#4 : Senja di Pesantren

27 3 2
                                    

"assalamu'alaikum" ucap bu Kian dengan senyuman yang menghiasi wajahnya. ia sudah berdiri di rumah yang sederhana dengan teras yang luas.

"wa'alaikumsalam" suara wanita pun membalas nya. Dina keluar rumah tersebut dan melihat bu Kian yang sempat kaget melihatnya. namun, sorot matanya tampak risih melihat pakaian yanh dikenakan Dina. Dina pun dapat melihat ketidak sukaan bu Kian padanya.

"nak Ifa nya ada dek" ucap lembut bu Kian yang tersenyum. "ya Allah pakaiannya duh seramnya anak kota. siapa sih teman yang dibawa Ifa ini. malah jilbabnya ga betul. kayak ga pernah diajarin agama yang benar aja" batin bu Kian. namun, senyuman masih ia sertakan untuk Dina.

"Ifa ya, di dalam. bentar lagi juga keluar kok. tunggu aja" kata Dina kesal dan keluar sambil memainkan hp nya tak peduli. ia duduk di teras dan mulai tertawa dengan isi hp nya.

"astaghfirllah" bu Kian tampak terkejut dengan sikap sombong Dina. ia menggeleng tak percaya dan mengelus dada nya pelan. "ditawar duduk aja enggak"

"ya Allah bu Kian" ucap seorang wanita baruh baya yang tampak seumur dengan bu Kian. wanita dengan jilbab panjang berwarna merah itu adalah ibu nya Alifah. bu Kian pun tersenyum pada bu Harum. mereka pun bersalaman dan mencium pipi.

"kabarnya Ifa sudah pulang kerumah ya bu. saya dengar dari Ningsih"

"iya bu. bentar ya saya panggilkan Ifa nya. ibu duduk aja dulu di kursi" bu Kian pun segera duduk dikursi dan Dina masih memainkan hpnya. bu Harum masuk kedalam rumah dan melihat Ifa yang sedang beres beres kopernya. bahkan, Ifa tampak kerepotan dengan kopernya.

ntok ntok

"assalamu'alaikum" pintu terketuk dan Ifa pun langsung mendongak melihat bundanya yang sudah berdiri didepan kamarnya.

"wa'alaikumsalam bun" jawab Ifa dan dia masih menyusun baju bajunya. ia melihat baju yang ingin dia hadiahi untuk bundanya itu. ia meraih bajunya dan menepuk bajunya. "bunda, ini bajunya Ifa beli buat bunda" kata Ifa dengan mata membinar. bu Harum menutup mulutnya takjub melihat baju yang begitu indah.

"ya Allah dek. baju nya bagus. makasih ya nak" bu Harum mengelus bajunya dan mengelus lembut bahu kiri Ifa. Ifa hanya mengangguk mengiyakan dan tersenyum lembut.

"astaghfirllah bunda sampai lupa sangking senangnya dikasih baju sama adek. ada bu Kian di depan mau jumpa kamu. udah lama juga bu Kian nunggu kamu. jumpai ya. bunda bikinkan minum" bu Harum langsung meninggalkan Ifa yang seperti menyusul bu Kian di teras.

"ibuk apa kabar" kata Ifa dan memeluk beliau yang langsung berdiri dan membalas pelukan hangat Ifa.

"ibu baik. ibu senang liat kamu sekarang sudah sukses dan sehat" bu Kian pun tau jika Ifa sangat sukses di Jakarta karna bisnis restorannya yang milenial itu. ia memegang lembut tangan Ifa dan mengelus. mereka juga langsung duduk di kursi yang ada diteras. Ifa pun mendongak menatap Dina yang keasyikan sendiri dengan hp nya itu. justru Ifa tampak tak marah karna tau sifat Dina yang terlihat sangat kesal dengan kakeknya.

"Dina" Dina melihat seseorang yang memanggilnya. Ifa melihatnya dan mengodenya untuk bergabung dengan bu Kian bersamanya. walaupun Dina tampak sangat acuh, ia tetap menurut dan pergi bergabung bersama dengan mereka. sangat jelas senyuman paksa yang terhias di wajah Dina.

"ini Dina bu" perkenalan Ifa juga membuat bu Kian tampak terkejut. ia tau persis siapa yang dikenalkan Ifa padanya. namun, sebagian nya itu tentang melihat Dina yang dulu dan sekarang sangat berbeda.

Dina hanya tersenyum dan senyuman itu pun dibalas bu Kian. ada kilas mata yang rindu dan kecewa di mata bu Kian. bu Kian sendiri tau bagaimana Dina besar menjadi perempuan yang sudah jauh mengenal agamanya sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cintanya karna Allah 'kepada siapa aku mengadu'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang