•SANDRANGGA 5•

5 2 0
                                    

Tak terasa hari sudah semakin sore. Matahari sudah leleh menerangi bumi dan sebentar lagi akan digantikan oleh sang pencahaya rembulan. Sandra masih saja memikirkan kejadian tadi pagi saat tubuhnya digendong oleh si pujaan hati dan kini bibirnya membentuk sebuah senyuman kebahagiaan.

Deringan Handphone lagi lagi membuyarkan lamunan Sandra. Bisa bisanya disaat seperti ini masih ada saja yang menganggu ketenangan Sandra.

"Hadeuhh." Dengus Sandra ketika melihat siapa yang telah berusaha meneleponnya.

"Kenapa Cit? Tanya Sandra

"Lo kenapa?" Bukannya menjawab, Citra malah balik bertanya ke Sandra.

Awalnya Sandra tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Citra, tapi setelah berpikir beberapa detik akhirnya dia dapat menangkap apa yang dimaksud sahabatnya itu.

"Gue udah nggak papa kok" Jawab Sandra meyakinkan.

"Lo nggak usah bohong. Pasti badan lo masih perih, apalagi kepala lo. Pokoknya gue bakal ngasih pelajaran ke tuh cabe." Kata Citra panjang lebar,  ada rasa marah disetiap nada bicaranya.

"Nggak Citra. Gue nggak mau ada kekerasan fisik lagi. Udah cukup." Mohon Sandra.

"Siapa bilang gue bakal pake otot? Kali ini gue bakal pake cara lain." Balas Citra sambil menyeringai licik diseberang sana dan langsung mematikan telponan mereka secara sepihak.

Sandra hanya mendengus kesal karena kelakuan sahabatnya itu. Sandra memutuskan untuk mengambil beberapa buku dan memfokuskan pikirannya untuk menjalankan kewajiban sebagai siswi SMA, yaitu belajar.

Dilain tempat, Citra sedang berpikir keras di dalam kamarnya yang terbilang biasa saja.

"Berani banget tuh cabe ganggu Sandra, apalagi pake mukul segala lagi. Gue nggak bakal ngelepasin tuh cabe". Kata Citra kesal.

Citra tidak mau meyebut nama Angel dengan mulutnya. Dia terlalu jijik jika harus memanggil nama yang telah menyiksa sahabatnya.

"Oke. Gue bakal ngumpulin semua aib dia dan nyebar luasin ke seantero jagat raya sampe dia nggak bakal berani lagi keluar rumah." Kata Citra dengan senyum devilnya.

Malam itu Citra sangatlah sibuk. Dia mulai menyusun rencananya sebaik mungkin mulai dari daun sampai akar-akarnya. Butuh waktu lama Citra memikirkan semua. Kalau bukan karena teman-temannya yang membantu Citra, pasti dia sudah kewalahan menjalankan rencananya.

"Hmm. Mampus lo cabe. Ternyata akting lo bagus juga yah. Dasar munafik." Kata Citra sambil tersenyum meremehkan.

~~

Kini mading sekolah sudah tak terbentuk lagi. Kacanya terpecah belah entah menjadi berapa, dan kayu yang tadinya berbentuk persegi panjang berubah tak karuan. Semua kertas yang sebelumnya tertempel rapi di dinding-dinding sekolah juga sudah dibuat tak karuan olehnya. Siapa lagi kalau bukan Angel dan dayang-dayangnya?

"Siapa pun yang udah ngelakuin ini, bakal mati di tangan gue" Batin Angel dengan penuh penekanan dan kebencian.

Tangannya ia kepalkan sehingga jari-jari yang semulanya berwarna ke-pink an kini berubah warna menjadi putih pucat akibat kepalannya yang teramat kuat. Bagaimana tidak, Semua foto-fotonya yang berada di club terpampang jelas di mading sekolah bahkan tersebar luas di dinding sekolahnya. Tak hanya itu saja, disana juga terlihat fotonya yang sedang melayani om-om dengan pakaian sangat minim.

"Angel!" Bentak Bu Andin

Angel yang mendengar namanya dipanggil langsung menoleh kearah suara tersebut dan ia melihat Bu Andin menatapnya dengan tatapan marah.

"Ikut Ibu ke ruang BK. Sekarang!" Lanjut Bu Andin dan ia langsung melangkahkan kakinya ke ruang BK.

Sepanjang Angel berjalan di koridor sekolah, dia mendengar bisikan-bisikan para murid yang menatapnya dengan jijik.

"Ishh. Nggak tau malu"

"Orang kayak dia nggak pantes sekolah di sini"

"Males gue liat mukanya."

"Malu-maluin nama sekolah aja"

"Kok doyannya sama om om sih"

Entah darimana mereka semua mendapatkan keberanian mengatakan hal tersebut.

Angel yang mendengar itu hanya mendengus kesal sambil menatap mereka dengan tatapan mengintimidasi. Mereka yang melihat tatapan Angel langsung mengganti topik yang lain.

Tak terasa Angel dan Bu Andin telah sampai di tujuan mereka. Bu Andin mengela nafasnya kasar guna meringankan beban pikirannya karena Angel.

"Angel. Apa benar perempuan yang ada di foto-foto vulgar itu adalah kamu?" Tanya Bu Andin.

"Iya" Jawab Angel tanpa ada rasa penyesalan bahkan sopan santunnya untuk berbicara dengan guru hilang entah kemana.

"Angel, itu perbuatan yang sangat tidak baik. Ibu tahu orang tua kamu sudah meninggal, tapi itu tidak boleh menjadi penyebab kamu jadi anak yang seperti ini. Kamu tidak boleh mengecewakan mereka." Kata Bu Andin serius.

Angel hanya memasukkan perkataan ibu gurunya lewat telinga kanan dan mengeluarkannya di telinga kiri. Lewat tanpa membekas sedikitpun.

"Bahkan.." Bu Andin menggantung perkataannya sambil membalikkan laptop yang berada di atas meja ke arah Angel.

"Tadi pagi ada yang mengirimkan Ibu video ini." Lanjut Bu Andin dan menekan simbol play pada layar laptop sehingga videonyapun mulai terputar.

Disana terlihat Angel sedang mengendap-ngendap di sebuah tempat yang sepertinya adalah club. Betul! Itu adalah tempat kerja Angel yang dulu. Tetapi ia dipecat karena tertangkap kamera cctv sedang mencuri sebuah cincin berlian yang sangat mahal milik salah satu pengunjung club.

"Shit! Kali ini gue udah bulatin tekad buat ngancurin dalang dari semua ini." Batin Angel sambil menonton video tersebut dengan kebencian.

°°●°°

LOHAA LOHAA SEMUANYAA♡

Maaf banget karena part ini amat teramat pendek.
Diriquu lagi banyak tugas yang kalau disebutin satu persatu bakal nggak ada habis-habisnya. OKE LEBAY😂
Nggak tahu kenapa akhir-akhir ini otak diriquu buntu banget. Harap dimaklumi.😅

Pokoe jangan lupa meninggalkan jejak yohhh☆

#AndiKusuma03










SandranggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang