8. Tinta Dan Kertas Putih.

225 37 10
                                    

Selamat membaca📖

Vote komen woy!
.
.
.

Sehun tampaknya tengah berbicara serius dengan orang yang menghubunginya.

Kentara sekali saat ini Sehun tengah menyunggingkan senyuman kemenangan.

"Baiklah, bawa dia kehadapanku sekarang!"

"...."

"Tidak! Tidak semudah itu aku membiarkannya hidup!"

"...."

"Aku tak butuh waktu lama, cepat bawa saja!"

Pip.

Sehun memutuskan sambungan teleponnya.

"Chen, siapkan ruangan bawah tanah!" perintah Sehun kemudian ia melenggang pergi.

"Oh ayolah... Siapa lagi yang akan menjadi korban?" monolognya sembari memijat kepalanya yang pening.

***

Guanlin dan Shixun sudah sampai di gerbang kediaman keluarga Xi.

Shixun tampak ketakutan melihat Mansion itu, dia sampai-sampai bersembunyi di belakang tubuh Guanlin.

"Hey anak nakal! Kenapa kau bersembunyi di belakangku?" tanya Guanlin merasa heran.

"Oh ayolah, Hyung. Bagaimana jika Bundaku tahu kalau aku kabul? Ia pasti akan malah, atau bahkan lebih palah dia akan menangis," jawab Shixun masih bersembunyi di belakang tubuh Guanlin.

Guanlin mendengus kesal, baru kali ini dia peduli pada anak kecil yang nakal seperti Shixun.

"Kau itu laki-laki, Shixun! Laki-laki itu harus berani bertanggung jawab atas apa yang telah ia perbuat. Jika kau seperti itu, aku tidak akan bertemu denganmu lagi!" ancam Guanlin membuat Shixun melotot.

Tidak mau menemuinya lagi? Itu artinya ia akan kehilangan teman bermain.

"Ya baiklah! Aku akan beltanggung jawab, dasal pemaksa!" ucap Shixun kemudian keluar dari tempat persembunyiannya.

"Anak kecil yang masih cadel tidak boleh mengumpat," jawab Guanlin kemudian terkekeh melihat Shixun yang sudah kesal.

"YAK! ANAK NAKAL! KEMARI KAU!" teriakan seseorang membuat keduanya menoleh.

Itu Luhan!

Gawat! Shixun harus mencari alasan agar tidak membuat Ibunya marah.

Karena kesal, Luhan sampai terburu-buru menghampiri anaknya yang super ajaib itu.

"Oh Shixun Baixian. Dari mana saja kau, sayang?" tanya Luhan dengan ekspresi pura-pura lembut.

Shixun bergidik, apalagi ketika Ibunya menyebutkan namanya secara lengkap.

"A-anu... Aa-"

"Ya, dari mana kau? Kenapa saat Bunda menjemputmu kau tidak ada di sana? Bahkan Bibi Fei bilang kau sudah dijemput oleh Bunda," tanya Luhan sekali lagi.

Shixun menunduk, kemudian ia memilin ujung bajunya guna mengurangi ketakutannya.

Bukannya ia takut karena amukan Ibunya, ia takut karena setiap Luhan memarahi Shixun, ia akan berakhir dengan menangis.

Guanlin yang melihat Shixun ketakutan tak tega, kemudian ia memutar otaknya supaya mendapatkan ide untuk menyelamatkan Shixun.

"Aaahh... Tante ak-"

I Will Comeback Again!√[Hunhan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang