"Bulan depan akan ada pensi untuk penyambutan kepala sekolah baru. Jadi, diharapkan setiap kelas wajib mengikuti kegiatan pensi tersebut. Pilih perwakilan kelas untuk pensi bulan depan. Saya gak mau dapat laporan kalau kelas saya tidak ada yang mau mewakilkan!" tegas Bu Rida pada anak muridnya, kelas XII IPS 2.
"Baik bu" ucap mereka serempak.
"Silahkan diskusikan kalian ingin melakukan pensi apa. Kalian bukan anak kecil yang harus dibimbing oleh saya, saya ingin, ketika saya kembali ke kelas, kalian sudah ada ide. Permisi" ucap Bu Rida.
Setelah kepergian Bu Rida, siswa maupun siswi kelas XII IPS 2 berbincang-bincang mengenai pensi bulan depan.
"Jadi gimana nih. Kita mau nyiapin apa buat kepsek baru?" tanya Revan was-was.
Ia adalah ketua kelas di sana."Gimana kalau kita nyanyi aja" usul Mey, seksi kebersihan XII IPS 2.
"Gak. Itu udah mainstream banget" tolak Clara mentah-mentah yang disetujui oleh mereka semua.
Kini mereka kembali berdiskusi.
"Gini aja. Gimana kalau kita ngedance aja" usul Meta girang. Mereka tampak berfikir.
Setelah lama bungkam. Agatha menjentikkan jarinya. Otomatis siswa maupun siswi melihat kearahnya.
"Apa ide lo?" tanya Risa to the point . Ia adalah bendahara disana "gue harep gak ngabisin uang kas. Lagi bokek nih kita"
"Nggak kok. Gak banyak. Paling cuma beberapa rupiah yang ke pake" jawab Agatha tersenyum.
"Jadi apa?" tanya Revan penasaran.
"Gimana kalo kita ngedance sambil nyanyi. Tapi lagu nya lagu yang cocok untuk dipake dance. Yang nanyi juga ikut ngedance. Nanti dipadukan sama gitar elektrik. Jadi banget gak tuh?" jelas Agatha sambil menaikturunkan alisnya.
Tak seberapa lama, mereka bersorak sorai tanda setuju. Agatha tersenyum melihatnya.
"Tunggu!" ucap Rahma yang langsung menghentikan aktifitas mereka.
"Kenapa lagi sih ma? Gak setuju lo?" saut Ivan ketus.
"Aelah. B aja dong. Gue cuman mau nanya. Gitar nya darimana? Kan gak mungkin kita beli. Itu terlalu mahal" sehabis mengatakan itu mereka semua yang ada dikelas beralih menatap Agatha yang terlihat santai.
"Gimana tha?" tanya Erfan menyikut perut Agatha.
"Gue punya kakak sepupu. Yang kebetulan punya grup band. Jadi nanti kita bisa pinjem gitarnya. Masalah yang mainin. Gampang kok. Ada Revan sama Rafa" jelas Agatha.
Tak lama dari itu Bu Rida memasuki kelas XII IPS 2.
"Jadi bagaimana?" tanya nya.
Revan pun selaku ketua kelas. Menjelaskan hal apa yang akan mereka tampilkan saat pensi bulan depan. Tampak pula Bu Rida menyetujuinya.
"Baiklah. Saya percayakan semuanya dengan Agatha dan Revan" ucap Bu Rida lalu pergi dari kelas itu. Ia adalah guru cuek yang tidak terlalu open dengan anak didiknya. Wajar saja mereka senang dengan guru itu, ketika ada jam pelajarannya mereka malah asik mengunyah makanan maupun menelan minuman. Guru itu hanya cuek dan membiarkannya saja meski sudah tau kelakuan mereka. Yang penting ngajar dan dapet duit masalah mereka tidak memperhatikan nanti mereka akan nyesal sendiri, gitu katanya.
***
Di kantin sekolah. 2 orang laki-laki dan 3 orang wanita sedang tertawa terbahak-bahak akibat lelucon dari salah satu yang mereka buat.
"Udah woy! Perut gue sakit njay" celetuk Clara.
"Hahaha. Sama aja" seru Agatha sambil menyeka air mata yang keluar di ujung matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGATHA
Teen FictionWritten by : Vena R Genre : Fiksi remaja ~~~~~~ Nama gue Agatha. Hidup gue gak sejalan dengan kemauan dan cita-cita gue. Karena pada dasarnya hidup itu bukan kita yang nentuin, kita hanya sebagai tokoh utama yang berjalan dalam suatu kisah. Meniti...