Part 1: Prolog

832 31 1
                                    

Haiii readers...
Ini bakalan jadi cerita ke2ku setelah publish 15%

Di 15% aku masih banyakkkkk banget kurangnya, dan sekarang aku bikin cerita ke2, dan aku harap kalian sama sukanya sama ceritaku yang ini

Maaf ya kalau ada kurangnya

I hope you guys love my story 🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻



"HEII BERHENTI KAU!" Teriak seorang gadis yang sedang berlari kencang. Rambut cokelat yang diikat satu itu pun bergerak bersamaan tubuh ramping gadis beriris mata biru itu yang tengah berlari.

Kakinya yang ramping melangkah cepat dan lebar mengejar pria berjaket hitam dengan tudung hitam. Di tangan pria itu terdapat tas wanita berwarna soft pink. Berberapa orang yang memperhatikannya hanya terdiam dan tidak membantu, sungguh mengenaskan.
"BERHENTI KAU BRENGSEK!!" Teriakan gadis bernama Zena itu semakin keras bersamaan dengan langkah kakinya yang semakin cepat.

Pria berjaket hitam yang membawa tas Zena segera melemparkan tas tersebut ke seorang laki laki yang sedang melintas. Laki laki itu berhenti dan memungut tas yang jatuh di kakinya, tas berwarna soft pink itu tergeletak tak berdaya di tanah berumput.

Laki laki tersebut berniat mengambil tas itu, namun disaat yang sama, seorang gadis lebih dulu meraih tas bermerk charles n keith miliknya.
"Kau pasti komplotan pencuri itu, bukan?!?" Gadis itu bertanya dengan napas yang terengah engah, wajahnya menunjukan ekspresi marah dan wajah lelahnya.

"Apa?" Tanya laki laki itu singkat, di tangannya terdapat segelas minuman, yang sepertinya ia beli berberapa meter dari tempat mereka berdiri sekarang.
"Apa? Kau masih bertanya 'apa'? Ha.. lucu sekali," gadis itu berdecak sambil tertawa ringan, ia memeluk tas yang membuat keributan hari ini.

Berberapa orang yang tadi diam saja, sekarang semakin banyak yang berkumpul menyaksikan perdebatan keduanya. Tidak hanya menonton dan mengambil gambar, berberapa orang lainnya mulai berbisik mengomentari kejadian ini.
"Dan sekarang kau hanya diam saja dengan wajah polosmu itu? Dan tidak berniat meminta maaf karena sudah ketahuan?" Zena memperhatikan laki laki berkemeja merah itu dengan tatapan sinisnya.

"Baiklah.. beruntung aku sedang berbaik hati, aku memaafkanmu dan temanmu. Dan aku tidak akan melaporkanmu ke polisi."
"Katakan pada temanmu itu agar segera bertobat dan mencari pekerjaan yang lebih baik." Zena menghela napasnya, kemudian berjalan melewati laki laki yang masih terdiam itu sambil menepuk nepuk pelan bahu laki laki itu.

Namun langkah Zena terhenti saat cekalan laki laki itu mengait kuat di pergelangan tangan Zena. Kepala gadis itu menoleh kearah laki laki yang mencegat langkahnya itu, memperhatikan laki laki berambut cokelat dengan iris mata yang sama cokelat dengan rambutnya. Ia terlihat.. tampan. Tapi untuk apa tampan namun perilaku buruk seperti ini?
"Ad-...." ucapan Zena terputus saat laki laki itu mendekat kearah telinga gadis itu, membisikan sesuatu disana. Deruan napas juga terdengar jelas di telinga Zena.
"Aku. Bukan. Pencuri." Suara laki laki itu terdengar berat dan penuh penekanan, membuat gadis itu membelakan matanya dan menahan napasnya.

Setelah mengatakan itu, laki laki itu kemudian melepaskan cekalannya dan beranjak meninggalkan Zena yang masih terdiam mematung disana. Berberapa orang yang tadi menonton pun sudah mulai kembali pada aktivitasnya masing masing, menyisakan Zena yang masih mematung, ia dapat merasakan menyeramkannya pencuri itu.

"Okay, Zena. Kau sudah memaafkan laki laki itu, jadi kau tidak perlu kesal dan berdegup kencang seperti ini." Zena mengatur napasnya dan memukul pelan dadanya, dan kemudian melanjutkan langkahnya menuju tempat kerjanya yang sudah tidak terlalu jauh dari tempat ini. Tentu saja, tas ransel kecilnya, kini ia peluk erat, agar kejadian cerobohnya tadi tidak terulang lagi.


######


Hari ini, penuh kesialan bagi Zena. Hari ini seharusnya hari pertama ia masuk kerja, namun karena keributan yang ia buat ia harus terlambat bekerja. Dan lebih parahnya ia mendapat telepon dari ibunya, kalau adik laki lakinya sakit dan ia harus menyusul ke rumah sakit sekarang.

Setelah menelpon manajer di tempat ia bekerja, ia segera menhentikan taksi dan menyusul ibunya ke rumah sakit. Sebenarnya kondisi keuangan Zena, tidaklah baik. Ia bisa saja termasuk sederhana, mungkin kadang dibawah level sederhana. Oleh karena itu, Zena sebagai anak pertama di keluarga, ia harus berkuliah sambil bekerja. Ayahnya juga hanya seorang guru di salah satu sekolah menegah. Dan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga yang mengurus hidupnya dan adik laki lakinya. Hanya keluarga biasa, tidak ada yang spesial dari itu.

35 menit perjalanan, akhirnya ia pun sampai di sebuah rumah sakit besar. Dengan cepat ia segera turun dan berlari ke ruangan dimana adiknya di rawat.
"Ada apa dengan Zach?" Tanya Zena begitu ia sudah sampai di ruang rawat adiknya. Raut wajahnya dipenuhi kekhawatiran, matanya juga berkaca kaca seperti ingin menangis. Hatinya tidak tega melihat adiknya yang masih berumur 5 tahun itu harus menggunakan selang oksigen.

"Adikmu alergi pada kacang. Aku sangat ceroboh, seharusnya aku tidak membelikannya sembarang roti tadi." Sierra menunduk dan mengusap rambut adiknya yang sedang tertidur itu, terdengar nada penyesalan disana.

Zena hanya bisa diam, tidak membalas kata kata ibunya. Ia memilih untuk duduk dan memperhatikan adiknya yang terlelap. Di sekitar tubuh Zach terdapat berberapa bercak merah, yang Zena bisa tebak kalau itu pasti dikarenakan alergi yang dialami adiknya tadi.

Gadis itu masih diam disana sambil memeluk lengan adiknya itu, ia menyandarkan tubuhnya pada tempat tidur dan terlelap disana.

######


Laki laki dengan rambut cokelat sedikit ikal itu tengah bersandar di sebuah taman. Di tangannya terdapat gelas kopi yang sedari tadi ia bawa, namun belum sempat ia minum hingga kopi itu dingin. Mungkin sedingin sifatnya tadi pada gadis yang menuduhnya sembarangan sebagai seorang pencuri. Tuduhan tadi lebih dari cukup membuatnya malu di depan banyak orang.

Tidak sedikit orang yang membisikan seusatu pada temannya yang ikut menonton adegan tadi. Dan lebih parah dengan berberapa orang yang mulai mengambil gambar kejadiannya dengan gadis aneh itu.

Laki laki itu mengacak rambutnya kasar, seakan stress dengan kejadian hari ini. Terutama pada gadis yang membuatnya harus menanggung malu pada banyak orang yang beranggapan negatif padanya. Sebenarnya jika tidak ada orang yang menonton kejadian tadi, ia sama sekali tidak peduli. Namun kenyataanya ia tidak bisa berbuat apapun, karena mungkin ia sudah muncul di berita berita mengenai kasus pencurian oleh lelaki dingin.

"Baiklah, kita lihat saja gadis bodoh, apa yang akan terjadi setelah ini."

ConvivenciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang