" ... Kesehatan, olahraga, lingkungan, makanan, keindahan ..."
Bruuk
"Aw" ringis Agatha. Ia terlalu asik dengan artikel yang ia pegang, hingga tidak sadar ada seseorang yang ia tabrak. Dan sepertinya orang yang ia tabrak pun tidak menyadari kehadiran Agatha.
Agatha melihat sepatu seseorang yang ia tabrak barusan, kemudian mengangkat kepala melihat orang itu.
Ia menyipitkan matanya. Merasa asing dengan laki-laki diatasnya. Laki-laki itu pun begitu, merasa asing dengan wanita dibawahnya.
Agatha menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba sadar bahwa banyak tugas yang harus ia kerjakan. Agatha mengambil satu per satu artikel yang berhamburan. Kemudian kembali berdiri merasa sudah tidak ada artikel yang tertinggal dibawahnya.
"Maaf ya. Gue gak sengaja. Tadi gue gak ngeliat lo lewat" ucap Agatha sambil menjulurkan tangannya mencoba akrab.
Namun laki-laki itu hanya berdehem sebagai jawaban. Kemudian berlalu pergi tanpa membalas juluran tangan Agatha.
Agatha menghela nafas, ia melihat tangan kanan yang barusan ia julurkan. Lalu tersenyum kecut.
"Huh... Bodo amat lah, tugas gue masih banyak" setelah mengatakan itu. Ia berjalan dengan tergesa-gesa mencari seseorang yang ia yakini sangat penting.
***
"Shelen!" panggil Agatha setelah lama mencari. Ternyata yang dicari malah di lapangan basket menonton pertandingan.
Shelen melirik sekilas, lalu memutar bola matanya malas.
"Shelen!" panggil Agatha lagi setelah sampai di samping wanita yang disebut 'Shelen' itu.
"Kenapa?" tanya Shelen malas.
"Ini. Artikel koran sekolahnya" Agatha menyerahkan kertas yang sedari tadi ia pegang. Dan diterima oleh Shelen dengan jutek. Agatha pun sempat tertegun dengan aksi Shelen barusan.
"Ini udah tanggal berapa. Kamu bilang deadline nya sampai tanggal 10, ini apa tanggal 12 baru dikumpul" cibir Shelen jutek, ia terus menatap tanpa kedip kearah objek yang menarik perhatiannya.
"Habis mau bagaimana lagi. Semua penulis artikel kesusahan mencari informasi tentang tema yang kamu buat, ditambah lagi tema yang kamu tentukan itu cukup banyak. Sementara mereka hanya ada waktu 2 hari untuk itu" bela Agatha.
"Alasan. Sudah, nanti biar gue aja langsung yang ke percetakan. Kalo gak ada yang mau dibahas lagi, silakan pergi" Shelen masih saja menatap objek itu tanpa kedip.
Agatha yang kepo pun langsung mengikuti arah pandang Shelen. Ia sempat terkejut karena bukan hanya Shelen yang menatap tanpa kedip, namun sebagian besar siswi pun begitu.
Ia menunduk malu. Karena tatapan Agatha dan seseorang itu bertemu.
Bukannya dia--
"Agatha!" panggil seseorang dari arah belakang. Agatha menoleh. Kemudian mengangkat kedua sudut bibirnya tinggi-tinggi.
"Kenapa lo nunduk aja?" tanya Meta sambil mengusap peluh keringat dilehernya.
"Engg... Itu.. Engg... Bukan apa-apa kok" jawab Agatha gugup. Meta mengernyit.
"Lo gak lagi bohong kan tha?" tanya Meta memastikan.
"Ck, enggak lah ngapain gue bohong" jawab Agatha meyakinkan.
"Oh ya. Jadi gimana tim voly kita. Masuk final gak?" tanya Agatha berbinar. Sebenarnya ia tengah mengalihkan topik.
Dan entah mengapa, mendengar pertanyaan itu mata Meta langsung ikut berbinar pula mengikuti Agatha. Rupanya, ia tidak tahu kalau Agatha tengah mengalihkan topik.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGATHA
Teen FictionWritten by : Vena R Genre : Fiksi remaja ~~~~~~ Nama gue Agatha. Hidup gue gak sejalan dengan kemauan dan cita-cita gue. Karena pada dasarnya hidup itu bukan kita yang nentuin, kita hanya sebagai tokoh utama yang berjalan dalam suatu kisah. Meniti...