Assalammualaikum sekalian...
Semoga berkenang membaca keselanjutan part dua nya...
Insyaallah suka dengan tulisan berantakan saya hehe...
Selamat membaca calon ahli syurga...^^
"Jadi mbak Ifa benaran kuliah ke Inggris" antusias Dina seraya memegang tangan Alifa. Namun, Alifa membalas dengan tersenyum seketika Dina melihat ijazah sertifikat Alifa di dalam kantor Alifa. Yah itu lah Dina, berbeda sikapnya 180 derajat jika bertemu dengan Alifa, di mata orang mungkin dia terlihat perempuan arogan tapi aslinya dia sangat terbuka dan manja.
"Alhamdulillah, saat itu mbak Ifa mendapatkan biayasiswa ke London. Jadi abi tidak keluar uang banyak" jelas Alifa dengan sedikit perasaan bangganya.
"Ets... Abi mbak Ifa masih ngurus pesantren almarhum bokap gue yah" tanya Dina yang dibalas anggukan oleh Alifa sendiri.
Sebenar nya Dina malas menanyakan pesantren itu. Dari dulu dia membenci tempat itu yang selalu membuatnya merinding sendiri. Ia tau seberapa ketat penjagaannya dan harus disiplinnya tempat itu. Baginya semua orang yang masuk pesantren itu mesti mempunyai iman yang kuat dan kesabaran yang penuh.
Sebenarnya Dina pun pernah sesekali kesana untuk bermain bersama dengan Alifa, hanya saja Dina tidak memakai hijab karena katanya belum wajib juga, tidak seperti Alifa yang sudah berhijab saat umur 5 tahun hingga kini masih melingkar indah di kepala perempuan berumur 24 tahun yang memang jauh lebih tua dari Dina.
Allahuakbar allahuakbar
"alhamdulillah, Din sudah waktunya shalat Ashar mau bareng?" syukur Alifa seraya mengajak Dina untuk beribadah bersama nya.
keringat dingin Dina langsung bercucuran saat mendengar ajakan beribadah Alifa. bukannya dia mau menolak ajakan sahabat lamanya itu tapi dia sudah lupa bacaan sholat itu bagaimana mungkin praktek nya pun dia juga tidak tau.
"duh, maaf mbak. Gue ada janjian nih keluar jadi mbak Ifa duluan aja. Dina harus pergi mbak" dusta Dina sembari memasang wajah kecewa guna Alifa tidak mencurigai nya.
Alifa hanya tersenyum melihat tingkah menggemaskan Dina itu. dia berkemas mengambil alat sholatnya. " yaudah mau sekalian keluar bareng aku Dina" tawar Alifa di balas anggukan oleh Dina. mereka pergi menuju keluar kafe Alifa. Dina mengambil mobil nya dan menawari Alifa agar pergi ke Masjid di antar dengan nya saja sebenar nya Alifa mau menolaknya tapi Dina selalu berhasil membujuk Alifa ikut dengan nya.
"Din, kapan kamu mau ke pesantren?" tanya Alifa membuka pembicaraan di dalam mobil.
"pesantren yah, kayak nya gak akan pernah kesana Ifa. di Jakarta ini aku sibuk jadi tidak ada waktu mau berkunjung kesana" jelasnya dengan keringat dingin yang ikut bercucuran.
"Yaudah deh gapapa, tapi kalau mau berkunjung hubungi aku yah. Mbak Ifa kangen sama Abi jadi bisa sekalian liat kabar beliau disana" Dina hanya tersenyum kecut mendengar itu.
" gue gak yakin deh mbak bisa kesana. Bisa bisa mbak Ifa sendirian deh kesana." Alifa hanya tersenyum geli dan mendongak melihat Dina yang masih fokus mengendarai.
Dina berhenti di depan masjid sederhana yang memang tidak jauh dari kafe Alifa. Ia menatap masjid itu dengan perasaan yang rindu. Tapi ia merasa tidak pantas berada disana, tentu baginya Alifa lebih cocok berada di rumah Allah.
Pintu mobil terbuka, Alifa sudah siap dengan alat sholat ditangannya. " Dina, jangan jangan kamu bakalan nyusul ke pesantren deh firasat mbak" Dina mendongak dengan wajah terkejut tidak percaya. Alifa tersenyum " haha terimakasih dek Dina, jangan lupa sholat yah. Hati hati dijalan, mbak duluan" Alifa tersenyum kembali lalu menutup pintu mobil dengan perlahan. Ia berjalan melingkari arah mobil lalu berdiri menghadap mobil seraya melambaikan tangannya untuk Dina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintanya karna Allah 'kepada siapa aku mengadu'
روحانياتMeninggalkan semua kenikmatan dunia sebuah rintangan besar untuk Dinah Humairah Nafi'ah atau yang kerap di panggil Dina Namun, dia menghadapinya dengan pelan dan pelan. Sebelum akhirnya ia benar benar di jalan yang maha kuasa. Akan tetapi, cobaan be...