu kepadanya. Meira ingin sekali mengajak wanita itu pergi, namun dia tak ingin ikut campur urusan yang bukan menjadi urusan nya.

Sebenarnya Mei sudah sering melihat hal seperti itu, terkadang dia juga merasa trauma jiga kelak ia juga akan seperti itu. Seperti halnya teman-teman Meira yang sering menangis karena bertengkar dengan kekasihnya.

Sekarang pukul 20.30 wib, Meira baru sampai dirumah. Setelah belajar bersama, tadi Meira memutuskan pergi ke toko buku untuk membeli buku novel yang baru.

flashback on

Tiba-tiba kucing dirumah Meira menyenggol secangkir coklat hangat yang berada dekat dengan Pandji dan terkena kaos putih milik pandji.

"Aduhh febyy, ah Pandji maaf banget emm gimna ini". Mei benar merasa malu dan bersalah.

"Eh, gapapa Mei cuma kena dikit". Jawab Pandji yang biasa saja, dia tak kesal karena hanya seekor kucing. Sedangkan disisi lain Topan dan Abil hanya menyimak lalu lanjut belajar saja berdua, yang Topan pun sedikit menggoda Abil.

Dengan rasa bersalah Mei menawarkan Pandji untuk membersihkan kaosnya dan menggantinya. "Eh maaf, ayo ih dibersihin dulu ganti aja sama kaos yang disini biar aku cuci dulu kaos milikmu".

"Gausah Mei serius, dikit kok ini". Sambil membersihkannya dengan kain yang di berikan Mei.

"Ah cepet sini ikut aku, cepetan". Meira maksa mengajak nya untuk mengganti baju karena memang sangat basah.

Pandji di ajak ke kamar tamu, Meira menyuruhnya untuk menunggu disini. Sambil menunggu Mei, Pandji terus-terusan membersihkan nya dengan kain. Tak lama kemudian Mei kembali dengan membawa kaos milik ayahnya yang sudah jarang di pakai namun masih bagus.

"Nih ganti aja pake ini, punya ayahku mungkin cukup di badanmu". Tawar Mei sambil mempaskan baju itu dibadan Pandji. "Warnanya sama dengan kaos mu itu, nanti kaos itu aku cuci dulu ya. Nih,, pakai aku tunggu diluar". Lanjut Meira.

"Oh yaudah makasih ya,," . Jawab Pandji sambil membawa baju di tangan Mei. Saat Mei menuju keluar Pandji berkata lagi "makasih ya,,". Dengan sedikit senyuman manis yang tak pernah Mei lihat sebelumnya.

Sedangkan Meira hanya bisa menjawab dengan seadanya karena dia baru pertama kalinya seperti ini "ah iya". Jawab Mei dengan senyuman termanisnya juga.

Tak lama kemudian Pandji pun keluar, Mei sangat terkagum dengan bentukan tubuh Pandji. Apalagi kaos yang Pandji kenakan sangat pas dibadan nya. Meira tak sadar kalau semenjak tadi dia hanya terdiam kagum melihat Pandji.

"Heh,, kok liatin gw gitu sih, ada yang salah ya? Bajunya jelek gw pake?" . Tanya Pandji kebingungan.

"Hah? Ngga kok biasa aja. Sini bajunya, ntar gw balikin kalau dah bersih. Yaudah sana duluan aja lanjut belajar lagi". Jawab Mei dengan sedikit rasa malu. Lalu Pandji pergi begitu saja dari hadapannya. Dan mereka memulai pelajaran lagi hinggal pukul 7 malam.

About WaitingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang