08. Bullying

8 2 0
                                    

_____

________

"PJ! PJ! PJ!" Kini siswa dan siswi XII IPS 2 bersorak-sorai meminta PJ (pajak jadian) kepada Clara. Hah? Clara jadian sama sapa? Noh. Sama si ketua band, si Digo. Digo Ardiel. Iya Digo Ardiel. (Hayo siapa yang mau marah sama author😂)

"Iih. Udah deh. Iya-iya kalian gue bolehin makan sepuasnya di kantin, nanti gue yang bayar" ucap Clara yang sudah mulai jengah akan tingkah teman-temannya itu.

Langsung saja, semua nya bertambah ramai bak di pasar tradisional. Clara geram. Bukannya pada diem, malah tambah berisik aja.

"Woy! Lo rang diem apa milih gak gue kasih PJ!" teriak Clara, ngamuk. Siswa dan siswi langsung mengatupkan mulutnya rapat-rapat.

Clara memutar bola matanya malas. Lalu kembali duduk bergabung dengan teman-temannya.

"Heran deh gue. Berisik amat kayak di pasar" omel Clara pada teman-temannya.

Agatha terkekeh kecil.

"Maklum lah. PJ setelah jadian itu udah tradisi sejak zama kolot" ujar Agatha masih dengan kekehannya. Sementara Clara mencebikkan bibirnya, kesal. Lantas hal itu membuat riuh tawa para sahabatnya.

Kriiiiingg

Akhirnya bel yang di tunggu-tunggu berbunyi juga. Saking ngebet nya mau ke kantin, siswa maupun siswi berdesak-desakan keluar dari kelas menuju kantin.

Yang lain berdesak-desakkan sementara Agatha, Meta, Clara, Erfan, dan Revan lebih memilih menunggu dibandingkan harus berdesak-desakkan. Alhasil mereka keluar kelas paling akhir.

Sepanjang perjalanan menuju kantin. Lorong yang mereka lewati penuh dengan bisik-bisik memuji.

"Eh mereka cantik dan ganteng-ganteng ya"

Mendengar hal itu. Justru membuat Erfan songong. Ia mengangkat dagunya tinggi-tinggi. Dan membenarkan tatanan jambul nya. Hal itu justru membuat para kaum hawa menjerit histeris.

"Ya ampun. Kak Erfan ganteng banget ya"

"Gantengan kak Revan kali"

"Eh kak Agam lebih tampan"

"Yaampun cool banget"

"Gak kuat dd bang"

"Aaaa... Masa depan gua, cowok gua, pacar gua. Lo ganteng bangettttt"

"Lovyu loyvu"

"Muah elah tuh orang apa pangeran. Ganteng bat njir"

Begitulah kira-kira beberapa opini yang ditangkap mereka.

"Alay bat. Najis" cibir Meta.

Pernyataaan Meta barusan mengundang tatapan dari para sahabatnya. Meta pun membalas satu persatu tatapan itu dengan kerutan di dahinya. Erfan menatap Meta jahil.

AGATHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang