Tidak semua luka dapat diobati, tidak semua beban dapat dilepaskan, dan tidak semua penyesalan dapat dilupakan.
-Prolog, Dear Hana-
* * *
Seorang gadis dengan rambut berwarna hitam legam yang kini hampir sepunggung itu tengah melwati koridor dengan kepala yang menunduk, suara riuh menggema di koridor itu, membuat sang gadis merasa ia harus pergi dari tempat itu secepatnya.
Tapi langkahnya terhenti saat ada sebuah kaki yang menghalangin jalannya hingga membuat ia tersandung, sang gadis menunduk sembari terduduk, merasakan sakit di lututnya. Tawa mengurai di udara, dan dengan teganya, perempuan yang menjadi penyebab gadis itu terjatuh malah memberi hinaan lagi, lalu pergi setelah menjambak singkat rambut hitamnya. Di balik helai demi helai rambutnya yang jatuh menutupi wajah gadis itu, sang gadis sedang tersenyum miris.
'Sudah biasa.' Batinnya
Gadis itu bertopang pada dirinya sendiri, mengabaikan tatapan meremehkan dan kasian. Ia kembali melangkah lagi. Pergi dari tempat yang membuatnya menjadi pusat perhatian.
Di belokan ia segera masuk ke kamar mandi perempuan yang letaknya dekat UKS, toilet itu sepi, hanya ada dirinya, dan pantulan dirinya. Gadis itu kini tak lagi menutup wajahnya dengan telapak tangan miliknya, ia menghadap ke kaca besar yang terdapat pada toilet itu
Ia mengusap wajahnya dengan air, berharap kesejukan mampu menghilangkan segala bebannya, tapi tetap saja tak mampu, gadis itu keluar dari toilet, melangkahkan kakinya tanpa tujuan, dan tanpa arah, hanya mengandalkan kakinya, mengikuti kemana dirinya akan menuju.
-Dear Hana-
Gadis itu kini telah kembali ke kelasnya, dengan rambut yang berantakan dan baju yang sedikit basah tentunya. Ia berjalan mengabaikan tatapan tatapan teman sekelasnya, dan berjalan lurus ke arah belakang, kursi dekat jendela yang menjadi kursinya.
Setelah sampai di kursinya, ia menatap mejanya dan menghela nafas
'lagi.' Batinnya
Ia menatap ke arah mejanya dengan tatapan nanar.
ANAK BAWA SIAL!
BITCH!
BAWA SIAL!
ANAK GAK DI ANGGAP!
PERGI LO DARI SEKOLAH INI!!!
Itulah coretan di meja, siapa pun yang akan menerimanya pasti akan merasa sakit hati, namun gadis itu hanya menghela nafas, karna ia harus membersihkan mejanya lagi.
Ia mengeluarkan tisu dari kantung rok nya dan mengambil sebotol air minum untuk membersihkan mejanya, di belakangnya terdengar suara kekehan anak-anak sekelas, namun ada satu orang di kelas itu yang menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan, dan tak ada yang menyadarinya.
kelas XI IPA I, kelas terpandai tak seindah sebutannya. Namun sang gadis yang setiap hari di lakukan semena mena tetap bungkam diam dan tak melawan.
'Jika aku melawan itu artinya aku menantang, jika aku membalas itu artinya aku sama seperti mereka, dan jika aku diam, maka mereka akan berhenti dan bosan.' Itulah yang selalu menjadikan gadis itu memilih bungkam, karna ia tau bahwa sekuat apapun melawan, ia hanya seorang diri, tak akan ada yang menolong jika ia terjatuh lagi, dengan pikiran yang berkecamuk ia tetap membersihkan mejanya
Setelah mejanya bersih ia kembali duduk membuka novel miliknya, membaca semua kata yang tercetak jelas disana.
Sampai suara dari pengeras suara yang terpasang di setiap kelas berbunyi, ia menghentikan aktifitasnya.
"Panggilan kepada siswi bernama Hana Azka Mahardika untuk segera datang ke ruang kepala sekolah!"
Sontak pengumuman itu membuatnya menjadi pusat pandangan, ia hanya bisa menghela nafas lagi dan lagi.
Gadis itu melangkah pergi dari kelasnya menuju ruang kepala sekolah. Dan di arah lain, ada seorang laki laki berbadan tegap, dengan mata yang tajam, rambut yang hitam dan rahang yang tegas. Sedang berjalan ke berlawan arah dengannya.
Sang gadis dan laki laki itu saling berjalan berbalik arah, menatap lurus ke depan.
Tanpa mereka sadari, semesta tengah mempermainkan mereka berdua, dan bukan hanya untuk kali ini, tapi mungkin juga nanti, atau setiap hari mereka akan bertemu kembali.
Dan juga kini, adalah kisah tentang sang "gadis' yang bernama Hana, yang berimimpi mendapatkan kebahagiaan.
-Dear Hana-
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Hana
Подростковая литератураIni bukan cerita yang berakhir seperti Cinderella, ini juga bukan cerita berlatar kerajaan seperti Alladin. Mudah saja, ini hanya kisah tentang gadis dengan seribu luka, gadis kuat bernama Hana. * * * "Aku akan meli...