Part 9

308 23 1
                                    

"Kau tahu? Aku tidak menyukaimu! Jangan berpikir aku menyukaimu! Dan berhenti menyukaiku!"

-----------------------------------------

Bryan mendengar ucapan Zena dengan ekspresi bingung. Tapi Bryan tidak memedulikannya, ia terus menjalankan motornya melintasi malam. Jalan mulai sepi, dikarenakan sekarang sudah lewat tengah malam, hanya ada berberapa mobil yang melintas.

"Dimana rumahmu?" Tanya Bryan pada Zena, belum ada jawaban dari gadis itu. Hingga Bryan mengulang pertanyaannya.
"Hei! Dimana rumahmu?"

"Ugh! Aku tidak tahu... apa aku tidak memiliki rumah?" Jawaban Zena membuat Bryan kembali menepikan motornya, ia harus meningkatkan kesabarannya saat menghadapi seorang yangs sedang mabuk seperti ini.

"Hei.. sadarlah! Mengapa kau minum begitu banyak? Menyusahkan saja!" Keluh Bryan, mesin motornya ia matikan. Namun pelukan Zena pada perut Bryan masih kuat.

"Mengapa aku minum sebanyak ini? Hm.. itu karena laki laki bernama Bryan! Dia menyebalkan.." Ucap Zena dengan nada meracaunya.

"Memang apa yang ia lakukan? Bukankah ia baik?" Tanya Bryan.
"Dia baik sedikit, karena ia memberiku makan tadi. Tapi ia menyebalkan." Ucapan Zena barusan cukup membuat Bryan tersenyum. Ucapan Zena dan pelukan Zena di perutnya, membuat Bryan semakin melebarkan senyumnya.

"Baiklah.. kalau ia menyebalkan. Ayo kita pulang, katakan dimana rumahmu?" Tanya Bryan lagi, kali ini ia lebih lembut, mencoba agar gadis itu menjawab pertanyaannya sekarang.

Dan benar, Zena mengatakan alamat rumahnya. Bryan yang sudah mengetahui alamat rumah Zena, ia menyalakan mesin motornya, kembali pada jalanan yang sepi.
"Hm.. kau baik, tidak seperti Bryan. Tapi wajahmu mirip Bryan, atau kau memang Bryan, ya?" Racau Zena lagi sebelum akhirnya pelukan erat gadis itu sedikit mengendur, dan wajahnya benar benar menempel pada punggung lebar laki laki itu.

"Ini Bryan, dasar bodoh!"
"Orang mabuk memang gila, ck!" Bryan menggelengkan kepalanya. Ia memelankan laju motornya begitu gadis itu mulai menempelkan wajahnya pada punggungnya. Entah mengapa ia lakukan itu, mungkin ia takut Zena terjatuh jika ia melaju dengan cepat? Atau ia ingin menghabiskan waktu yang lebih lama bersamanya?

Motor itu sudah terparkir di rumah yang tidak terlalu besar. Namun cukup lumayan dan rapi. Bryan mencoba turun dari motor hitamnya, namun sulit karena jika ia turun, ia yakin gadis di belakangnya akan jatuh.
"Heh.. bangun! Kita sudah sampai!" Bryan menggoyang goyangkan badannya, mencoba membuat gadis itu membuka matanya. Tapi tidak ada jawabannya, ia terlihat semakin nyenyak disana, tangannya juga kembali memeluk Bryan dengan erat.
"Sial, mengapa harus seperti ini?" Umpat Bryan, ia mengacak rambutnya frustasi.

"Uhm.. aku ti-dak menyukaimu...." Zena kembali meracau.
"B-berhenti suka padaku hftt.." Racauan Zena terus mengenai ini. Bryan semakin bingung, sejak tadi gadis itu terus meracau tentang ini.

"Aku tidak mengatakan aku menyukaimu," jawab Bryan ia terdiam di motor dan memandangi jalanan sepi di depannya.
"Bahkan aku merasa, mungkin aku baru saja akan memulainya."

######

"Aku menyukaimu, Zen."

"Apa?" Tanya Zena dengan ekspresi bingungnya, gelas kosong ia pegang kini ia pegang dengan kuat.

"Aku menyukaimu, Zen. Sudah sejak lama, sejak kita baru saja menjadi mahasiswa di kampus ini. Tapi aku tidak berani mengatakannya selama ini, aku merasa kau mungkin akan menolakku," Jelas Ashton dengan nada rendahnya.

"Ayo kita berkencan, Zen.." ajak Ashton dengan nada yang sedikit takut disana. Mungkin takut akan ditolak oleh Zena.
"Zen, jawab sesuatu.." Pintanya pada Zena yang sejak tadi hanya diam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ConvivenciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang