PERTAMA

7 0 0
                                    

Jakarta, 17:36

Tanganku sedikit bergetar saat aku turun dari pesawat. Kekhawatiran itu masih ada. Setelah lima tahun, kekhawatiran itu masih tinggal di dalamku. Kulit putih pucatku semakin pucat saat udara Jakarta membelai kulitku. Udara gerah yang membuat tubuhku lengket. Aku memejamkan mata lalu dengan keberanian kulangkahkan kakiku menuju tempat bagasi. Waktuku tinggal 2 jam 24 menit lagi, aku tidak akan membuangnya.

Aku menaiki taksi di depan bandara dan taksi pun segera meluncur ke arah Kebayoran Baru. Meninggalkan bandara Soekarno-Hatta dengan jantung yang menggila. Ternyata, perasaan itu masih ada. Perjalanan 16 jam bersama transit membuat kepalaku hampir pecah.

"Apa kabar?" Suara itu terdengar saat aku baru saja memasuki ruang tamu.

Alkareza berdiri dengan suit and tie yang membalut tubuh besarnya. Aku menghela napas dan meninggalkan koperku sembarangan. Aku memeluk Kak Alka dengan pelan. Seperti dia mengetahui perasaanku, Kak Alka memelukku erat. Mencoba menyalurkan energinya.

"Bagaimana London?"

Aku tersenyum lebar, "Latham and Watkins was good." Alka terkekeh pelan lalu mengajakku untuk duduk di sofa.

"Sekarang aku satu udara dengan dia."

Alka menggeleng pelan, sangat pelan. "He is dead."

Jantungku terasa terenggut dari tempatnya. Dia pergi, dia tak ada lagi. Tapi kenapa semuanya masih terasa sakit? Bukankah itu yang kuinginkan? Tapi kenapa ini begitu menyedihkan?

"Someone shooted him in Kensington Garden. When he looking for you, while you looking for happiness."

"Why'd he looking for me in London?"

Aku bingung. Dulu dia bilang tidak pernah mencintaiku. Tapi kenapa dia mencariku? Kukira dia sudah bahagia dengannya.

"You know who was shot him?" Kepalaku menengadah menatap Kak Alka. Sinar mataku memancarkan keingin tahuan yang besar.

"Tatiana."

Yeah, aku tidak begitu kaget saat mendengar namanya. Rupanya iblis itu sampai sekarang tidak berubah. Sudah berapa orang yang dibunuh lima tahun terakhir ini?

Terakhir kali aku di Indonesia dia mencoba membunuh anak anggota DPR yang mencoba untuk melakukan korupsi besar-besaran di perusahaan kilang minyak Irak. Bahkan cucu presiden juga sempat terlibat, namun misi pembunuhan yang akan dilakukan oleh Tatiana sempat kubatalkan. Jika ia melancarkan misinya, ia sama saja bunuh diri. Membunuh cucu presiden yang mempunyai kekuasaan besar dan koneksi dimana-mana sama saja membuat dia jatuh di hukuman tembak. Dan membuat MTI di ujung tanduk.

Tatiana adalah sahabat karibku di MTI suatu organisasi rahasia yang bertugas menangkap atau membunuh orang-orang yang melakukan kejahatan besar—tentu saja dengan SOP yang ada. Bahkan bukan Indonesia saja, organisasi kami mencakup seluruh dunia. Lima tahun lalu aku mengajukan surat vakum untuk beberapa waktu karena keadaan hatiku. Aku tidak bisa melibatkan patah hati dalam pekerjaanku. Aku tidak peduli dengan persetujuan atau penolakan pimpinan. Aku hanya ingin pergi sejauh-jauhnya.

"Dimana Tatiana?"

Kak Alka menggeleng pelan, matanya mulai berkaca dan ia menggigit bibir bawahnya. Dia mencintai Tatiana.

"Medicube, Abu Dhabi."

Banyak sekali kejutan saat aku datang ke Indonesia. Tanpa bertanya lagi aku berpamitan pada Kak Alka dan meminta dia untuk mengirimkan salamku pada mama. Aku segera membeli tiket penerbangan ke Dubai dan segera berangkat ke bandara. Tak ada waktu lagi, aku harus menemui Tatiana. Dia sekarat dan aku harus ada di sampingnya.

ASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang